Anda di halaman 1dari 15

KELOMPOK 3

Qurrotul Ayun (52182135)


Umul Khoridah (52182141)
Wildan Hermawan (52182133)
Memahami Faktor-Faktor
Yang Perpengaruh Dalam
Memanajemen Kelas
• Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi
belajar yang optimal dan mengembalikannya apabila terjadi gangguan dalam proses
belajar mengajar.
• Tujuan Keterampilan Pengelolaan Kelas :
a)      Mendorong siswa mengembangkan tingkah lakunya sesuai dengan tujan
pembelajaran.
b)      Membantu siswa menghentikan tingkah lakunya yang menyimpang dari tujuan
pembelajaran.
c)      Mengendalikan siswa dan sarana pembelajaran dalam suasana pembelajaran yang
menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
d)     Membina hubungan yang baik antara guru dengan siswa,siswa dengan siswa
sehingga kegiatan pembelajaran menjadi efektif.
e)      Menghilangkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi terwujudnya
interaksi pembelajaran.
f)       Menyediakan dan mengatur fasilitas serta perabot belajar yang mendukung dan
memungkinkan siswa belajar sesuai dengan lingkungan sosial, emosional, dan
intelektual siswa dalam kelas.
g)      Mengembangkan kemampuan siswa semaksimal mungkin.
Komponen-komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas,Komponen-komponen
keterampilan pengelolaan kelas ini pada umumnya dibagi menjadi dua bagian, yaitu
keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal (bersifat preventif ) dan keterampilan yang berhubungan dengan
pengembangan kondisi belajar yang optimal.[5]
• Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam mengambil inisiatif
dan mengendalikan pelajaran, yaitu :
1)      Singkap Tanggap
2)     Membagi Perhatian,
3)      Pemusatan Perhatian Kelompok
• Keterampilan yang Berhubungan dengan Pengmbangan Kondisi Belajar yang
Optimal,
1.      Modifikasi Tingkah Laku.
2.      Pendekatan Pemecahan Masalah Kelompok.
3.      Menemukan daan Memecahkan Tingkah Laku yang Menimbulkan Masalah.[6]
4.      Prinsip-prinsip Pengelolaan Kelas
“Secara umum faktor yang mempengaruhi pengelolaan kelas dibagi menjadi dua
golongan yaitu, faktor intern dan faktor ekstern siswa.” (Djamarah 2006:184).
• Faktor intern siswa berhubungan dengan masalah emosi, pikiran, dan perilaku.
Kepribadian siswa denga ciri-ciri khasnya masing-masing menyebabkan siswa
berbeda dari siswa lainnya sacara individual. Perbedaan sacara individual ini dilihat
dari segi aspek yaitu perbedaan biologis, intelektual, dan psikologis.
• Faktor ekstern siswa terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,
penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa, dan sebagainya. Masalah
jumlah siswa di kelas akan mewarnai dinamika kelas.
• Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai
berikut:
a.      Hangat dan Antusias
b.      Tantangan
c.       Bervariasi
d.      Keluwesan
e.       Penekanan pada Hal-Hal yang Positif
f.       Penanaman Disiplin Diri
Aspek-aspek psikologis anak dalam mengelolah kelas
1. Aspek Motivasi

Motivasi adalah: sesuatu yang mendorong individu untuk bertindak dalam


melajkukan sesuatu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a. Motivasi intrinsik
b. Motivasi ektrinsik
  2.Self Consept
Konsep diri atau self consept adalah gambaran tentang diri sendiri dalam
membandingkannya dengan orang lain .Ada beberapa strategi yang mungkin
dapat dilakukan oleh seorang guru dalam mengembangkan konsep diri peserta
didik yaitu:
a. Membuat siswa meras mendapat dukungan dari guru
b. Membuat siswa merasa mampu
c. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan realistis
d. Mendorong siswa agar merasa bangga dengan dirinya
3. Kreativitas
Menurut Supriadi Kreativitas adalah: kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative
berbeda dengan apa yang telah ada.
4. Curiosity (rasa ingin tahu)

Salah satu aspek yang bersifat kondisional bagi pengembangan siswa adalah
‘’rasa ingin tahu (curiosity). Rasa keingintahuan yang ada pada anak sejalan
dengan daya kreativitasnya.
5. Anxiety (kecemasan)
Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang
berkenaan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek
ancaman yang tidak begitu jelas.
 Upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi
kecemasan siswa di sekolah, diantaranya dapat dilakukan
melalui:
1.    Menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan.
2.    Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru
seyogyanya dapat mengembangkan “sense of humor”
dirinya maupun para siswanya
3. Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game” atau “ice
break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak
kondusif.
4. Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di
luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus
terkurung di dalam kelas.
5. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan
yang moderat.
6. Menggunakan pendekatan humanistik dalam pengelolaan kelas, dimana
siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab, ramah, toleran,
penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesama
siswa.
8. Pengembangan menajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya
sarana dan yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa.

9.    Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.


Aspek-Aspek Perkembangan
Anak Usia Dini
1. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia Dini
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah:
• Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun
• Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun
• Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun
• Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun
2. Aspek Perkembangan Fisik
• Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah
usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus. Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka
jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya
demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Pada usia 5 tahun, anak-
anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka
lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek, berlari
kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225)
3. Aspek Perkembangan Bahasa
Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338
ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42
sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang
berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286.
4. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat
pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252)
yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial,
simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri
sendiri, meniru, perilaku kelekatan.
Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang
tua, anak dapat bergerak bebas dan ber interaksi dengan lingkungannya.
Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya
dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya
diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Aspek-aspek Perkembangan
Usia Dewasa
1. Perkembangan Fisik
Umumnya anak perempuan mulai mengalami pertumbuhan cepat pada usia 10,5 tahun
dan anak laki-laki pada usia 12,5 tahun. Bagi keduanya, pertumbuhan ini berlangsung
selama kira-kira dua tahun.
Perkembangan fisik pada remaja meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Perubahan dalam Tinggi dan Berat Badan
b. Perubahan dalam Proporsi Tubuh
c. Perubahan Pubertas
d. Perubahan Ciri-ciri Seks Primer
e. Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder
2. Perkembangan Kognitif
Dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan, Desmita mengutip beberapa
pendapat dari para ahli. Di antaranya Mussen, Conger dan Kagan, yang menyatakan
bahwa masa remaja adalah suatu periode kehidupan di mana kapasitas untuk
memperoleh dan menggunakan pengetahuan secara efisien mencapai puncaknya.
Kemudian Carol dan David R menambahkan bahwa hal tersebut dikarenakan selama
periode remaja ini, proses pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan. Sistem saraf
yang berfungsi memproses informasi berkembang dengan cepat.
3. Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.
Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembanganya emosi
atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang belum pernah dialami
sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu dan keinginan untuk berkenalan lebih intim
dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat
yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,
emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung atau marah serta mudah
sedih atau murung), sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
4. Perkembangan Kognisi Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami
orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-
sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahamannya ini, mendorong remaja
untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka (terutama teman sebaya),
baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan
5. Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain. Remaja
berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tetapi
psikologis (rasa puas dengan adanya penerimaan dan penilaian
positif dari orang lain tentang perbuatannya).
6. Perkembangan Kepribadian
Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi
kepribadian. Di mana kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap dan
kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respons individu yang beragam. Sifat-
sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif
dan nilai-nilai.
7. Perkembangan Kesadaran Agama
Kemampuan berpikir abstrak remaja memungkinkannya untuk dapat
mentransformasikan keyakinan beragamanya. Dia dapat mengapresiasi kualitas
keabstrakan Tuhan sebagai Maha Adil, Maha Kasih Sayang. Berkembangnya kesadaran
atau keyakinan beragama, seiring dengan mulainya remaja menanyakan atau
mempermasalahkan sumber-sumber otoritas dalam kehidupan, seperti pertanyaan
“Apakah Tuhan Maha Kuasa, mengapa masih terjadi penderitaan dan kejahatan di dunia
ini?”
selesai

Anda mungkin juga menyukai