Kelompok 1) Aliezsa Esthi Kusuma 2) Anggi Agusta 3) Anneke Despia 4) Isti Citra Nuraidha 5) Mutia Sasra Olga 6) Niken Ayuningtyas 7) RR Nurul Kamaril مى (.)٢ ع األ ه ء ا ج ن َ أ ١ ىَّ ول َ ْ ُ َ َ ْ ). ( وت َ َ س َ عب َ َ َ َّ و يَذَّك ُر َ أ ٣ ى َّ ك ز ي ه َّ لع َ يك ل ر َ ْ ). ( َّ َ ُ َ ِ ما يُدْ و َ َ غنَى است َ ْ َ ْ ِّ َ َ ن ْ ِ مَ ا م َّ أ ). ٤ ( ى ر َ ك ذ ال ه ُ ع َ ف ْ ن َ ت ف َ َ عليْك أال َ ما َ َ َ (َ .)٥ و َ صدَّى (َ .)٦ ه تَ َ تل ُ فأن ْ َ عى (.)٨ َ َ َّ س َ جاءَك ي َ ْ ن َ م ْ ما َ وأ َّ َ ). ٧ ( ى ي َ َّزك هى ()١٠ َ َ ْشى (َ .)٩ و يَخ َ ه تَل َّ عن ْ ُ ت َ فأن ْ َ ه َ و َُ . SURAH ABASA Surah ini termasuk kelompok surah Makkiyah. Ayatnya ada empat puluh dua dan diturunkan setelah surah An Najm. Surah ini diturunkan sehubungan dengan peristiwa seorang yang buta yang bernama Abdullah bin Ummi Maktum anak paman Siti Khadijah. Beliau termasuk di antara sahabat-sahabat Muhajirin yang pertama memeluk Islam dan ketika Nabi saw melaksanakan jihad dan meninggalkan kota Madinah, beliau ini sering ditunjuk oleh Nabi saw untuk menjadi sesepuh kota Madinah mengimami salat dan juga sering melakukan azan seperti Bilal. Peristiwa ini terjadi di Mekah yaitu ketika Nabi saw sedang sibuk-sibuknya melaksanakan seruan dakwah Islam kepada pembesar Quraisy. Beliau dengan sungguh-sungguh mengajak mereka masuk Islam dengan harapan bahwa jika mereka telah memeluk agama Islam, niscaya akan membawa pengaruh besar pada orang-orang bawahannya, karena di antara pembesar Quraisy yang sedang dihadapi itu terdapat 'Utbah dan Syaibah dua putranya Rabi'ah, Abu Jahal bin Hisyam, 'Abbas bin Abdul Mutalib, Umaiyah bin Khalaf dan Al Walid bin Mugirah. Besar sekali keinginan Nabi untuk mengislamkan mereka itu karena melihat kedudukan dan pengaruh mereka kepada orang-orang bawahannya. Ketika beliau sedang sibuk menghadapi pembesar- pembesar Quraisy itu tiba-tiba datanglah Abdullah bin Ummi Maktum lalu menyela pembicaraan itu dengan ucapannya: "Ya Rasulullah, coba bacakan dan ajarkan kepadaku apa-apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepadamu". Ucapannya itu diulangi beberapa kali sedang ia tidak mengetahui bahwa Nabi saw sedang sibuk menghadapi pembesar-pembesar Quraisy itu. Nabi saw, merasa kurang senang terhadap perbuatan Abdullah bin Ummi Maktum itu yang seolah-olah menganggu beliau dalam kelancaran tablignya, sehingga beliau memperlihatkan muka masam dan berpaling dari padanya Lalu Allah SWT menyampaikan teguran kepada Nabi- Nya yang bersikap demikian itu terhadap Abdullah bin Ummi Maktum. Oleh karena bermuka masam dan memalingkan muka dari orang buta itu bisa menimbulkan perasaan tidak enak dalam hati orang- orang fakir miskin, padahal Nabi saw diperintahkan oleh Allah supaya bersikap ramah-tamah terhadap mereka. Abdullah bin Ummi Maktum itu adalah seorang yang bersih dan cerdas hatinya. Bila ia mendengarkan hikmah ia dapat memeliharanya dan membersihkan diri dari kebusukan kemusyrikan. Adapun pembesar-pembesar Quraisy itu sebahagian besar dari mereka adalah orang-orang yang kaya dan angkuh dan tidak sepatutnya Nabi saw terlalu serius menghadapi mereka untuk diislamkan karena tugas Nabi saw hanya sekadar menyampaikan risalah dan soal pemberian petunjuk itu semata-mata berada di bawah kekuasaan Allah. Kekuatan manusia itu harus dipandang dari segi kecerdasan pikirannya dan keteguhan hatinya dan kesediaannya untuk menerima dan melaksanakan kebenaran. Adapun harta, Kedudukan dan pengaruh pimpinan itu, semuanya adalah tidak tetap kadang-kadang ada, kadang-kadang lenyap sehingga tidak dapat diandalkan dan Nabi sendiri setelah turun ayat ini selalu menghormati Abdullah bin Ummi Maktum dan sering memuliakan kedudukannya dengan sabda Nabi saw: "Selamat datang kepada orang yang menyebabkan aku ditegur oleh Allah". Beliau sering bertanya: Barangkali Abdullah bin Ummi Maktum mempunyai keperluan apa saja beliau sanggup menunaikannya. TAFSIR SURAH ABASA )1( سوَتَوَلَّى َ َ عَب Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, (QS. 80:1) (2)مى عْ َ َ ْأن َجاءَه اأْل َ ُ Karena telah datang seorang buta kepadanya.(QS. 80:2) (3)ز َّكىَّ ه َ ي ُ َّ د ِري َك َ لعَل ْ ما ُ ي َ َو Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),(QS. 80:3) (3) (Tahukah kamu) artinya, mengertikah kamu (barangkali ia ingin membersihkan dirinya) dari dosa- dosa setelah mendengar dari kamu; lafal Yazzakkaa bentuk asalnya adalah Yatazakkaa, kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf Za sehingga jadilah Yazzakkaa. َْ ه الذِّك (4)رى عفَ نتف َ ر َّ كَّ ذي وَ أ ُ َ َْ ُ َ ْ atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?(QS. 80:4) (4) (Atau dia ingin mendapatkan pelajaran) lafal Yadzdzakkaru bentuk asalnya adalah Yatadzakkaru, kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf Dzal sehingga jadilah Yadzdzakkaru, artinya mengambil pelajaran dan nasihat (lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya) atau nasihat yang telah didengarnya dari kamu bermanfaat bagi dirinya. Menurut suatu qiraat lafal Fatanfa'ahu dibaca Fatanfa'uhu, yaitu dibaca Nashab karena menjadi Jawab dari Tarajji atau lafal La'allahuu tadi. (5)ستَغْنَى من ْا ا مأَ ِ َ َّ Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup,(QS. 80:5) (5) Adapun orang-orang kafir Quraisy yang merasa dirinya serba cukup dan mampu, mereka tidak tertarik untuk beriman padamu, mengapa engkau bersikap terlalu condong pada mereka dan ingin sekali supaya mereka masuk Islam (6)صدَّى ت ه لتَ نَ َ فأ َ َ ُ َْ maka kamu melayaninya.(QS. 80:6) (6) (Maka kamu melayaninya) atau menerima dan mengajukan tawaranmu; menurut suatu qiraat lafal Tashaddaa dibaca Tashshaddaa yang bentuk asalnya adalah Tatashaddaa, kemudian huruf Ta kedua diidgamkan kepada huruf Shad, sehingga jadilah Tashshaddaa. (7)ز َّكى علَي ْ َك َ أاَّل َّ َ ي َ ماَ َو Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).(QS. 80:7) (8)سعَى ي َ ك ء َ اج نم ا مأَو ْ َ َ ْ َ َّ َ Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),(QS. 80:8) (8) Dan adapun orang seperti Abdullah bin Ummi Maktum yang datang, kepadamu dengan bersegera untuk mendapat petunjuk dan rahmat dari Tuhannya, sedang ia takut kepada Allah jika ia jatuh ke dalam lembah kesesatan, maka kamu bersikap acuh tak acuh dan tidak memperhatikan permintaannya. (Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera) lafal Yas'aa berkedudukan sebagai Haal atau kata keterangan keadaan bagi Fa'il atau subjek yang terkandung di dalam lafal Jaa-a. َ خ (9)شى ْ َوهُ َو َ ي sedang ia takut kepada (Allah),(QS. 80:9) (9) (Sedangkan ia takut) kepada Allah swt.; lafal Yakhsyaa menjadi Haal dari fa'il yang terdapat di dalam lafal Yas'aa, yang dimaksud adalah si orang buta itu atau Abdullah bin Umi Maktum (10)ه َ تلَهَّى َ َ َ فأ َْن ُْ تن ع maka kamu mengabaikannya.(QS. 80:10) (10) (Maka kamu mengabaikannya) artinya, tiada memperhatikannya sama sekali; lafal Talahhaa asalnya Tatalahhaa, kemudian salah satu dari kedua huruf Ta dibuang, sehingga jadilah Talahhaa. QS. 'ABASA, ayat 11
11. Sekali-kali jangan (begitu)! Sungguh (ajaran-ajaran Allah) itu suatu
peringatan Tafsir ayat ke-11 • Artinya, bahwasanya ayat-ayat yang turun dari langit, yang kemudiannya tersusun menjadi Surat-surat dan semua Surat-surat itu terkumpul menjadi Al-Qur’anul Karim, semuanya adalah peringatan ummat manusia dan jin, tidak pandang martabat dan pangkat, kaya dan miskin; semuanya hendaklah menerima peringatan itu. QS. 'ABASA, ayat 12
12. Maka barang siapa menghendaki, tentulah dia akan memperhatikannya
Tafsir ayat ke-12
• “Maka barangsiapa yang mau, ingatlah dia kepadanya.” (ayat 12). Baik yang mau itu orang merdeka seperti Abu Bakar, atau hamba sahaya sebagai Bilal, atau orang kaya sebagai Abu Sufyan, atau orang miskin dari desa, sebagai Abu Zar; namun martabat mereka di sisi Allah adalah sama. Yaitu sama diterima jika beriman, sama disiksa jika durhaka. QS. 'ABASA, ayat 13
13. Didalam Kitab-kitab yang dimuliakan (disisi Allah)
Tafsir ayat ke-13 • “(Dia) adalah di dalam kitab-kitab yang dimuliakan.” (ayat 13). Artinya, sudah lama sebelum ayat-ayat Al-Qur’an itu diturunkan ke dunia ini kepada Nabi Akhir Zaman Muhammad SAW dia telah tertulis terlebih dahulu di dalam shuhuf yang di dalam tafsir ini kita artikan kitab- kitab. Shuhuf adalah kata banyak dari shahifah. Di dalam sebuah hadis yang dinyatakan bahwa keseratus empat belas Surat itu telah tertulis lengkap dan tertahan di langit pertama, dan diturunkan ke dunia dengan teratur dalam masa 23 tahun. Dia terletak di waktu itu di tempat yang mulia, dan tidak seorang pun dapat menyentuhnya kecuali malaikat-malaikat yang suci-suci. QS. 'ABASA, ayat 14
14. Yang ditinggikan (dan) disucikan
Tafsir ayat ke-14
• “Yang ditinggikan, yang disucikan.” (ayat 14). Yang ditinggikan, yaitu ditinggikan kehormatannya, tidak sama dengan sembarang kitab. Yang disucikan dan dibersihkan daripada tambahan dan kekurangan, disuci-bersihkan pula daripada tambahan kata manusia, khusus Kalam Allah semata-mata. QS. 'ABASA, ayat 15
15. Di tangan para utusan (malaikat)
Tafsir ayat ke-15
• “Di tangan utusan-utusan.” (ayat 15). Kalimat Safarah kita artikan di sini dengan utusan- utusan, sebab dia adalah kata banyak dari Safiir, yang pokok artinya ialah Utusan Terhormat, Utusan Istimewa. Oleh sebab itu maka Utusan sebuah negara ke negara lain, yang disebut dalam bahasa asing Ambasador, di dalam bahasa Arab modern pun disebut Safiir. Dalam bahasa Indonesia kita sebut Duta, atau Duta Besar Istimewa. QS. 'ABASA, ayat 16
16. Yang mulia lagi berbakti
Tafsir ayat ke-16
• Maka bahasa yang paling tinggi pulalah yang layak kita berikan kepada malaikat- malaikat pembantu Jibril: “Yang mulia-mulia, yang berbakti.” (ayat 16). Menyampaikan ayat-ayat sabda Tuhan itu kepada manusia “Mushthafa”, Pilihan Tuhan itu. QS. 'ABASA, ayat 17
17. Celakalah manusia! Alangkah kufurnya dia!
Tafsir ayat ke-17
• “Celakalah Insan!” (pangkal ayat 17). Satu ungkapan sesalan dari Tuhan kepada manusia: “Alangkah sangat kufurnya.” (ujung ayat 17). Adakah patut manusia itu masih juga kufur kepada Tuhan. Masih juga tidak mau menerima kebenaran yang dibawa Rasul. Insan masih saja menyombong QS. 'ABASA, ayat 18
18. Dari apakah Dia (Allah) menciptakannya?
Tafsir ayat ke-18
• “Daripada apa dia menjadikannya?” (ayat 18). Daripada apa Allah menjadikan atau menciptakan manusia? QS. 'ABASA, ayat 19
19. Dari setetes mani, Dia menciptakannya lalu menentukannya
Tafsir ayat ke-19
• “Dari nuthfah Dia telah menjadikannya.” (pangkal ayat 19). Nuthfah ialah segumpalan air yang telah menjadi kental, gabungan yang keluar dari shulbi ayah dengan yang keluar dari taraib ibu. Dari itu asal mula manusia dijadikan: “Dan Dia mengaturnya.” (ujung ayat 19). Dari sanalah asal kejadian itu, yakni dipertemukan air bapak dengan air ibu, bertemu di dalam rahim ibu, lalu berpadu jadi satu, menjadi satu nuthfah, yang berarti segumpal air. Setelah 40 hari pula sesudah itu dia pun menjelma menjadi segumpal daging. QS. 'ABASA, ayat 20
20. Kemudian jalannya Dia dimudahkan
Tafsir ayat ke-20
• “Kemudian Dia mudahkan jalan keluarnya.” (ayat 20). Dimudahkan jalan keluar buat hidup dan datang ke dunia. Dimudahkan pintu keluar dari rahim itu sampai terlancar dan terluncur keluar. Dimudahkan terus persediaan buat hidup dengan adanya air susu yang disediakan pada ibu di waktu kecil. Dibimbing dengan cinta kasih sampai mudah tegak sendiri di dalam hidup melalui masa kecil, masa dewasa, masa mencari jodoh teman hidup, masa jadi ayah, masa jadi nenek atau datuk