Anda di halaman 1dari 28

FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KONTAMINASI PADA PRODUK FARMASI

 MK MIKROBIOLOGI FARMASI
 26 APRIL 2017
 Dosen : Ira Adiyati Rum, M.Si
PRODUK UTAMA FARMASI

1. OBAT
2. MAKANAN
3. KOSMETIKA
FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KONTAMINASI PADA PRODUK
FARMASI

1. FAKTOR BAHAN BAKU


2. PROSES PEMBUATAN
3. FAKTOR PENYIMPANAN
ISTILAH

Kontaminan: Sebuah pengotor atau zat-zat atau


bahan yang menyebabkan kontaminasi
Kontaminasi : kotoran atau bahan yang tidak
diinginkan (kimia, mikrobiologi, benda asing) ke
dalam bahan awal, antara selama produksi, sampling,
pengemasan, penyimpanan dan transportasi.
Kontaminasi silang : Pencemaran suatu bahan atau
produk dengan bahan atau produk lain. (diambil dari
glossarium CPOB 2012)
Berikut merupakan sumber utama kontaminasi di fasilitas
pembuatan obat/industri farmasi:

Tempat dan Desain Bangunan


Peralatan
Personil : pakaian dan sepatu
Sistem Heating Ventilation and Air
Conditioning (HVAC)
Proses Produksi
Tempat dan Desain Bangunan

Pencahayaan (lampu) harus


dirancang sehingga semua area
dapat diterangi, ini untuk mencegah
area tertentu sulit dibersihkan.
Peralatan

Peralatan harus mempunyai permukaan yang halus


sehingga mudah dibersihkan dan tidak menjadi
tempat bersembunyinya kotoran. Biasanya peralatan
merupakan stainless steel.
Pemakaian sikat hendaklah dibatasi karena dapat
menimbulkan bahaya pencemaran dari bulu sikat
dan/atau partikel yang menempel pada sikat.
Pembersihan disarankan menggunakan vacuum cleaner dan
tidak disarankan pembersihan menggunakan semprotan udara.
 Vacuum cleaner untuk area produksi betalaktam, sitotoksik,
hormon, antibiotik dan produk biologi harus masing-masing
tidak boleh saling bertukar. Pelabelan dan pembersihan sesuai
SOP harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi.
Harus dipastikan bahwa semua material dari bahan produk
sebelumnya telah dipindah dan dibersihkan sehingga tidak
tersisa sisa-sisa bahan/produk. Perbaikan dan perawatan mesin
tidak boleh dilakukan selama operasi produksi Bungkus
peralatan dengan pembungkus inert/polyetilen setelah
dibersihkan dan tidak digunakan dalam jangka waktu tertentu
(lama).
Personil
Sistem Heating Ventilation and Air Conditioning (HVAC)

Di area produksi/manufaktur dipasang sistem HVAC


terkualifikasi dengan airlock, HEPA filter dan perbedaan
tekanan udara yang sesuai. Suplai udara dan titik
pengumpulan debu tidak boleh terlalu dekat (dengan
ruang produksi) dan kantung pembuangan adalah sekali
pakai. Tidak ada boleh ada risiko debu dari tempat
pengumpulan ke area produksi terutama terutama waktu
proses produksi dan pengemasan primer. Risiko
kontaminan yang disebabkan dari resirkulasi/masuk
kembali udara harus diminimalisir. Pembersihan bagian-
bagian HVAC harus dipastikan tidak mencemari fasilitas
produksi.
Proses Produksi

Pada setiap tahapan proses, bahan baku, bahan


antara atau bahan cetak harus bebas kontaminan.
 Dalam penimbangan biasanya pembungkus luar
dari bahan dilepaskan ditempat khusus baru
dimasukkan ke dalam ruang produksi, untuk
mengurangi risiko kontaminasi. Risiko kontaminasi
dari proses produksi ini juga kerap kaintannya
dengan desain bangunan.
Fermenter/ bioreaktor berupa bejana yang dilengkapi dengan
berbagai alat kendali dengan sistem komputer.
 PENGELOLAAN BAHAN BAKU KOSMETIK

Bahan baku sangat peka terhadap serangan


mikroba
Berdasarkan asal dan cara prosesnya, bahan baku dapat
memiliki tingkat kontaminasi yang tinggi atau rendah atau
sensitif terhadap kontaminasi mikroba selanjutnya. Air
yang bebas bahan padat sintetik biasanya mengalami
problem pembusukan mikroba yang rendah. Hal yang sama
juga terjadi pada air bebas minyak, lilin dan lemak sintetik,
sebagaimana pula pengemulsi, surfaktan dan agen aktif-
permukaan (surface agent), yang sepertinya tidak
mendukung kemampuan mikroorganisme untuk
berkembang.
Kondisi ini dapat berubah secara dramatis dengan segera apabila mereka
dicampur dengan bahan baku bersifat cair (aqueous). Bahkan bahan baku
alami dalam bentuk air yang bebas serbuk atau granula, dapat menjadi
tempat tumbuhnya mikroorganisme, virus ataupun toksin mikroba.
Analisa terhadap materi/bahan-bahan ini, dapat menunjukkan
keberadaan bakteri, spora Clostridium, Staphylococci, kapang dan
khususnya toksik fungi/jamur. Lebih jauh lagi, kemungkinan
keberadaan spora bakteri tidak dapat dihindari, karena keberadaan
bakteri bisa jadi telah ada semenjak tahap persiapan produksi
dengan prosentase alkohol yang tinggi.
Bahan mentah alami yang diekstrak, diproduksi ataupun disediakan dalam
bentuk cairan, juga sensitif terhadap kontaminasi mikrobial. Cara pengawetan
yang kurang tepat ketika digunakan untuk menghasilkan produk dalam bentuk
larutan, dispersi ataupun emulsi, dapat menyebabkan bahan baku ini
mendukung pertumbuhan mikroorganisme gram negatif, semisal Enterobacter
spp., Escherichia coli, Citrobacter spp., Pseudomonas spp., dan lainnya.
Kerusakan makanan
spesifik oleh mikroba

Minuman ringan dan jus buah.


~ Kandungan gula tinggi, pH rendah, Aw rendah, OR rendah (carbonated).

~ Kerusakan: kapang, ragi, bakteri asidurik.

~ Minuman ‘carbonated’
Torulopsis, Candida, Pichia, Hansenula, Sacharomyces  produk keruh.
Lactobacillus & Leuconostoc  asam organik + dekstran.

~ Non carbonated  kondisi DO tinggi  ditemukan jg Penicillium, Aspergillus,


Mucor, Fusarium, Acetobacter.
Acetobacter  alkohol  asam asetat.

~ Pencegahan : pengawetan  panas, dingin, beku, pengawet kimia.


Kerusakan makanan
kaleng

Makanan kalengan  perlakuan panas (lama: tergantung pH).


- pH tinggi (> 4,6)  acuan C. botulinum  spora bakteri yang lebih
tahan panas ex: termofilik.
- pH rendah (  4,6)  sel vegetatif & beberapa spora
(pH rendah menghambat C. botulinum)  spora bakteri termofilik asidurik.

Kerusakan terjadi secara:


A. Non mikrobiologis (reaksi kimia & enzimatis).
Produksi hidrogen (H2 swell), CO2, browning, korosi kaleng, likuifikasi, perubahan
warna karena reaksi enzimatis.
Kerusakan makanan kaleng

Kerusakan makanan kaleng


. Mikrobiologis disebabkan:
Tidak cukup pendinginan setelah pemanasan atau penyimpanan suhu tinggi 
germinasi & pertumbuhan spora termofilik  3 tipe kerusakan (terdedah > 430 c).
Tidak cukup pemanasan  mesofilik tetap hidup & tumbuh (sel vegetatif & spora).
Kebocoran kaleng ( walau mikroskopis)  mikroba kontaminan, kerusakan tergantung
jenis mikroba.
Kerusakan makanan
kaleng

~ Mikroba termofilik pembentuk spora.


Menyebabkan 3 jenis kerusakan makanan pH tinggi jika terdedah > 430 C
(Ex: jagung, kacang polong).

1. Pengasaman.
Kaleng tidak menggelembung  rasa produk asam krn B. stearothermophilus
( fermentasi KH  asam tanpa gas).
2. Pertumbuhan C. thermosaccharolyticum (anaerob)  kaleng gembung (prod H2 & CO2)
3. Sulfide stinker spoilage.
Disebabkan bakteri anaerob (-) pembentuk spora ex: Desulfotomaculum nigrificans
 Produk berwarna tua, bau telur busuk (H2S).
H2S dari asam amino yang mengandung sulfur terlarut & bereaksi dengan besi
 warna hitam besi sulfida.
Kerusakan makanan kaleng

Kerusakan karena pemanasan tidak cukup


~ Mikroba yang tumbuh terutama Clostridium & Bacillus.
- C. butyricum & C. pasteurianum  fermentasi KH  asam volatil, gas, & CO2
 swelling.
- C. sporogenes, C. putrefaciens, C. botulinum  metabolisme protein  H2S,
merkaptan, indol, skatol, amonia, CO2 & H2O  swelling.
- Spora beberapa Bacillus anaerob fakultatif
Ex : B. substilis & B. coagulan  produksi asam & gas CO2.
Kerusakan makanan kaleng

Tanda kerusakan menurut Winarno dkk (1984):


1. flat sour kaleng tidak cembung, tetapi isinya sangat asam.
2. flipper, kaleng kelihatan normal, tetapi jika salah satu ujung ditekan,
maka akan cembung ke arah yang berlawanan.
3. springer, salah satu ujung datar, sedang ujung lainnya cembung.
Jika ditekan akan cembung ke arah berlawanan.
4. swell (cembung) yang dibedakan atas soft swell dan hard swell.
Kaleng menjadi cembung karena adanya bakteri pembentukan gas
Kerusakan makanan dingin

~ Makanan dingin (kemasan vakum & MA)  menghambat


pertumbuhan mikroba  waktu simpan lama.

~ Mikroba dalam kemasan vakum dan MA 0-10 C.


- Patogen mesofilik : Yersinia enterocolitica, Listeria monocytogenes.
- Patogen psikrofilik : Clostridium spp.
- Bakteri pembusuk : Leuconostoc spp, Lactobacillus spp, Serratia spp.

~ Kerusakan makanan dingin dalam kemasan vakum


- Perubahan lingkungan makanan  kondisi vakum, sistem barier 02, pH,
penyimpanan lama pada suhu rendah  pertumbuhan bakteri alami
 kerusakan.
- Penggunaan ‘super sanitasi’  eliminasi mikroba umum  pertumbuhan
minor flora.
-Produksi skala besar  pembersihan & sanitasi peralatan kurang efesien.
Kerusakan makanan dingin

Contoh kerusakan makanan dingin dalam kemasan vakum.


~ Kerusakan daging segar C. laramie & C. estertheticum  akumulasi H2S & cairan
perubahan tekstur (lunak) dan warna (merah -> hijau).
~ Kerusakan roast beef (Clostridium spp)  akumulasi gas & cairan, perubahan warna
dari coklat terang  pink.
~ Kerusakan tahu (Clostridium spp)  akumulasi gas & cairan.
~ Kerusakan keju lunak (Leuconostoc spp)  akumulasi gas & cairan, perubahan
tekstur (lunak).
Modified Atmosphere Package & Vacuum Package

Home VP
Mikroba patogen pada makanan dan sumber pencemarannya. Albiner Siagian. U
Kesimpulan:

Dari semua yang disebut diatas yang paling penting adalah monitoring dan
evaluasi berkala. Pemastian bahwa semua bagian (bangunan, peralatan, personil
dll) berkerja sama membentuk suatu sistem sehingga risiko kontaminasi sangat
kecil/tidak ada. Perlu dilakuakan validasi pembersihan secara berkala untuk
memastikan sistem telah bekerja dengan fungsinya.

Anda mungkin juga menyukai