Anda di halaman 1dari 10

REFORMASI

DIMASA KEPEMIMPIMAN
B.J HABIBIE

BY :
FAJAR ABDURRAZAQ
M. RIFQI MUSAFA

XII MIPA 5
KRONOLOGI
Karena banyak sekali gejolak yang terjadi di pemerintahan atas
pimpinan Suharto, para pemuda melakukan demonstrasi besar-
besaran pada tanggal 12 Mei 1998. Presiden Soeharto terpaksa
mundur dari jabatan Presiden yang dipegangnya selama lebih kurang
32 tahun

Soeharto mundur, maka Wakilnya yakni BJ Habibie pun diangkat


menjadi Presiden RI ke-3 berdasarkan pasal 8 UUD 1945. Namun,
masa jabatannya sebagai presiden hanya bertahan selama 512 hari.
KEBIJAKAN

Pada tanggal 23 Mei 1998 pagi, Presiden Habibie melantik


menteri-menteri Kabinet Reformasi Pembangunan. Presiden
Habibie mengatakan bahwa Kabinet Reformasi Pembangunan
disusun untuk melaksanakan tugas pokok reformasi total
terhadap kehidupan ekonomi, politik dan hukum. Kabinet dalam
waktu yang sesingkat-singkatnya akan mengambil kebijakan dan
langkah-langkah pro aktif untuk mengembalikan roda
pembangunan yang dalam beberapa bidang telah mengalami
hambatan yang merugikan rakyat. Kebijakan-kebijakan pada masa
pemerintahan Presiden B.J. Habibie
1.BIDANG POLITIK

A. Pembebasan Tahanan Politik

Secara umum tindakan pembebasan tahanan politik


meningkatkan legitimasi Habibie baik di dalam maupun di luar
negeri. Hal ini terlihat dengan diberikannya amnesti dan abolisi
yang merupakan langkah penting menuju keterbukaan dan
rekonsiliasi. Diantara yang dibebaskan tahanan politik kaum
separatis dan tokoh-tokoh tua mantan PKI,  yang telah ditahan
lebih dari 30 tahun. Amnesti diberikan kepada Mohammad Sanusi
dan orang-orang lain yang ditahan setelah Insiden Tanjung Priok.
Selain tokoh itu tokoh aktivis petisi 50 (kelompok yang sebagian
besar terdiri dari mantan jendral yang menuduh Soeharto
melanggar perinsip Pancasila dan Dwi Fungsi ABRI).
1.BIDANG POLITIK

B. Kebebasan Pers

Dalam hal ini, pemerintah memberikan kebebasan bagi pers di


dalam pemberitaannya, sehingga semasa pemerintahan Habibie
ini, banyak sekali bermunculan media massa. Demikian pula
kebebasan pers ini dilengkapi pula oleh kebebasan berasosiasi
organisasi pers sehingga organisasi alternatif seperti AJI (Asosiasi
Jurnalis Independen) dapat melakukan kegiatannya. Sejauh ini
tidak ada pembredelan-pembredelan terhadap media tidak
seperti pada masa Orde Baru. Pers Indonesia dalam era pasca-
Soeharto memang memperoleh kebebasan yang amat lebar,
pemberitaan yang menyangkut sisi positif dan negatif kebijakan
pemerintah sudah tidak lagi hal yang dianggap tabu, yang
seringkali sulit ditemukan batasannya.
2.BIDANG EKONOMI

Di dalam pemulihan ekonomi, secara signifikan pemerintah


berhasil menekan laju inflasi dan gejolak moneter dibanding saat
awal terjadinya krisis. Namun langkah dalam kebijakan ekonomi
belum sepenuhnya menggembirakan karena dianggap tidak
mjempunyai kebijakan yang kongkrit dan sistematis seperti sektor
riil belum pulih. Di sisi lain, banyaknya kasus penyelewengan dana
negara dan bantuan luar negeri membuat Indonesia kehilangan
momentum pemulihan ekonomi. Pada tanggal 21 Agustus 1998
pemerintah membekukan operasional Bank Umum Nasional, Bank
Modern, dan Bank Dagang Nasional Indonesia. Kemudian di awal
tahun selanjutnya kembali pemerintah melikuidasi 38 bank
swasta, 7 bank diambil-alih pemerintah dan 9 bank mengikuti
program rekapitulasi.
.
3.BIDANG MANAJEMEN
INTERNAL ABRI

ABRI telah melakukan kebijakan-kebijakan sebagai langkah


perubahan politik internal, yang berlaku tanggal 1 April 1999.
Kebijakan tersebut antara lain: pemisahan POLRI dari ABRI,
Perubahan Stat Sosial Politik menjadi Staf Teritorial, Likuidasi Staf
Karyawan, Pengurangan Fraksi ABRI di DPR, DPRD I/II, pemutusan
hubungan organisatoris dengan partai Golkar dan mengambil
jarak yang sama dengan parpol yang ada, kometmen dan
netralitas ABRI dalam Pemilu dan perubahan Staf Sospol menjadi
komsos serta pembubaran Bakorstanas dan Bakorstanasda.
Perubahan di atas dipandang positif oleh berbagai kalangan
sebagai upaya reaktif ABRI terhadap tuntutan dan gugatan dari
masyarakat, khususnya tentang persoalan eksis peran Sospol ABRI
yang diimplementasikan dari doktrin Dwi Fungsi ABRI.
KEADAAN SOSIAL

Kerusuhan antar kelompok yang sudah bermunculan sejak tahun


90-an semakin meluas dan brutal, konflik antar kelompok sering
terkait dengan agama seperti di Purworejo juni 1998 kaum muslim
menyerang lima gereja, di Jember adanya perusakan terhadap
toko-toko milik cina, di Cilacap muncul kerusuhan anti cina,
adanya teror ninja bertopeng melanda Jawa Timur dari malang
sampai Banyuangi. Isu santet menghantui masyarakat kemudian
di daerah-daerah yang ingin melepaskan diri seperti Aceh, begitu
juga dengan Papua semakin keras keinginan membebaskan diri.
Juli 1998 OPM mengibarkan bendera bintang kejora sehingga
mendapatkan perlawanan fisik dari TNI.
.
BERAKHIRNYA MASA
PEMERINTAHAN B.J. HABIBIE

Legitimasi pemerintahan B.J. Habibie sangat lemah, karena keberadaan


Habibie dianggap sebagai suatu paket warisan pemerintahan Soeharto,
munculnya beberapa kolompok menuntut pembentukan pemerintahan
transisi, ia tidak dipilih secara luber dan jurdil sebagai presiden dan merupakan
satu paket pemilihan pola musyawarah mufakat dengan Soeharto.
Pemerintah Habibie dituduh melakukan tindakan yang bertentangan dengan
kesepakatan MPR mengenai masalah Timor-Timur, dianggap tidak
berkonsultasi terlebih dahulu dengan DPR/MPR sebelum menawarkan opsi
kedua kepada masyarakat Timor-Timur. Akhirnya tanggal 30 Agustus 1999
pelaksanaan penentuan pendapat di Timor-Timur berlangsung aman dan
dimenangkan oleh kelompok Pro Kemerdekaan yang berarti Timor-Timur lepas
dari wilayah NKRI. Selain itu,muncul tuntutan dari dunia Internasional
mengenai masalah pelanggaran HAM yang meminta pertanggungjawaban
militer Indonesia sebagai penanggungjawab keamanan pasca jajak pendapat.
BERAKHIRNYA MASA
PEMERINTAHAN B.J. HABIBIE

Pada tanggal 20 Oktober 1999, Ketua MPR Amien Rais menutup Rapat
Paripurna dan Presiden habibie mengundurkan diri dari pencalonan presiden.
Pengunduran Habibie dalam bursa calon presiden, memunculkan dua calon
kuat sebagai presiden, yaitu Megawati dan Abdurrahman Wahid. Gus Dur
terpilih sebagai Presiden Republik Indonesia keempat dan dilantik dengan
Ketetapan MPR No. VII/MPR/1999 untuk masa bakti 1999-2004. Tanggal 21
Oktober 1999 Megawati terpilih menjadi Wakil Presiden RI dengan Ketetapan
MPR No. VIII/MPR/1999 mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid.
Terpilihnya Abdurrahman Wahid dan Megawati sebagai Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia periode 1999-2004 menjadi akhir pemerintahan
Presiden Habibie dengan TAP MPR No. III/MPR/1999 tentang
Pertanggungjawaban Presiden RI B.J. Habibie.

Anda mungkin juga menyukai