Oleh kelompok 5:
Aqda putra mahardika Fisabillilah (20171660093)
Rido destantoro
Surya puji kusuma
DEFINSI
Hiperparatiroid merupakan produksi berlebihan dari kelenjar paratiroid yang mengakibatkan
level kalsium di dalam darah meningkat. Biasanya peningkatan kadar hormon paratiroid
disebabkan oleh tumor kelenjar paratiroid atau kelenjar lain. Akibat hormon paratiroid yang
berlebihan, reasorpsi tulang distimulasi sehingga kadar kalsium dalam serum tinggi. Kadar fosfat
serum yang rendah menyertai kadar hormon paratiroid yang tinggi. Tulang menjadi rapuh dan
lemah. Banyak terjadi pada usia lebih dari 50 tahun dan lebih dari 50% pasien dengan
hiperparatiroid ditandai dengan adanya batu ginjal. (Better Health Channel, 2013)
Hiperparatiroid juga dibagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu :
1.hiperparatiroid primer
2.hiperparatiroid sekunder
3.hiperparatiroid tersier
ETIOLOGI
A. Hiperparatiroid Primer
Disebabkan oleh sekresi PTH yang tidak normal sehingga meimbulkan hiperkasemia (Taniegra,
2004). Penyebabnya antara lain :
Adenoma pada salah satu kelenjar paratiroid, penyebab tersering sekitar 85%
Hipertrofi pada keempat kelenjar paratiroid (hiperplasia paratiroid) dan adenoma multipel sekitar
15%
Karsinoma pada kelenjar palatiroid sekitar <1%
Radiasi ionisasi secara eksternal pada leher, dengan presentasi yang minimal
Mendapatkan terapi garam lithium (untuk psikosis), dapat menyebabkan overaktif kelenjar
paratiroid, dengan aktivitas yang berlebihan tetap muncul meskipun setelah pemutusan
pengobatan (terapi)
Sebagian kecil disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar paratiroid yang dapat diwariskan sekitar
20%
A. Hiperparatiroid Sekunder
Pada hiperparatiroid sekunder, merupakan hasil dari respon paratiroid secara patofisiologik atau fisiologis
pada hipokalsemia yang berusaha mempertahankan homeostasi kalsium. Berapa penyebabnya antara lain :
Gagal ginjal kronis, merangsang produksi hormone paratiroid berlebih, salah satunya hipokalsemia,
kekurangan produksi vitamin D karena hiperpospatemia berperan penting dalam perkembangan hyperplasia
paratiroid yang akhirnya berkembang menjadi hiperparatiroid sekunder
Kurang efektifnya PTH pada beberapa penyakit (defisiensi vitamin D, kelainan gastrointestinal).
Malabsorbsi, pada kelainan hepato bilier
Kegagalan satu atau lebih komponen dari mekanisme homeostatik kalsium
Metastase kanker prostat
Hungry Bone Syndrome
Genetik (pseudohypoparathyroidsm)
A. Hiperparatiroid Tersier
Perubahan fungsi otonom jaringan paratiroid yaitu hiperparatiroidisme hypercalcemic
Hiperparatiroid sekunder yang berlansung lama
Penyakit ginjal kronis yang berlangsung lama
Gejala hipokalsemia yang lama (biasanya akibat gagal ginjal kronis), menyebabkan kelenjar
paratiroid menjadi hiperplasia, sekresi yang berlebihan dari PTH dari kelenjar paratiroid
menghasilkan hiperkalsemia. (Taniegra, 2004)
FAKTOR RESIKO
Menurut (Diamond, 2000) hiperparatiroid ditemukan sejak tahun 1925. Gejala klasik yang
sering dikenal adalah :
Moans (efek psikologis dan neurologis)
Groans (nyeri abodominal ulser)
Stones (ginjal), dan
Bones (fraktur)
Beberapa penjelasan manifestasi lain, yaitu muncul gejala seperti :
Pada pasien dengan hiperparatiroid, dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik antara lain (Better
Health Channel, 2013) dan (Diamond,2000) :
a. Pemeriksaan darah, untuk memeriksa kadar kalsium, kreatinin, fosfor, magnesium dan level PTH
(paratiroid hormon). Selain itu juga untuk mengkaji fungsi hati.
b. Pemeriksaan urin, 24 jam kalsium urin (untuk exclude kondisi yang jarang dari ekskresi kalsium yang
rendah atau familial hypocalciuric hypercalcaemia) dan memeriksa fungsi ginjal (creatinin clearance).
c. Abdominal Ultrasound, pada beberapa kasus memeriksan gambaran dari ginjal (melihat adanya
pembentukan batu) dan pankreas (melihat adanya pankreatitis) jika dibutuhkan.
d. X-Ray tulang dan tes densitas tulang, bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya kalsifikasi tulang,
penipisan dan osteoporosis. Pada hipertiroid, tulang menipis, terbentuk kista dalam tulang serta
tuberculae pada tulang. Selain itu tes ini menentukan efek yang merusak skeleton akibat peningkatan
PTH yang terus-menerus.
e. Sestamibi, merupakan imaging study yang paling banyak digunakan untuk gambaran paratiroid.
Sensitivitas dalam pemeriksaan diagnostik sekitar 90%
f. Pemeriksaan ECG, bertujuan untuk mengidentifikasi kelainan gambaran EKG akibat perubahan kadar
kalsium terhadap otot jantung. Pada hipertiroid, akan dijumpai gelombang Q-T yang memanjang.
G. Pemeriksaan EMG (Elektromiogram), bertujuan utuk mengidentifikasi perubahan kontraksi otot
akibat perubahan kadar kalsium.
H.Pemeriksaan ginjal
I . Biopsi
J. Percobaan Sulkowich, bertujuan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urin, sehingga
dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Reagens
Sulkowich. Bila pada percobaan tidak terdpat endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan
antara 5 mg/dl. Endapan sedikit (fine white cloud) menunjukkan kadar kalsium darah normal (6
ml/dl). Bila endapan banyak, maka kadar kalsiumnya tinggi.
K. Percobaan Ellwort-Howard, dengan cara klien disuntik dengan parathormon melalui intravena
kemudian urin ditampung dan diukur kadar pospornya. Pada hiperparatiroid, diuresis pospornya
tidak banyak berubah.
L. Percobaan kalsium intravena, didasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar serum
kalsium akan menekan pembentukan parathormon. Pada hiperparatiroid, serum pospor dan diuresis
pospor tidak banyak berubah.
M.Pemeriksaan radioimmunoassay, untuk parathormon sangat sensitif dan dapat membedakan
hiperparatiroidisme primer dengan penyebab hiperkalasemia lainnya pada lebih dari 90 % pasien
yang mengalami kenaikan kadar kalsium serum.
N.Pemeriksaan antibodi ganda hormon paratiroid, digunakan untuk membedakan
hiperparatiroidisme primer dengan keganasan, yang dapat menyebabkan hiperkalsemia.
Penatalaksanaan medis
d. Mobilitas yang cukup agar tulang yang mengalami stress normal melepaskan sedikit kalsium.
g. Berikan obat-obat spesifik untuk mengatasi hiperkalsemia, termasuk steroid dan diuretic yang
dapat mengeluarkan kalsium
Asuhan keperawatan
A. ANAMNESA
1. Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa gangguan endokrin baru jelas
dirasakan pada usia tertentu merupakan proses patologis sudah berlangsung sejak lama. Kelainan-kelainan
somatik harus selalu dibandingkan dengan usia dan gender , misalnya berat badan dan tinggi badan. Tempat
tinggal juga merupakan data yang perlu di kaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan kanak-kanak
dan juga tempat tinggal klien sekarang.
1. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang di alami klien atau
gangguan tertentu yang berhubungan secara langsumg dengan gangguan hormonal seperti:
a. Obesitas
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
c. Kelainan pada kelenjar tiroid.
d. Diabetes meilitus.
a. Infertilitas
b. Diabetes insipidus
c. Penyakit autoimun
d. Hipertensi atau hipotensi
e. Dwarfisme
f. Gangguan tiroid
g. Pubertas terlambat atau perkembangan terlalu cepat
Dalam mengidentifikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat menerjemahkan informasi
yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana dan dimengerti oleh klien atau keluarga.
1. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien
Perawat mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama biladi hubungkan
dengan usia dan kemungkinan penyebabnya namun karena tidak mengganggu aktivitas klien,
kondisi ini tidak di keluhkan. Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya
amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain. Berat badan
yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan dan lain-lain.
Gangguan psikologia sepertimudah marah, sensiif, sulit bergaul dan tidak mampu
berkonsentrasi, dan lain-lain. Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan
kejadiannya. Bila klien dirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya. Juga
perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat sekarang dan masalalu.
Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang di peroleh dari dokter atau petugas kesehatan
maupun obat-obatan yang di peroleh secara bebas.jenis obat-obatan yang mengandung
hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonalseperti hidrokortison; levothyroxine;
kontrasepsi oral; dan obat-obatan anti hipertensif.
1. Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien
Perawat mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang dirasakan
sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama biladi hubungkan
dengan usia dan kemungkinan penyebabnya namun karena tidak mengganggu aktivitas klien,
kondisi ini tidak di keluhkan. Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya
amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain. Berat badan
yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan dan lain-lain.
Gangguan psikologia sepertimudah marah, sensiif, sulit bergaul dan tidak mampu
berkonsentrasi, dan lain-lain. Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan
kejadiannya. Bila klien dirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya. Juga
perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat sekarang dan masalalu.
Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang di peroleh dari dokter atau petugas kesehatan
maupun obat-obatan yang di peroleh secara bebas.jenis obat-obatan yang mengandung hormon
atau yang dapat merangsang aktivitas hormonalseperti hidrokortison; levothyroxine;
kontrasepsi oral; dan obat-obatan anti hipertensif.