Anda di halaman 1dari 30

Muskuloskeletal terdiri atas :

• Muskuler/Otot : Otot, tendon,dan ligamen


• Skeletal/Rangka : Tulang dan sendi
Jenis-jenis otot
• Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat
pada rangka.
• Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter.
• Otot Jantung
Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya
1. Tulang Kompak
2. Tulang Spongiosa
 Osteomyelitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang
panjang yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan
kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
 Osteomyelitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
 Osteomyelitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah
yang disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997)
 Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dari fokus infeksi di tempat lain (mis. Tonsil yang
terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
 Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak (mis. Ulkus dekubitus yang terinfeksi atau
ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis,
fraktur ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang
(mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak,
pembedahan tulang.
 Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah
mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan atau
penderita diabetes.
 septikemia (mis. Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat
dan malaise umum)
 nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.
 Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang
semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan
tekanan pus yang terkumpul.
 Pasien yang datang dengan awitan gejala akut (mis. Nyeri
lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam sedang.
 kaji adanya faktor risiko (mis. Lansia, diabetes, terapi
kortikosteroid jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah
ortopedi sebelumnya.
 Pasien selalu menghindar dari tekanan didaerah tersebut dan
melakukan gerakan perlindungan.
 Pada osteomielitis akut, pasien akan mengalami kelemahan
umum akibat reaksi sistemik infeksi.
 Pemeriksaan fisik memperlihatkan adanya daerah inflamasi,
pembengkakan nyata, hangat yang nyeri tekan. Cairan purulen
dapat terlihat. Pasien akan mengalami kelemahan umum
akibat reaksi sistemik infeksi.
 Pasien akan mengalami peningkatan suhu tubuh.
 Pada osteomielitis kronik, peningkatan suhu mungkin
minimal, yang terjadi pada sore dan malam hari.
 Hasil laboratorium menunjukan adanya leukositosis dan laju
endap darah meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi
hematogen secara dini adanya osteomielitis maka dilakukan
scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan biopsi tulang
atau MRI
 Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk mengurangi
ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat
dilakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa
kali per hari untuk meningkatkan aliran darah.
 Kultur darah dan kultur abses dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang
terbaik.
 Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi
antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan
inflamasi dan pembengkakan
-       Tujuan :
Mendemonstrasikan bebas dari nyeri dan peningkatan rasa
kenyamanan.
-       Kriteria Hasil :
Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi
wajah rileks dan suhu tubuh normal.
-       Intervensi Keperawatan
 Mandiri
Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri.
Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di
tulang yang mengalami infeksi.
Ajarkan  relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot
rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan
meningkatan relaksasi masase.
Ajarkan metode distraksi selama  nyeri akut
Amati perubahan suhu setiap 4 jam.
Kompres air hangat
 Kolaborasi :
Pemberian obat-obatan analgetik

Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan mobilisasi fisik


berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
menahan beban berat badan
-       Tujuan :
Gangguan mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan
tindakan keperawatan.
-       Kriteria Hasil :
Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin
Mempertahankan posisi fungsional
Meningkatkan / fungsi yang sakit
Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
-       Intervensi Keperawatan
 Mandiri
Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu
dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit
dan  tak sakit.
Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat
bergerak.
Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
Ubah posisi secara periodic
 Kolaborasi :
Fisioterapi
 Low back pain dipersepsikan sebagai ketidaknyamanan
berhubungan dengan lumbal atau area sacral pada tulang
belakang atau sekitar jaringan (Randy Mariam, 1987).
 Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal, biasanya
disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan
regenerasi dari nucleus pulposus, osteoartritis dari lumbal
sacral pada tulang belakang (Brunner,1999).
 Low Back Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal
yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya otot para
vertebra atau tekanan, herniasi dan degenerasi dari nuleus
pulposus, kelemahan otot, osteoartritis dilumbal sacral pada
tulang belakang.
 Kelainan Kongenital
 Trauma Dan Gangguan Mekanis
 Radang (Inflamasi)
 Tumor (Neoplasma)
 Gangguan Metabolik
 Psikis
 Factor Resiko
 LBP Viscerogenik
 LBP vaskulogenik
 LBP Neurogenik
 LBP Spondilogenik
 LBP Psikogenik
Motorik.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
 Berjalan dengan menggunakan tumit.
 Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
 Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong
tembok )
Sensorik.
 Nyeri dalam otot.
 Rasa gerak.
Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah
Achilles
dan Patella, respon dari pemeriksaan ini dapat digunakan
untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada saraf spinal.
Test-Test
 Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0° )
didorong ke arah muka kemudian setelah itu tungkai pasien
diangkat sejauh 40° dan sejauh 90°.
 Test Kebalikan Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan
pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah
fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi. Test Kebalikan
Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di
sakroiliaka.
 Sinar X vertebra
 Computed tomografhy ( CT )
 Ultrasonography
 Magneting resonance imaging ( MRI )
 Meilogram dan discogram
 Venogram efidural
 Elektromiogram (EMG)
Obat (Obat-obat analgesic)
Fisioterapi
▪ Terapi Panas
▪ Elektro Stimulus
▪ Traction
▪ Pemijatan atau massage
Latihan Low Back Pain
Alat Bantu
▪ Back corsets.
▪ Tongkat Jalan
Operasi
Dx. : Nyeri akut b/d agen injuri (fisik, kelainan muskulo skeletal
dan system syaraf vaskuler
TUM : Melaporkan nyeri berkurang / hilang, Frekuensi nyeri
berkurang / hilang
KH : Klien melaporkan kebu-tuhan istirahat tidur tercukupi,
Melaporkan kondisi fisik baik
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara kom-prehensif (lokasi,
karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
2.  Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
3. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien.
4. Tentukan lokasi, karateristik kualitas, dan derajat nyeri
sebagai pemberian obat.
5. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan fekkuensi.
6. Cek riwayat alergi

Dx. : Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan


muskuloskeletal, kekakuan sendi atau kontraktur
TUM : Klien dapat melakukan mobilitas secara bertahap dengan
tanpa merasakan nyeri, Penampilan seimbang
KH : mampu Menggerakkan otot dan sendi, Mampu pindah
tempat tanpa bantuan
Intervensi :
1. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi dengan sekala 0-4 :
 0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
 1 : Klien butuh sedikit bantuan
 2 : Klien butuh bantuan sederhana
 3 : Klien butuh bantuan banyak
 4 : Klien sangat tergantung pada pemberian pelayanan
2. Atur posisi klien
3. Bantu klien melakukan perubahan gerak.
4. Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik,
keseimbangan

Anda mungkin juga menyukai