KONSTIPASI

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 14

KONSTIPASI

Oleh Kelompok 3 :

Dina Silfia G1B116002


Meti Erianti G1B116003
Riki Gustiawan G1B116005
Siska Hidayanti G1B116010
Agnica MirzaG1B116011
Yolanda Puspita Sari G1B116020
Nadya Syaphira G1B116026
Hanna Pramesti G1B116027
Vera Feronica G1B116042
Dian Resti Kartika G1B116043
Okta Dianasari G1B111016
Pengertian
Konstipasi adalah
terhambatnya defekasi (buang air
besar) dari kebiasaan normal.
Dapat diartikan sebagai defekasi
yang jarang, jumlah feses kurang,
atau fesesnya keras dan kering.
Klasifikasi
Berdasarkan lamanya keluhan :

• Konstipasi akut : bila keluhan


berlangsung kurang dari 4 minggu.
Contohnya tinja berbentuk seperti sosis
atau ular, permukaan kurang rata.

• Konstipasi kroni : keluhan berlangsung


lebih dari 4 minggu. Contohnya tinja
berbentuk bulat-bulat kecil seperti
kacang, sangat keras
Berdasarkan International Workshop on
Constipation, adalah sebagai berikut:

1.Konstipasi Fungsional
Kriteria:
a. Mengedan keras 25% dari BAB
b. Feses yang keras 25% dari BAB
c. Rasa tidak tuntas 25% dari BAB
d. BAB kurang dari 2 kali per minggu

2.Penundaan pada muara rektum


Kriteria:
a. Hambatan pada anus lebih dari 25% BAB
b. Waktu untuk BAB lebih lama
c. Perlu bantuan jari-jari untuk mengeluarkan
feses
Etiologi
1.    Kebiasaan defekasi yang tidak teratur dan mengabaikan
keinginan untuk defekasi dapat menyebabkan konstipasi.

2. Klien yang mengonsumsi diet rendah serat.

3. Tirah baring yang panjang atau kurangnya olahraga yang


teratur menyebabkan konstipasi.

4.     Pemakaian laksatif yag berat menyebabkan hilangnya


reflex defekasi normal. Selain itu, kolon bagian bawah yang
dikosongkan dengan sempurna, memerlukan waktu untuk diisi
kembali oleh masa feses.

5. Obat penenang, opiat, antikolinergik, zat besi (zat besi


mempunyai efek menciutkan dan kerja yang lebih secara lokal
pada mukosa usus untuk menyebabkan konstipasi
6. Lansia mengalami perlambatan peristaltic,
kehilangan elastisitas otot abdomen, dan
penurunan sekresi mukosa usus. Lansia sering
mengonsumsi makanan rendah serat.

7. Konstipasi juga dapat disebabkan oleh kelainan


saluran GI (gastrointestinal), seperti obstruksi
usus, ileus paralitik, dan divertikulitus.

8. Kondisi neurologis yang menghambat implus saraf


ke kolon (misalnya cedera pada medula spinalis,
tumor) dapat menyebabkan konstipasi.

9. Penyakit-penyakit organik, seperti hipotirodisme,


hipokalsemia, atau hypokalemia dapat
menyebabkan konstipasi.
7. Kelainan saluran GI (gastrointestinal), seperti
obstruksi usus, ileus paralitik, dan divertikulitus.

8. Kondisi neurologis yang menghambat implus


saraf ke kolon (misalnya cedera pada medula
spinalis, tumor) dapat menyebabkan konstipasi.

9. Penyakit-penyakit organik, seperti


hipotirodisme, hipokalsemia, atau hypokalemia
dapat menyebabkan konstipasi.

10.  Peningkatan stres psikologi.

11.  Umur
 
Patofisiologis
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang
menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk
dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari
sfingter anus interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses
yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna
dan kontraksi otot dasar pelvis yang depersarafi oleh saraf
pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan
sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga
rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot
dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam
perut, relaksasi sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan
simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses BAB.
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel,
mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. Walaupun
konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut,
motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses
menua yang normal tidak mengakibatkan perlambatan dari
perjalanan saluran cerna. Perubahan patofisiologi yang
menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya usia
tapi memang khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi.
Manifestasi Klinis
1.Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena
tumpukan feses.
2.     Feses menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap
daripada biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya
(bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah).
3.     Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang,
kadang-kadang harus mengejan ataupun  menekan-nekan  perut 
terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja.
4.     Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
5.     Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai
sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
6.     Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk
daripada biasanya (jika kram perutnya parah, bahkan penderita
akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang
7.     Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu
transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari
sekali atau lebih).
8.     Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
• Komplikasi
Peningkatan tekanan arteri dapat terjadi pada defekasi. Mengejan saat
defekasi, yang mengakibatkan manuver valsava (mengeluarkan nafas
dengan kuat sambil glotis tertutup), mempunyai efek pengerutan pada
tekanan darah arteri. Selama mengejan aktif, aliran darah vena di
dada untuk sementara dihambat akibat peningkatan tekanan
intratorakal.
Imfaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering tidak
dapat dikeluarkan. Massa ini dapat diraba pada pemeriksaan manual,
dapat menimbulkan tekanan pada mukosa kolon yang mengakibatkan
pembentukan ulkus, dan dapat menimbulkan rembesan feses cair
yang sering.
Hemoroid dan fisura anal dapat terjadi sebagai akibat konstipasi.
Fisura anal dapat diakibatkan oleh pasase feses yang keras malalui
anus, merobek lapisan kanal anal. Hemoroid terjadi sebagai akibat
kongesti vaskuler perianal yang disebabkan oleh peregangan.
Megakolon adalah dilatasi dan atoni kolon yang disebkan oleh massa
fekal yang menyumbat pasase isi kolon. Gejala meliputi konstipasi,
inkontenensia fekal cair, dan distensi abdomen. Megakolon dapat
menimbulkan perforasi usus.
• Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan rongga mulut, yang meliputi gigi gerigi, adanya
luka pada selaput lendir mulut, dan tumor yang dapat
mengganggu indra.
Pemeriksaan pada daerah perut, apakah ada pembesaran perut,
tonjolan.
Pemeriksaan dengan stetoskop yang digunakan untuk
mengeahui gerakan peristaltik usus besar serta mengetahui
adanya sumbatan usus.
Colok dubur digunakan untuk memberikan informasi tentang
tegangan dubur, otot, adanya timbunan tinja atau adanya darah.

2.Pemeriksaan laboratorium
Dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor resiko konstipasi
seperti gula darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat
keluarnya darah dari dubur.
• Penatalaksaan
1.      Pengobatan non-farmakologis
a.       Latihan usus besar
b.      Diet
c.       Olahraga

2.      Pengobatan farmakologis


a.       Memperbesar dan melunakkan massa feses, antara lain : Cereal,
Methyl selulose, Psilium.
b.      Melunakkan dan melicinkan feses, obat ini bekerja dengan
menurunkan tegangan permukaan feses, sehingga mempermudah
penyerapan air. Contohnya : minyak kastor, golongan dochusate.
c.       Golongan osmotik yang tidak diserap, sehingga cukup aman
untuk digunakan, misalnya pada penderita gagal ginjal, antara lain :
sorbitol, laktulose, gliserin
d.      Merangsang peristaltik, sehingga meningkatkan motilitas usus
besar. Golongan ini yang banyak dipakai. Perlu diperhatikan bahwa
pencahar golongan ini bisa dipakai untuk jangka panjang, dapat
merusak pleksusmesenterikus dan berakibat dismotilitas kolon.
Contohnya : Bisakodil, Fenolptalein
• Pencegahan
1. Jangan jajan di sembarang tempat.
2. Hindari makanan yang kandungan lemak dan
gulanya tinggi.
3. Minum air putih minimal 1,5 sampai 2 liter air (kira-
kira 8 gelas) sehari dan cairan lainnya setiap hari.
4. Olahraga, seperti jalan kaki (jogging) bisa dilakukan.
Minimal 10-15 menit untuk olahraga ringan, dan
minimal 2 jam untuk olahraga yang lebih berat.
5. Biasakan buang air besar secara teratur dan jangan
suka menahan buang air besar.
6. Konsumsi makanan yang mengandung serat
secukupnya, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.
7.Tidur minimal 4 jam sehari.

Anda mungkin juga menyukai