Anda di halaman 1dari 12

IMAN KRISTEN DAN

PLURALISME
KELOMPOK F
1. Karenina Gloria S. - 192410101048
2. Naomi Tabita P. - 191810401037
3. Axgrandchy O. - 191810401036
4. Krisdavid Butabara - 191510601049
5. Wellant Putra I. - 181610101155
Pluralisme (bahasa Inggris: pluralism), terdiri dari dua
Pengertian kata plural (=beragam) dan isme (=paham) yang berarti paham
Pluralisme atas keberagaman. Pluralisme juga dapat berarti kesediaan untuk

Agama menerima keberagaman (pluralitas), baik dalam suku, golongan,


agama, adat, hingga pandangan hidup. Pluralisme
mengimplikasikan pada tindakan yang bermuara pada pengakuan
kebebasan beragama, kebebasan berpikir, atau kebebasan
mencari informasi, sehingga untuk mencapai pluralisme
diperlukan adanya kematangan dari kepribadian seseorang
dan/atau sekelompok orang.

Dalam dunia Kristen, pluralisme agama pada beberapa dekade


terakhir diprakarsai oleh John Hick. Dalam hal ini dia mengatakan
bahwa menurut pandangan fenomenologis, terminologi
pluralisme agama arti sederhananya ialah realitas bahwa sejarah
Pluralisme
Berdasarkan Pluralisme pada dasarnya dapat dipahami dalam
Model Pandangan minimum tiga kategori. Pertama, kategori sosial, yang
berpendapat ”semua agama berhak untuk ada dan
Teologi Agama-
hidup.” Oleh sebab itu, para pemeluknya harus belajar
Agama untuk toleran dan bahkan menghormati iman atau
kepercayaan dari penganut agama lainnya. Kedua,
kategori etika atau moral, yang memahami ”semua
pandangan moral dari masing-masing agama bersifat
relatif dan sah” sehingga tidak menghakimi penganut
agama lain yang memiliki pandangan moral berbeda,
misalnya terhadap isu pernikahan, aborsi, hukuman
gantung, eutanasia, dll. Ketiga, kategori teologi-filosofi,
yang meyakini ”agama-agama pada hakekatnya setara,
sama-sama benar dan sama-sama menyelamatkan” atau
dengan kata lain ”banyak jalan menuju Roma,” artinya
semua agama pada hakikatnya menuju pada Allah, hanya
jalannya yang berbeda-beda
Faktor-Faktor
Pendorong Pluralisme
01 Iklim demokrasi
Kata “toleransi” memegang peranan penting
dalam iklim demokrasi. Sejak kecil kita diajar untuk
saling menghormati kemajemukan suku, bahasa,
dan agama. Bukankah semboyan bangsa Indonesia
adalah Bhineka Tunggal Ika (berbeda-beda tetapi
satu jua). Inilah yang mendorong banyak orang
untuk berpikir bahwa semua perbedaan yang ada
pada dasarnya bersifat tidak hakiki. Beranjak dari
sini, kemudian toleransi terhadap keberadaan
penganut agama lain dan agama-agama lain mulai
berkembang menjadi “penyamarataan semua
agama.” Pertimbangannya adalah semua agama
02 Pragmatisme
Dalam konteks Indonesia maupun dunia yang penuh
dengan konflik horizontal antar pemeluk agama,
keharmonisan merupakan tema yang digemakan di mana-
mana. Aksi-aksi ”fanatik” dari pemeluk agama yang
bersifat destruktif dan tidak berguna bagi nilai-nilai
kemanusiaan membuat banyak orang menjadi muak.
Inilah yang lalu mendorong pragmatisme bertumbuh
subur. Banyak orang mulai tertarik pada ide bahwa
menganut pluralisme agama (menjadi pluralis) akan lebih
baik daripada seorang penganut agama tertentu yang
”fanatik.” Akhirnya, orang-orang ini terdorong untuk
meyakini bahwa keharmonisan dan kerukunan lebih
mungkin dicapai dengan mempercayai pluralisme agama
03 Relativisme
.

Relativisme menganggap kebenaran itu relatif,


tergantung siapa yang melihatnya. Dalam era postmodern ini
penganut relativisme percaya bahwa agama-agama yang ada
juga bersifat relatif. Masing-masing agama benar menurut
penganutnya ataupun komunitasnya sehingga kita tidak
berhak menghakimi iman orang lain. Kita hanya dapat
berkata ”agamamu benar menurutmu, agamaku benar
menurutku. Kita sama-sama benar.” Relativisme agama
seolah-olah ingin membawa prinsip win-win solution ke
dalam area kebenaran.
04 Perenialisme

Mengutip Komarudin Hidayat, filsafat perennial adalah


kepercayaan bahwa Kebenaran Mutlak (The Truth) hanyalah
satu, tidak terbagi, tetapi dari Yang Satu ini memancar
berbagai “kebenaran” (truths). Sederhananya, Allah itu
satu, tetapi masing-masing agama meresponsnya dan
membahasakannya secara berbeda-beda sehingga muncullah
banyak agama. Hakekat dari semua agama adalah sama,
hanya tampilan luarnya yang berbeda.
Pluralisme agama merupakan suatu usaha yang dilandasi
Pluralisme keinginan positif mendamaikan pertentangan yang sering terjadi
antar umat beragama, baik di dunia ini maupun di Indonesia.
Menurut Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu waspadai dari

Alkitab pluralisme agama ini.


1.Merupakan pendangkalan iman. Pluralisme adalah konsep
yang mereduksi keunikan pandangan agama masing-masing.
2.Memiliki dasar yang lemah. Pluralisme agama didasari
pragmatisme yang penganutnya tampaknya sering tidak bisa
membedakan antara relativisme dalam hal selera (enak/tidak
enak, cantik/tidak cantik), opini dan sudut pandang (ekonomi,
sosiologi) dengan kemutlakan kebenaran.
3.Penganut pluralisme agama seringkali tidak konsisten.
Hal ini terlihat ketika mereka sering menuduh golongan yang
percaya bahwa hanya agamanyalah yang benar (sering
disebut eksklusivisme atau partikularisme dalam teologi
Kristen).
4.Menghasilkan toleransi yang semu. Toleransi yang sejati
justru muncul sebagaimana dikatakan Frans Magnis Suseno,
”meskipun saya tidak meyakini iman-kepercayaan Anda,
meskipun iman Anda bukan kebenaran bagi saya, saya
sepenuhnya menerima keberadaan Anda. Saya gembira
bahwa Anda ada, saya bersedia belajar dari Anda, saya
Dengan demikian, apabila kita hendak mendasarkan
hidup kita di atas kebenaran Alkitab, kita tidak dapat
menerima pluralisme agama sebab memiliki banyak
kelemahan dalam logika dan konsistensi teologi.
Pandangan yang menyatakan “semua agama menuju
pada Allah dan semua agama menyelamatkan”
haruslah ditolak. Sebagai orang percaya kita perlu
berani mengakui perkataan Yesus "Akulah jalan dan
kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang
datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh.
14:6). Sikap demikian bukanlah fanatik melainkan sikap
yang konsisten. Seseorang disebut fanatik bila
mempercayai sesuatu atau seseorang tanpa bersikap
kritis terhadapnya. Oleh sebab itu seseorang yang
belum pernah belajar semua agama tetapi terburu-buru
mengatakan semua agama pada dasarnya sama justru
adalah orang yang fanatik terhadap pluralisme agama.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai