ARSITEKTUR DI INDONESIA
SETELAH KEMERDEKAAN
Jaman “orde Baru’ perencanaan kota banyak mencontoh pola-pola di negara maju
(pola zoning secara fungsional). Lokasi-lokasi strategis, kota seperti ‘Segi tiga
Emas Jakarta, menjadi Pusat bisnis dan komersial. Banyak penggusuran dan
penghapusan kampung kota, dan di atasnya dibangun gedung perkantoran, hotel,
apartemen, pusat perbelanjaan atau ‘super blok’.
GENERASI ARSITEK DI
INDONESIA
Pendidikan Arsitektur di Indonesia
Pendidikan Arsitektur di Indonesia dimulai ketika menasionalisasikan
pendidikan tinggi teknik Hindia Belanda di Bandung. Pada awalnya sekolah
ini merupakan bagian dari Universitas Indonesia, setelah tahun 1957
dijadikan Institut Teknologi Bandung.
Program menggantikan para pengajar Belanda dengan pengajar Indonesia,
dengan menyekolahkan ke luar negri beberapa mahasiswa berbakat.
Misalnya Soejoedi, Soewondo B. Soetedjo dsb. Kepulangan mereka pada
tahun 1960 an banyak memberikan warna arsitektur yang berbeda akibat
pengaruh pendidikan di luar negri (Eropa). Gaya pendidikan Van Romond
yang mengarah pada penggalian kasanah arsitektur Nusantara bergeser
pada pandangan baru pengajar Indonesia yang baru pulang dari luar negri.
Pada tahun 1966, ketika Orde Baru mulai muncul dibawah pimpinan
Presiden Soeharto, lebih banyak lagi berdatangan mahasiswa-mahasiswa
Indonesia yang belajar ke luar negri. Sehingga dalam perkembangan
arsitektur, pengaruh Barat sangat mendominasi perkembangan arsitektur
di Indonesia. Namun demikian penterjemahan ke dalam bangunan-
bangunan di Indonesia sepertinya tidak sepenuhnya mengikuti idealisme
yang ada di Barat.
Sekitar tahun 1963 sampai tahun 1970 an, muncul sekolah-sekolah
pendidikan arsitektur. Sekolah tersebut seperti UGM, UNDIP, UNPAR dan
sebagainya dimana banyak lulusan ITB berperan dalam pengembangan
Jurusan Arsitektyr di Pendidikan tinggi tersebut.
Generasi Arsitek di Indonesia