KONSTIPASI
KONSTIPASI
KONSTIPASI
Oleh Kelompok 3 :
1.Konstipasi Fungsional
Kriteria:
a. Mengedan keras 25% dari BAB
b. Feses yang keras 25% dari BAB
c. Rasa tidak tuntas 25% dari BAB
d. BAB kurang dari 2 kali per minggu
11. Umur
Patofisiologis
Defekasi dimulai dari gerakan peristaltik usus besar yang
menghantarkan feses ke rektum untuk dikeluarkan. Feses masuk
dan meregangkan ampula dari rektum diikuti relaksasi dari
sfingter anus interna. Untuk meghindarkan pengeluaran feses
yang spontan, terjadi refleks kontraksi dari sfingter anus eksterna
dan kontraksi otot dasar pelvis yang depersarafi oleh saraf
pudendus. Otak menerima rangsang keinginan untuk BAB dan
sfingter anus eksterna diperintahkan untuk relaksasi, sehingga
rektum mengeluarkan isinya dengan bantuan kontraksi otot
dinding perut. kontraksi ini akan menaikkan tekanan dalam
perut, relaksasi sfingter dan otot elevator ani. Baik persarafan
simpatis maupun parasimpatis terlibat dalam proses BAB.
Patogenesis dari konstipasi bervariasi, penyebabnya multipel,
mencakup beberapa faktor yang tumpang tindih. Walaupun
konstipasi merupakan keluhan yang banyak pada usia lanjut,
motilitas kolon tidak terpengaruh oleh bertambahnya usia. Proses
menua yang normal tidak mengakibatkan perlambatan dari
perjalanan saluran cerna. Perubahan patofisiologi yang
menyebabkan konstipasi bukanlah karena bertambahnya usia
tapi memang khusus terjadi pada mereka dengan konstipasi.
Manifestasi Klinis
1.Perut terasa begah, penuh, dan bahkan terasa kaku karena
tumpukan feses.
2. Feses menjadi lebih keras, panas, dan berwarna lebih gelap
daripada biasanya, dan jumlahnya lebih sedikit daripada biasanya
(bahkan dapat berbentuk bulat-bulat kecil bila sudah parah).
3. Pada saat buang air besar tinja sulit dikeluarkan atau dibuang,
kadang-kadang harus mengejan ataupun menekan-nekan perut
terlebih dahulu supaya dapat mengeluarkan tinja.
4. Terdengar bunyi-bunyian dalam perut.
5. Bagian anus terasa penuh, dan seperti terganjal sesuatu disertai
sakit akibat bergesekan dengan tinja yang panas dan keras.
6. Frekuensi buang angin meningkat disertai bau yang lebih busuk
daripada biasanya (jika kram perutnya parah, bahkan penderita
akan kesulitan atau sama sekali tidak bisa buang
7. Menurunnya frekuensi buang air besar, dan meningkatnya waktu
transit buang air besar (biasanya buang air besar menjadi 3 hari
sekali atau lebih).
8. Terkadang mengalami mual bahkan muntah jika sudah parah.
• Komplikasi
Peningkatan tekanan arteri dapat terjadi pada defekasi. Mengejan saat
defekasi, yang mengakibatkan manuver valsava (mengeluarkan nafas
dengan kuat sambil glotis tertutup), mempunyai efek pengerutan pada
tekanan darah arteri. Selama mengejan aktif, aliran darah vena di
dada untuk sementara dihambat akibat peningkatan tekanan
intratorakal.
Imfaksi fekal terjadi apabila suatu akumulasi massa feses kering tidak
dapat dikeluarkan. Massa ini dapat diraba pada pemeriksaan manual,
dapat menimbulkan tekanan pada mukosa kolon yang mengakibatkan
pembentukan ulkus, dan dapat menimbulkan rembesan feses cair
yang sering.
Hemoroid dan fisura anal dapat terjadi sebagai akibat konstipasi.
Fisura anal dapat diakibatkan oleh pasase feses yang keras malalui
anus, merobek lapisan kanal anal. Hemoroid terjadi sebagai akibat
kongesti vaskuler perianal yang disebabkan oleh peregangan.
Megakolon adalah dilatasi dan atoni kolon yang disebkan oleh massa
fekal yang menyumbat pasase isi kolon. Gejala meliputi konstipasi,
inkontenensia fekal cair, dan distensi abdomen. Megakolon dapat
menimbulkan perforasi usus.
• Pemeriksaan
1. Pemeriksaan fisik :
Pemeriksaan rongga mulut, yang meliputi gigi gerigi, adanya
luka pada selaput lendir mulut, dan tumor yang dapat
mengganggu indra.
Pemeriksaan pada daerah perut, apakah ada pembesaran perut,
tonjolan.
Pemeriksaan dengan stetoskop yang digunakan untuk
mengeahui gerakan peristaltik usus besar serta mengetahui
adanya sumbatan usus.
Colok dubur digunakan untuk memberikan informasi tentang
tegangan dubur, otot, adanya timbunan tinja atau adanya darah.
2.Pemeriksaan laboratorium
Dikaitkan dengan upaya mendeteksi faktor resiko konstipasi
seperti gula darah, kadar hormon tiroid, elektrolit, anemia akibat
keluarnya darah dari dubur.
• Penatalaksaan
1. Pengobatan non-farmakologis
a. Latihan usus besar
b. Diet
c. Olahraga