Anda di halaman 1dari 51

REFLEKSI KASUS

Gizi Buruk pada Anak den


gan Infeksi HIV/AIDS

A.A.A. Listya Samanta Dharma / 1871121035


PEMBIMBING : DR. dr. A. A. Oka Lely, Sp.A
TEORI
Gizi buruk  suatu keadaan dimana status gizi BB/TB dengan
Z-score <-3 maupun dengan tanda – tanda klinis berupa marasmus,
kwashiorkor dan marasmus-kwashiorkor.

AIDS  infeksi yang disebabkan oleh HIV yang menyebabkan suatu


penyakit yang menyerang sel – sel kekebalan tubuh.

Penelitian Jama (2015) sebagian besar anak yang terinfeksi HIV


mengalami penurunan nafsu makan, malabsorbsi, kehilangan zat gizi
(diare)  mempengaruhi status gizi mereka melalui peningkatan REE
(Resting Energy Expenditure) dan perubahan metabolik yang komplek
 berujung pada penurunan berat badan dan wasting.
Epidemiologi
 WHO tahun 2005 melaporkan lebih dari 21,65 juta penderita
kejang demam dan lebih dari 216 ribu di antaranya meninggal

 Kejadian kejang demam di Indonesia disebutkan terjadi pada 2-


5% anak berumur 6 bulan sampai dengan 3 tahun.

 Dari penelitian yang dilakukan RS Dr. Soetomo Surabaya


didapatkan hasil bahwa dari 69 anak dengan Epilepsy Tregered
of Fever (ETOF), 1/3 anak mengalami retardasi mental dan 1/3
lainnya mengalami gangguan pada memori, berbahasa,
membaca dan berhitung

 Fungsi kognitif dipengaruhi banyak faktor seperti kerusakan otak


yang melatar belakanginya, umur onset, lama menderita kejang,
dan frekuensi serangan.
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
Kejang demam  gangguan neurologis akut yang paling umum terjadi
pada bayi dan anak – anak disebabkan tanpa adanya infeksi sistem
saraf pusat (ekstrakranial). Kejang demam dapat terjadi bila suhu diatas
38°C dan suhu yang tinggi dapat menimbulkan serangan kejang
EPIDEMIOLOGI
Terjadi pada 2 % - 5% Insiden di dunia yaitu
anak berumur 6 bulan – 460 per 100.000 anak
5 tahun usia 0 – 4 tahun

Rasio kejadian kejang 30 % pasien mengalami


demam pada kejang demam berulang
anak laki-laki : dan kemudian
perempuan = 2:1 meningkat menjadi 50%
jika kejang pertama
terjadi usia < 1 tahun

Di RSUP Sanglah 80 % termasuk kejang


terdapat 342 kasus KD demam sederhana dan
(2010)  386 kasus 20% lainnya kejang
(2011) demam kompleks
Etiologi

Umur anak

Tinggi dan kecepatan


?
peningkatan demam

Hereditas

Infeksi (ISPA, OMA, ISK)


PATOFISIOLOGI
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
No Klinis KDS KDK

1 Durasi < 15 menit > 15 menit

2 Tipe Kejang Umum Umum/fokal

3 Berulang dalam 1 episode 1 kali > 1 kali

4 Defisit neurologis - +/-

5 Riwayat keluarga kejang demam +/- +/-

6 Riwayat keluarga kejang tanpa demam +/- +/-

7 Abnormalitas neurologis sebelumnya +/- +/-


MANIFESTASI KLINIS

• Demam yang biasanya di atas (38,9ºC).


• Jenis kejang (menyentak atau kaku otot)
• Gerakan mata abnormal (mata dapat berputar-putar atau ke atas).
• Suara pernapasan yang kasar terdengar selama kejang.
• Penurunan kesadaran.
• Kehilangan kontrol kandung kemih atau pergerakan usus.
• Muntah.
• Dapat menyebabkan mengantuk atau kebingungan setelah kejang dalam
waktu yang singkat
DIAGNOSIS
PROFILAKSIS
Antikonvulsan Intermittent
Diazepam oral 0.3mg/kg/kali per oral atau 0.5 mg/kg/kali per
rektal sebanyak 3x, diberikan selama 48 jam pertama demam

Antikonvulsan Rumat
1. Kejang fokal
2. Kejang lama dengan durasi >15 menit
3. Terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau
sesudah kejeang misalkan palsi serebral, hidrosefalus,
dan hemiparesis.
 Asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, atau
phenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis.
  Kejang demam Meningitis Ensefalitis
Manifestasi a. KDS - Sakit kepala dan demam Masa prodromal berlangsung 1-
Klinis - berlangsung kurang dari 15 (gejala awal yang sering) 14 hari ditandai dengan:
menit dan umumnya akan - perubahan pada tingkat - demam
berhenti sendiri, kesadaran kesadaran dapat terjadi - sakit kepala
normal letargi , tidak responsif, - mual dan muntah
- tidak terulang dalam waktu 24 dan koma. - nyeri tenggorokan
jam - rigiditas nukal (+) - malaise
- kejang umum tonik dan atau - tanda kernig (+) - nyeri ekstremitas
klonik - tanda brudzinki (+)
b. KDK
- berlangsung >15 menit
- fokal/multipel (kejang >1x
dalam 24 jam)
Pemeriksaan   Pemeriksaan cairan Pemeriksaan cairan
Penunjang serebrospinal: leukositosis serebrospinal: peningkatan
(100-10.000/uL) limfosit dan protein
KOMPLIKASI

• Kejang demam berulang

• Retardasi Mental

• Epilepsi
PROGNOSIS

Perkembangan
dan neurologis
umumnya tetap
normal
pada pasien yang
sebelumnya normal.
KASUS
IDENTITAS PASIEN

Identitas Pasien
Nama : NPP
Usia : 1 tahun 5 bulan
Jenis kelamin : Laki - Laki
Alamat : Br. Blahpande Kelod Sidan Gianyar
Agama : Hindu
Suku/bangsa : Bali/Indonesia
No. RM. : 654819
Tanggal MRS. : 27/06/2019
Ruang : Abimanyu
Penanggung jawab : dr. Putu Triyasa, Sp. A
ANAMNESIS (HETEROANAMNESIS)

Keluhan Utama : Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Poli Anak RSUD Sanjiwani pada tanggal 27 Juni 2019 dengan
keluhan mencret yang berlangsung lama kurang lebih 1 bulan. Frekuensi BAB > 10
kali setiap harinya, bersifat cair, dengan jumlah ± ¼ gelas setiap kalinya, tanpa disertai
lendir dan atau darah. Selama sakit, pasien sulit minum karena muntah dan ruam pada
mulut sehingga berat badan pasien menurun sebanyak 1000 gram. Sebelum sakit
pasien memang susah makan dan ketika sakit nafsu makan pasien tambah menurun
dan asupan nutrisi hanya dari susu formula. Selain itu pasien juga mengalami muntah
setiap minggu dalam 1 bulan terakhir. Dalam sehari pasien mampu minum sekitar 800
ml. Keluhan ini disertai demam yang menetap. Sejak lahir pemberian ASI hanya
sampai 3 bulan karena ibu mulai bekerja. Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat
untuk mengobati keluhannya selama ini.
ANAMNESIS (HETEROANAMNESIS)

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengalami ruam pada mulut, sekitar 2 bulan yang lalu.

Riwayat Penyakit Keluarga:


Ayahnya meninggal saat pasien berusia 6 bulan, penyebab kematian tidak
diketahui. Kondisi terakhir saat hidup kurus, penuh tato, meminum minuman
beralkohol, dan mengkonsumsi rokok.

Riwayat Lingkungan, Sosial, Pribadi :


Sebelum sakit pasien memang susah makan dan ketika sakit nafsu makan pasien
tambah menurun dan asupan nutrisi hanya dari susu formula. Dalam sehari pasien
mampu minum sekitar 800 ml.berat badan pasien menurun sebanyak 1000 gram.
Sejak lahir pemberian ASI hanya sampai 3 bulan karena ibu mulai bekerja. Pasien
tidak pernah mengkonsumsi obat untuk mengobati keluhannya selama ini.
Riwayat Lingkungan, Sosial, Pribadi

Riwayat Imunisasi :
Pasien lahir secara spontan, cukup bulan, BBL 3100 gram.

Riwayat Nutrisi
ASI : 0 – 2 tahun
Bubur susu : : 6 bulan – 9 bulan
Nasi tim : 9 bulan – 12 bulan
Makanan Dewasa : 12 bulan – sekarang
Riwayat Lingkungan, Sosial, Pribadi

Riwayat Tumbuh Kembang :


Tangan dan kaki bergerak aktif : 1 bulan
Mengangkat kepala ketika tengkurap : 2 bulan
Menegakkan kepala : 3 bulan
Membalik badan : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Merangkak : 8 bulan
Berdiri : 11 bulan
Berjalan : 12 bulan
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
• Kesadaran : Compos Mentis
• Laju Nadi : 110 kali/menit
• Laju Nafas : 28 kali/menit
• Suhu axilla : 37,5oC
• Berat badan : 6 kg
• Tinggi badan : 69 cm
Status Gizi
Berat Badan : 6 kg
Berat Badan Ideal : 12 kg
Tinggi Badan : 69 cm
Status Gizi berdasarkan CDC :
BB/U : (-3)SD-(-1)SD
TB/U : (-2)SD-(0)SD
IMT/U : (-3)SD-(-1)SD
Status Gizi menurut Waterlow : 66,7% (Gizi Buruk)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Kepala : Normochepali
Mata : Anemis -/- ikterus -/-
Bibir : Sianosis (-), Kering (-)
THT
Telinga : Sekret (-)
Hidung : Sekret (-), NCH (-)
Tenggorok : Faring hiperemis (+), Tonsil T1/T1
Thoraks : Simetris (+), retraksi (-)
Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru : Ves +/+, Rho -/-, Wh -/-
Abdomen
Inspeksi : Distensi (-)
Auskultasi : BU (+) normal
Palpasi : Hepar-Lien tidak teraba
Perkusi : Timfani
Ekstremitas : Hangat edema
Thorak :
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas : ICS II sternal line sinistra
Batas Kanan : ICS IV Parasternal line dextra
Bata Kiri : ICS V Midclavicula line sinistra
Auskultasi : S1S2 tunggal regular murmur (-)

Paru : Inspeksi : Simetris (+), Retraksi (-)


Palpasi : Gerakan dada simetris, VF N/N
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Inspeksi : Distensi (-)
Auskutasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar-lien tidak teraba.
Ekstremitas : Akral hangat (+) pada keempat ekstremitas, edema (-)
CRT<3 detik
Kulit : Sianosis (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah Lengkap: 22/06/19

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Keterangan

WBC 8,59 4,0-10,0 N

Lym% 30,2 20,0-40,0 N

HGB 11,8 11,0-16,0 N

MCV 75,5 82,0-92,0 L

MCH 26,7 27,0-31,0 L

MCHC 35,4 32,0-36,0 N

HCT 33,2 37,0-54,0 L

PLT 389 150-450 N


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Elektrolit : 22/06/19
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Keterangan

Natrium 132 133-155 mmol/L L


Kalium 4,1 3,5-5,5 mmol/L N

Chlorida 103 95-108 mmol/L N

Pemeriksaan Glukosa : 22/06/19

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan

Glukosa 110mg/dl < 150mg/dl N


Diagnosis
Kejang demam sederhana + Infeksi Saluran Pernafasan Atas

Penatalaksanaan

• Kebutuhan cairan 1100cc  IVFD D5 ½ NS ~ 16 tpm makro


• Parasetamol 15mg/kgBB/kali ~ 180 mg/kali ~ 18 ml tiap 4 jam
• Stesolid syr 0,5mg/kgBB/hari ~ 4 x ¾ cth bila Tax ≥ 38C
• Cefotaxime 50mg/kgBB/kali ~ 600mg tiap 8 jam (IV)
• Erdostein syrup 2 x 1,5ml
• KIE
PERKEMBANGAN PASIEN
22/06/19 23/06/19 24/06/19
S: Demam (+), kejang (-) batuk (+) pilek (+) S: Demam (+), kejang (-) batuk (+) pilek (+) S: Demam (+), kejang (-) batuk (+) pilek (+)
mual /muntah (-/-) makan / minum (+/+) mual /muntah (-/-) makan / minum (+/+) mual /muntah (-/-) makan / minum (+/+)
BAB/BAK (+/+) sariawan di lidah BAB/BAK (+/+) sariawan di lidah BAB/BAK (-/+)
     
O: Status present
O: Status present O: Status present
N: 120 x/menit, kuat angkat, isi cukup, reguler
RR: 24 x/menit, reguler N: 120 x/menit, kuat angkat, isi cukup, N: 140 x/menit, kuat angkat, isi cukup,
Tax: 39,5oC reguler reguler
Status general RR: 20 x/menit, reguler RR: 20 x/menit, reguler
Kepala: normocephali Tax: 39,1oC Tax: 37,9oC
Mata: anemis -/-, ikterus -/- Status general Status general
THT: sekret (+), NCH (-), faring hiperemis (+) Kepala: normocephali Kepala: normocephali
Thoraks: simetris (+), retraksi (-) Mata: anemis -/-, ikterus -/- Mata: anemis -/-, ikterus -/-
Cor: S1S2 tunggal reg, murmur (-) THT: sekret (+), NCH (-), faring hiperemis THT: sekret (+), NCH (-), faring hiperemis
Po: ves +/+, rh -/-, wh -/- (+) (+)
Abd: distensi (-), BU (+) Normal Thoraks: simetris (+), retraksi (-) Thoraks: simetris (+), retraksi (-)
Eks: hangat +/+/+/+
 
Cor: S1S2 tunggal reg, murmur (-) Cor: S1S2 tunggal reg, murmur (-)
A: Kejang demam sederhana + ISPA Po: ves +/+, rh -/-, wh -/- Po: ves +/+, rh -/-, wh -/-
P: - Kebutuhan cairan 1100cc  IVFD D5 ½ NS Abd: distensi (-), BU (+) Normal Abd: distensi (-), BU (+) Normal
~ 16 tpm makro Eks: hangat +/+/+/+ Eks: hangat +/+/+/+
- Parasetamol 15mg/kgBB/kali ~ 180 mg/kali ~    
18 ml tiap 4 jam A: Kejang demam sederhana + ISPA A: Kejang demam sederhana + ISPA
- Stesolid syr 0,5mg/kgBB/hari ~ 4 x ¾ cth bila P: Terapi lanjut P: Terapi lanjut
Tax ≥ 38C (hari I) - Erdostein syr 2 x 1,5ml (oral)
-Cefotaxime 50mg/kgBB/kali ~ 600mg tiap 8
jam (IV) (hari I)
-KIE
PERKEMBANGAN PASIEN
25/06/19 26/06/19

S: Demam (-), kejang (-) batuk (-) pilek (+) S: Demam (-), kejang (-) batuk (-) pilek (+)
mual /muntah (-/-) makan / minum (+/+) mual /muntah (-/-) makan / minum (+/+)
BAB/BAK (-/+) BAB/BAK (+/+)

O: Status present O: Status present


N: 145 x/menit, kuat angkat, isi cukup, N: 135 x/menit, kuat angkat, isi cukup,
reguler reguler
RR: 20 x/menit, reguler RR: 20 x/menit, reguler
Tax: 36,9oC Tax: 36,5oC
Status general Status general
Kepala: normocephali Kepala: normocephali
Mata: anemis -/-, ikterus -/- Mata: anemis -/-, ikterus -/-
THT: sekret (+), NCH (-), faring hiperemis (+) THT: sekret (+), NCH (-), faring hiperemis (+)
Thoraks: simetris (+), retraksi (-) Thoraks: simetris (+), retraksi (-)
Cor: S1S2 tunggal reg, murmur (-) Cor: S1S2 tunggal reg, murmur (-)
Po: ves +/+, rh -/-, wh -/- Po: ves +/+, rh -/-, wh -/-
Abd: distensi (-), BU (+) Normal Abd: distensi (-), BU (+) Normal
Eks: hangat +/+/+/+ Eks: hangat +/+/+/+
   
A: Kejang demam sederhana + ISPA A: Kejang demam sederhana + ISPA
P: Terapi lanjut P: BPL
- Rencana pulang 26/6/2019 - Stesolid syr 4 x ¾ cth bila Tax ≥ 38C
- Cefixime sirup 3 x ½ cth
- Erdostein syr 2 x 1,5ml (oral)
- KIE
PEMBAHASAN
KASUS
Teori Kasus

Definisi
Kejang demam adalah suatu bangkitan
kejang pada bayi atau anak, yang terjadi
pada peningkatan suhu tubuh (>38oC),
yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranial. Pada umumnya terjadi Pada kasus didapatkan pasien anak usia
antara umur 6 bulan – 5 tahun, dan tidak 2 tahun dengan keluhan kejang
terbukti adanya infeksi intrakranial atau disertai suhu tubuh ( 38 – 39 oC) disertai
penyebab tertentu. Anak yang pernah dengan batuk pilek sejak 3 hari yang lalu.
mengalami kejang tanpa demam dan bayi Dikatakan pasien sadar setelah kejang
umur di bawah 1 bulan bukan merupakan
.
kejang demam

Dari kasus didapatkan kesesuaian


dengan teori.
Teori Kasus

Etiologi
Etiologi kejang demam sampai saat ini
belum dapat diketahui dengan pasti, akan
tetapi umur anak, tinggi, cepatnya suhu Menurut faktor hereditas tidak ditemukan
meningkat, faktor hereditas dan infeksi pada orang tua maupun keluarga
merupakan faktor risiko terjadinya kejang
pasien yang pernah mengalami keluhan
yang sama. Sedangkan menurut infeksi
ektrakranial di dapatkan keluhan lain
berupa batuk pilek sejak empat hari
yang lalu..

Dari kasus didapatkan kesesuaian


dengan teori.
Teori Kasus

Klasifikasi

KDS KDK
Lama <15 menit > 15 menit Menurut klasifikasi pasien diklasifikasikan ke
Kejang dalam kejang demam sederhana dimana
ditemukan tanda – tanda klinis kejang
Frekuensi 1 x / 24 >1x / 24
jam jam demam sederhana yaitu pasien mengalami
kejang selama <2 menit, kejang bersifat
Jenis Umum Fokal atau tonik klonik dan muncul 1 kali dalam
Kejang parsial
24 jam.

Dari kasus didapatkan kesesuaian


dengan teori.
Teori Kasus
Heteroanamnesis

-Umur pasien
-Adanya Kejang • Riwayat penyakit sekarang
• Keluhan utama: Kejang
-Jenis kejang
• Pasien datang ke IGD RSUD Sanjiwani pada tanggal 22/06/2019 pukul
-Kesadaran 20.00 dengan keluhan kejang Onset: Pasien dikatakan kejang pada puku
l 16.00 SMRS selama <2 menit tidak berulang
-Lama kejang
-Frekuensi • Lokasi: Pasien mengalami kejang di seluruh ekstremitas bersifat tonik
klonik.
-Suhu sebelum dan saat kejang
- Riwayat kejang • Kronologis: awalnya pasien mengalami panas badan selama 3 hari
disertai batuk pilek sejak 4 hari sebelum kejang. Kejang muncul tiba-tiba
-Riwayat kejang dalam keluarga sekitar pukul 16.00 selama <2 menit dan setelah itu pasien sadar.
-Keluhan lain
Dari kasus didapatkan kesesuaian dengan teori.
Teori Kasus
Heteroanamnesis

-Umur pasien
-Adanya Kejang
-Jenis kejang • Kuantitas dan kualitas: Kejang dikatakan hanya 1 kali dan muncul
tiba-tiba Kejang dikatakan berlangsung selama <2 menit. Pada saat
-Kesadaran
kejang pasien dikatakan tidak sadar, tonik klonik, mata mendelik ke
-Lama kejang atas dan kaki pasien di tekuk.

-Frekuensi
• Faktor memperingan dan memperberat: Saat kejang pasien tidak
-Suhu sebelum dan saat kejang diberikan obat untuk menurunkan kejangnya. Pasien diberikan
paracetamol dari bidan untuk mengurangi demamnya.
- Riwayat kejang
-Riwayat kejang dalam keluarga Dari kasus didapatkan kesesuaian dengan teori.
-Keluhan lain
Teori Kasus
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang


dilakukan meliputi pemeriksaan
kesadaran, suhu tubuh, tanda
meningeal,
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada kasus didapatkan
tanda peningkatan tekanan
kesadaran kompos mentis dengan peningkatan suhu tubuh
intrakranial, dan tanda infeksi di
luar SSP. Pemeriksaan fisik hingga 38,4oC, tidak ditemukan tanda-tanda meningeal dan
neurologis penting dilakukan, status neurologis dalam batas normal
walaupun umumnya tidak .
ditemukan kelainan
Dari kasus didapatkan kesesuaian dengan teori.
Teori Kasus
•Pemeriksaan laboratorium tidak rutin
pada kejang demam, dapat untuk
mengevaluasi sumber infeksi penyebab
demam, atau keadaan lain misalnya
gastroenteritis dehidrasi disertai
demam.
•Pemeriksaan cairan serebrospinal Pada kasus dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
dilakukan untuk menegakkan atau pemeriksaan darah lengkap, elektrolit dan gula darah
menyingkirkan kemungkinan meningitis. sewaktu. Dari hasil darah lengkap menunjukan hasil
• Pungsi lumbal dianjurkan pada: dalam batas normal. Pemeriksaan pungsi lumbal harusny
• Bayi kurang dari 12 bulan – sangat a dilakukan mengingat kriteria pasie diantara 12-18 bulan
dianjurkan dianjurkan. Pada kasus tidak dilakukan dikarenakan
• Bayi antara 12-18 bulan – dianjurkan ketidaksediaan lab di RSUD Sanjiwani. Pemeriksaan
• Bayi >18 bulan – tidak rutin pencitraan berupa CT-Scan dan MRI tidak perlu dilakukan.
• Computed Tomography scan (CT-scan),
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
tidak dianjurkan pada anak tanpa kelainan Dari kasus didapatkan kesesuaian dengan teori
neurologis mengenai pemeriksaan laboratorium
Teori Kasus
Diagnosis banding
• meningitis dan ensefalitis yang dilihat
berdasarkan klinis dan pemeriksaan
penunjang. Gejala klinis meningitis
berupa sakit kepala dan demam (gejala awal
yang sering), perubahan pada tingkat
kesadaran dapat terjadi letargi,
tidakresponsif, dan koma, rigiditas nukal (+), Pada kasus tidak sesuai dengan diagnosis banding lainny
tanda kernig (+), tanda brudzinki a. Dimana pada pada kasus pasien tidak mengeluhkan sak
(+). Pemeriksaan cairan it kepala, mual muntah maupun nyeri ektremitas. Keadaan
serebrospinal: leukositosis (100- umum pasien kompos mentis. Pada pemeriksaan status
10.000/uL). Pada encephalitis Masa neurologis tidak ditemukan adanya tanda-tanda meningea
prodromal berlangsung 1-14 hari ditandai l.
dengan: demam, sakit kepala, mual
dan muntah, nyeri tenggorokan,
Pada kasus tidak sesuai dengan teori diagnosis
malaise, nyeri ektremitas. Pemeriksaan
bandingnya
cairan serebrospinal: peningkatan limfosit
dan protein
Teori Kasus
Pengobatan Fase Akut

Diazepam rektal 0,5-0,75 mg/kgBB, atau


diazepam rektal 5 mg untuk anak dengan
berat badan kurang dari 12 kg dan diazepam
rektal 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 Pada kasus tidak diberikan pengobatan fase akut
kg. Jika kejang belum berhenti, dapat diulang dikarenakan kejang telah berhenti saat tiba di rumah sakit.
dengan cara dan dosis yang sama dengan Pada kasus diberikan penatalaksanaan supportif berupa
interval 5 menit. Jika setelah 2 kali • Kebutuhan cairan 1100cc  IVFD D5 ½ NS ~ 16 tpm
pemberian diazepam rektal masih tetap
makro
kejang,
dianjurkan untuk di bawa ke rumah sakit. • Parasetamol 15mg/kgBB/kali ~ 180 mg/kali ~ 18 ml
Pada waktu pasien sedang kejang semua tiap 4 jam
pakaian yang ketat dibuka, dan pasien • Stesolid syr 0,5mg/kgBB/hari ~ 4 x ¾ cth bila
dimiringkan kepalanya apabila muntah untuk
Tax ≥ 38C
mencegah aspirasi. Jalan napas harus bebas
agar oksigenasi terjamin. • Cefotaxime 50mg/kgBB/kali ~ 600mg tiap 8 jam (IV)
• Erdostein syrup 2 x 1,5ml

Dari kasus didapatkan sesuai dengan teori


Teori Kasus
Pengobatan Demam

Dosis paracetamol adalah 10-15


mg/kgBB/kali diberikan 4 kali sehari dan tidak
boleh lebih
dari 5 kali. Dosis ibuprofen 5-10
mg/kgBB/kali, 3-4 kali sehari.
Pada kasus diberikan obat penurun panas yaitu
Paracetamol 10 cc setiap 4 jam (IV).

Dari kasus didapatkan sesuai dengan teori


Teori Kasus
Antikonvulsan Intermiten

Yang dimaksud dengan obat antikonvulsan


intermiten adalah obat antikonvulsan yang
diberikan hanya saat demam untuk
mencegah serangan kejang berulang. Obat
yang Pada kasus pasien diberikan pengobatan profilakss berup
digunakan adalah diazepam oral a antikonvulsan intermitten yaitu Stesolid syr 0.3 m5/KgBB
0.3mg/kgBB/kali per oral atau 0.5 mg/kg/kali /kali ~ 4 x ¾ cth bila Tax >38c. Pemberian stesolid sudah
per rektal (5mg untuk BB <12kg dan 10 sesuai dnegan teori dimana diberikan jika pasien demam.
mg untuk BB lebih atau sama dengan Pada kasus tidak diberikan antikonvulsan rumatan dikaren
12kg) sebanyak 3x, akan pasien datang dengan kejang umum atau tonik kloni
diberikan selama 48 jam pertama demam.
k, durasi kejang < 2 menit dan tidak terdapat kelainan
neurologis. Hal tersebut menunjukan adanya kesesuaia
n antara kasus dengan teori pemberian obat profilaksis.

Dari kasus didapatkan sesuai dengan teori


KESIMPULAN

Dilaporkan kasus anak, inisial IPAPP, 2 tahun, datang dengan keluhan kejang sejak 3 hari
SMRS. Kejang dikatakan pada seluruh tubuh, bersifat tonik klonik, durasi < 2 menit dan
tidak berulang setelahnya. Setelah kejang pasien didapatkan sadar. Kejang timbul setelah
sebelumnya pasien mengalami demam (38-39oC) selama 3 hari. Pasien juga dikatakan
mengalami batuk pilek semenjak 4 hari yang lalu. Batuk berdahak dan secret pilek
berwarna bening dan encer. Keluhan lain seperti diare, sesak, mual muntah disangkal.
Minum, BAK dan BAB dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran
compos mentis, frekuensi nadi 120 kali/menit, frekuensi nafas 24 kali/menit, suhu aksila
38,4oC.Pemeriksaan penunjang darah lengkap menunjukkan hasil hematokrit rendah dan
natrium rendah. Pasien didiagnosis dengan kejang demam sederhana + ISPA.
Penatalaksanaan kasus dan teori sudah sesuai.
TERIMA
KASIH
DAFTAR PUSTAKA

1. Ram, D. & Newton, R. 2016. The Genetics of Febrile Seizures. Pediatric Neurology Briefs. 29(12), pp 90-90
2. Chung S,. 2014. Febrile Seizures. Korean J Pediatr; 57 (9): pp: 384 – 395
3. Wulandari, D & Erawati M. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
4. Amalia M, dan Bulan A. 2013 Faktor Resiko Kejadian Kejang Demam Pada Anak Balita Diruang Perawatan
Anak RSUD Daya Kota Makasar Volume 1.3 .
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2013. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta
6. Eny Susilowati, (2016). Hubungan antara pengetahuan orang tua tentang penanganan demam dengan
kejadian kejang demam berulang di ruang anak SDUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Surakarta.
7. Pasaribu AS. 2013. Kejang Demam Sederhana Pada Anak yang Disebabkan karena Infeksi Tonsil dan Faring.
Medula. 2013;1(1):65-71.
8. Widodo DP, Dalam Gunardi H, Tehuteru ES, Kurniati N, Advani N, Setyanto Db, Wulandari HF, et al. 2011.
Konsensus tatalaksana kejang demam.. Kumpulan tips pediatri. Jakarta : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia; h. 193-203.
9. Purwanti OS, Maliya A. Kegawatdaruratan Kejang Demam pada Anak. Berita Ilmu Keperawatan. 2017 Mar
27;1(2):97-100
10. Ismael S. dkk. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. UKK-Neurologi IDAI. Jakarta: Badan Penerbit
IDAI. 2016; 1-14
11. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP Sanglah. Pedoman Pelayanan Medis. Denpasar : RSUP Sanglah.
P.311

Anda mungkin juga menyukai