Anda di halaman 1dari 20

KETUA :

MUHAMMAD RIFQIE IZZULHAQ


ANGGOTA :
• M. WIRA ABI PRAMESTA 4117210089
• ALFIANO RAFLI 41172100
• GRENDY YEREMIA 4117210033
• ABEL WUNGKANA 41172100
• REYZA RAMADHAN 41172100
• M. WAFI NAUFAL 4117210083
• REKAS DWI PUTRA 41172100
• DHANENDRA PANDYA 41172100
• NABIL BIGAS R 41172100
• CAHYO BAGASKORO 4117210020
• MUHAMMAD ILHAM NUR L 4117210052

KELOMPOK BESAR 5

DOSEN : ANDRI FEBRU


Definisi Pemeliharaan
Definisi pemeliharaan menurut The Committee on Building Maintenance adalah : “Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan untuk menjaga, memperbaharui dan juga memperbaiki semua fasilitas yang ada sebagai bagian dari suatu
bangunan, baik fasilitas layanan maupun lingkungan sekitar bangunan agar tetap berada pada kondisi sesuai standar yang
berlaku dan mempertahankan kegunaan serta nilai dari bangunan tersebut”.

Komponen Pemeliharaan
Bangunan Perawatan komponen bangunan memerlukan perhatian yang serius agar diperoleh hasil yang maksimal dan
perawatan ini diharapkan dapat membuat kondisi bangunan semakin nyaman dengan fasilitas yang baik. Berikut adalah
klasifikasi pemeliharaan komponen bangunan berdasarkan bidangnya.
Klasifikasi Jenis Kerusakan
Pada penelitian ini digunakan panduan untuk mengklasifikasikan jenis kerusakan untuk setiap pengamatan komponen
bangunan dikelompokan menjadi 3 kondisi yaitu rusak ringan (Rr), rusak sedang (Rs) dan rusak berat (Rb). Batasan
mengenai ketiga jenis kerusakan tersebut didefinisikan sebagai berikut :
(1) Katagori Kerusakan Struktur
(2) Katagori Kerusakan Arsitektur
(3) Katagori Kerusakan Utilitas

Contoh kerusakan struktur Contoh kerusakan Contoh kerusakan utilitas


Kolom arsitektur Pipa air & Listrik
Sumber : Lantai & genteng
- Corder, A.S. 1996. “Teknik Manajemen Pemeliharaan”. Erlangga. Jakarta.
- Ervianto, I Wulfram. 2007. “Studi Pemeliharaan Bangunan Gedung”. Jurnal Teknik Sipil, volume 7,
nomor 3. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
PEMELIHARAAN BANGUNAN BERTINGKAT TINGGI

Tujuan
Pemeliharaan preventif adalah strategi perawatan yang efektif untuk memastikan
penggunaan sistem bangunan dan komponennya yang konstan dan efisien.
Pemeliharaan berbasis reaktif sebagai strategi utama dalam bangunan tempat tinggal
bertingkat tinggi menjadi perhatian karena output pemeliharaan yang dihasilkan dari
strategi tidak dapat mencapai tingkat kinerja standar. Tujuan dari makalah ini adalah
untuk mengidentifikasi karakteristik pemeliharaan preventif dan membangun hubungan
dengan kinerja pemeliharaan di bangunan tempat tinggal bertingkat tinggi.

Metodologi
Karakteristik parameter pencegahan pemeliharaan dan kinerja pemeliharaan
diidentifikasi melalui tinjauan literatur. Pendekatan kuantitatif diadopsi, di mana
kuesioner didistribusikan kepada personel pemeliharaan bangunan tempat tinggal
bertingkat tinggi. Kemudian, analisis peringkat dan korelasi dilakukan untuk
menghasilkan temuan yang membantu mencapai tujuan penelitian.
Temuan
Temuan penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik
pemeliharaan yang secara signifikan berkorelasi dengan indikator
kinerja pemeliharaan (penyimpangan biaya perawatan, variasi
waktu pekerjaan pemeliharaan, layanan pelanggan, dan tingkat
waktu henti). Direkomendasikan bahwa karakteristik ini
dipertimbangkan selama pelaksanaan pemeliharaan preventif
karena mereka memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
pemeliharaan.

Orisinalitas
Literatur yang luas menunjukkan hubungan antara karakteristik
pemeliharaan preventif dan kinerja pemeliharaan, tetapi masih
dipertanyakan. Dengan demikian, penelitian ini menyelidiki
hubungan antara karakteristik pemeliharaan preventif dan kinerja
pemeliharaan untuk bangunan tempat tinggal bertingkat tinggi di
malaysia. Temuan penelitian dapat bertindak sebagai panduan bagi
personel pemeliharaan untuk mengoptimalkan kinerja pemeliharaan
dengan berfokus pada karakteristik pemeliharaan preventif yang
disorot.
Sumber :
Shirley Jin Lin Chua, Najilah Bt Zubbir, Azlan Shah Ali, Cheong Peng Au-Yong 
International Journal of Building Pathology and Adaptation

https://www.emerald.com/insight/content/doi/10.1108/IJBPA-09-2017-0038/full/html
Struktur organisasi pemeliaharaan dan perawatan
bangunan tinggi
1. Dipimpin oleh seorang manajer bangunan (building manager).
2. Sekurang-kurangnya memiliki empat departemen: Teknik (engineering), tata grha (house
keeping), Layanan Pelanggan, dan Administrasi & Keuangan.
3. Departemen engineering dan tata grha mempunyai penyelia (supervisor).
4. Departemen umum dibantu oleh beberapa staf.
5. Setiap penyelia mempunyai tim pelaksana.

Building Manager

Engineerin House Keeping Layanan Pelanggan Administra


g si
Superviso Supervisor Staff Staff
r
Tim Pelaksana Tim
Pelaksana
Lingkup pemeliharaan bangunan tinggi
 Arsitektural
 Struktural
 Mekanikal (tata udara, santasi, plumbing, dan transportasi)
 Elektrikal (catu daya, tata cahaya, telepon, komunikasi dan alarm)
 Tata ruang luar
 Tata graha

ingkup perawatan bangunan tinggi


 Rehabilitas
 Renovasi
 Resotrasi
 Tingkat kerusakan
Maintenance atau pemeliharaan pada gedung Apartemen dan Highrise building lainnya, sebagai gabungan
dari tindakan teknis dan administrative, yang dimaksudkan untuk mempertahankan, dan memulihkan fungsi
bangunan apartemen sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya sesuai HOUSE RULES. Keberhasilan
suatu bangunan dinilai dari kemampuan bangunan untuk ada pada kondisi yang diharapkan, yang dipengaruhi
oleh beberapa persyaratan, antara lain;

1. Persyaratan Fungsional
Yang dimaksud persyaratan fungsional adalah persyaratan yang terkait dengan fungsi bangunan. Setiap
bangunan memiliki fungsional umum dan khusus yang perlu dipenuhi. Persyaratan umum contohnya adalah 
bangunan mampu melindungi pemakainya dari lingkungan luar. Sedangkan persyarat khusus sangat
tergantung pada jenis dan fungsi bangunan tersebut. Untuk fungsi bangunan apartemen hunian.

2. Persyaratan Performance
Gedung Apartemen bangunannya memiliki persyaratan
performance bangunan yang sangat spesifik. Performance
bangunan mencakup banyak aspek, mulai dari performance fisik
luar bangunan, sampai pada elemen–elemen Mekanikal/Elektrikal
dan Plumbing (MEP). Tindakan pemeliharaan bangunan sangat
ditentukan oleh tuntutan performance yang terkait dengan fungsi
bangunan. Namun seringkali terjadi perbedaan standart
performance bangunan, terutama pada bangunan apartemen.
3. Persyaratan Menurut Undang–undang
Persyaratan menurut undang–undang merupakan persyaratn yang tidak bias diabaikan,
karena menyangkut regulasi dan legalitas. Persyaratan ini diantarnya: Persyaratan 
ketinggian maksimum suatu bangunan, dll.

4. Persyaratan Menurut User/Pengguna


Persyaratan menurut user biasanya berkaitan dengan kenyamanan. Kenyamanan user
merupakan ukuran keberhasilan suatu bangunan. Biasanya bangunan yang memiliki
persyaratan user adalah bangunan–bangunan sewa dan bangunan–bangunan umum.

Kegiatan pemeliharaan bangunan meliputi berbagai aspek yang bisa


dikategorikan dalam 4 kegiatan, yaitu :

·  Pemeliharaan rutin harian


·  Rectification (perbaikan bangunan yang baru saja selesai)
·  Replacement (penggantian bagian yang berharga dari suatu bangunan)
·  Retrofitting (melengkapi bangunan sesuai kemajuan teknologi)

Secara sederhana, Pemeliharaan bangunan dapat diklarifikasikan menjadi 2


macam yaitu : Pemeliharaan rutin dan Pemeliharaan remedial / perbaikan.
B. Pemeliharaan Remedial
Pemeliharaan remedial adalah pemeliharaan perbaikan yang dapat diakibatkan oleh :

Kegagalan teknis / manajemen


Kegagalan teknis / manajemen bisa terjadi pada tahap kontruksi maupun pada tahap
pengoperasian bangunan. Pada tahap kontruksi contohnya adalah kecerobohan dalam
pemasangan suatu komponen bangunan. Pada tahap pengoperasian bangunan,
kesalahan dalam merencanakan jadwal pemeliharaan bisa terjadi dan ini dapat
berakibat pada kerusakan alat atau bahan–bahan bangunan.

Kegagalan kontruksi dan desain


Dalam hal ini faktor desain dan kontruksi berhubungan erat. Contoh dari segi desain
adalah kesalahan dalam pemilihan bahan bangunan, sehingga usia pemakaiannya
pendek dan tidak bertahan lama. Sedangkan dari segi kontruksi kesalahan dalam
pelaksanaan finishing dapat menyebabkan usia pemakaiannyapun tidak bertahan
lama.

Kegagalan dalam pemeliharaan


Faktor lain yang menyebabkan kegiatan pemeliharaan perbaikan selama periode
pemakaian bangunan adalah akibat kegagalan pemeliharaan yang disebabkan oleh :

Ø  Program pemeliharaan rutin yang dibuat tidak memadai


Ø  Program perbaikan yang tidak efektif
Ø  Inspeksi–inspeksi yang tidak dilaksanakan dengan baik
Ø  Data-data pendukung pemeliharaan  yang tidak mencukupi
Secara lebih luas, ditinjau dari direncanakan atau tidak, kegiatan pemeliharaan dapat diklasifikasikan
menjadi :

1.  Planned Maintenance :
Pemeliharaan yang diorganisasikan dan dilaksanakan dengan perencanaan, control dan penggunaan laporan–laporan untuk
suatu rencana yang ditentukan sebelumnya.

2.  Unplanned Maintenance :
Pemeliharaan yang dilaksanakan untuk rencana yang yang tidak ditentukan sebelumnya.

3.  Preventive  Maintenance :
Pemeliharaan yang dilaksanakan pada interval yang ditentukan sebelumnya atau yang sesuai untuk kriteria  yang
ditentukan dan ditujukan untuk mengurangi kemungkinan kegagalan atau degradasi performansi suatu bangunan.

4. Corrective Maintenance :
Pemeliharaan yang dilakukan setelah suatu kegagalan terjadi dan ditujukan untuk memperbaiki suatu  item untuk suatu
keadaan yang item tersebut dapat melakukan fungsinya yang diperlukan.
5.  Emergency Maintenance :
Pemeliharaan yang diperlukan dengan segera untuk menghindari akibat–akibat yang serius.

6. Condition Based Maintenance :


Preventive maintenance yang dimulai dari suatu hasil pengetahuan kondisi suatu hal dari pemantauan rutin.

7. Scheduled Maintenance :
Preventive maintenance yang dilaksanakan untuk suatu interval waktu yang telah ditentukan sebelumnya.

    Pada dasarnya, tindakan pemeliharaan dilakukan berdasarkan atas laporan hasil pemeriksaan/survey terhadap kondisi
bangunan. Untuk itu pemeriksaan yang dilakukan harus teliti dan menyeluruh, sehingga dapat ditentukan bentuk tindakan
pemeliharaan yang tepat terhadap kegagalan tertentu.
BUILDING MAINTENANCE
Types of Cracks:
CRACKS
Sebelum Anda mencoba untuk menutup celah, Anda harus menentukan jenis dan penyebab
keretakan karena penentuan ini dapat mempengaruhi jenis perbaikan yang diperlukan. Retak
dapat dibagi menjadi dua kategori: -
bergerak dan tidak bergerak.

Non-Moving Cracks
Sebagian besar retakan yang tidak bergerak adalah hasil susut selama proses curing
beton dan dapat menjadi garis rambut hingga lebih dari 1 mm (.039 in.). Retak ini
biasanya dangkal dan tidak menembus kedalaman penuh dari beton. Ada juga retak
yang tidak bergerak yang merupakan akibat dari susut pengeringan beton. Mereka
cenderung 1 mm atau lebih lebar dan menembus lebih dalam ke dek beton hingga
kedalaman penuh.

Moving Cracks
•Retakan yang bergerak dihasilkan oleh tekanan berlebih pada beton dan umumnya
lebih lebar dari 1 mm. Mereka menembus kedalaman penuh dari dek beton. Retak yang
bergerak biasanya memiliki tepi yang kasar (terkelupas) sebagai hasil dari siklus
pembekuan dan dampak tepi.
Grouting
Grouting adalah proses menempatkan material
ke dalam rongga dalam struktur beton atau batu
untuk tujuan meningkatkan kapasitas daya
dukung suatu struktur, memulihkan sifat
monolitik dari anggota struktur, mengisi rongga
di sekitar pelat sambungan baja pra sambungan,
menyediakan penghenti api, menghentikan
kebocoran, menempatkan perekat dan stabilisasi
tanah .
GROUT adalah campuran air, semen dan
material opsional seperti pasir, campuran
pereduksi air, agen ekspansi, dan pozzolan.
Rasio air terhadap semen sekitar 0,5. Pasir halus
digunakan untuk menghindari pemisahan.
GU N I T I
•Guniting adalah NG
teknik yang efektif, yang telah banyak
digunakan dalam rehabilitasi anggota R.C yang tertekan secara
struktural. Ada kasus berkarat berat di mesh

•dalam bentuk bubuk atau dalam bentuk lembaran yang keluar.


Distressing sebelum restorasi hanya dimungkinkan jika tangki
overhead yang dapat dipulihkan saat tangki kosong.
PENGUKURAN BERULANG

Baja tulangan dalam struktur beton memainkan peran yang sangat penting karena
beton saja tidak mampu menahan gaya tarik yang sering menjadi sasarannya. Oleh
karena itu penting bahwa ikatan fisik dan kimia yang baik harus ada antara baja
tulangan dan beton di sekitarnya.
Karena tidak memadainya desain struktural dan / atau konstruksi, kelembaban dan
bahan kimia seperti klorida menembus beton dan menyerang baja. Baja teroksidasi
dan karat terbentuk. Hal ini mengakibatkan hilangnya ikatan antara baja dan beton
yang pada akhirnya melemahkan struktur..
PENSTABILA
N tanah:
DPC diatas permukaan
Untuk DPC di atas permukaan tanah dengan ketebalan dinding umumnya tidak melebihi 40cm,
salah satu dari jenis bahan yang disebutkan di atas dapat digunakan. Beton semen adalah bahan
yang umumnya diadopsi untuk DPC pada tingkat alas, lapisan beton semen M15 setebal 38
sampai 50mm (campuran 1: 2: 4) melayani tujuan dalam kondisi normal.

Dalam hal atmosfer lembab dan lembab, campuran beton yang lebih kaya harus digunakan. Beton
selanjutnya dibuat padat dengan menambahkan bahan kedap air seperti Puddle, Impermo,
Waterlock dll dalam bahan-bahannya selama proses pencampuran. Ini digunakan untuk
mengaplikasikan dua lapis aspal panas di atas permukaan ketiga DPC beton.
DEMOLITION
Demolition/pembongkaran adalah penghancuran
bangunan dan struktur lainnya.Kontras
pembongkaran dengan dekonstruksi, yang melibatkan
pembongkaran bangunan sambil dengan hati-hati
menjaga elemen berharga untuk digunakan kembali.
REBARING
• Rebar, atau palang "penguat", dalah palang baja
panjang yang tertanam dalam beton untuk
memperkuat dan meningkatkan kekuatannya. Berbagai
jenis tekanan didefinisikan sebagai spesifik

• jenis beban, termasuk lateral, horisontal, vertikal,


kompresi, tegangan dan torsi. Metode atau teknik yang
digunakan untuk memasang rebar sebelum
menuangkan beton menentukan cara yang akan
meningkatkan kekuatan struktur.
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai