DEWASA:
Toksin bakteri, atau racun, yang mempengaruhi sistem
saraf. Hal ini dikontrak lewat luka atau luka yang menjadi
terkontaminasi dengan bakteri tetanus.
ETIOLOGI
Penyakit tetanus
disebabkan oleh toksin kuman
Clostridium tetani yang hidup
anaerob, berbentuk spora,
tersebar di tanah,
mengeluarkan eksotoksin.
Penginfeksian kuman
Clostridium tetani lebih
mudah bila klien belum
terimunisasi.
KLASIFIKASI berdasarkan bentuk klinis
1 Tetanus local: Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu
timbul rebiditas dan spasme pada bagian proksimal luar. Gejala
itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan menghilang.
Tetanus neonatorum: biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila
4
tidak ditanggani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang
tidak imunisasi secara adekuat, rigiditas, sulit menelan ASI, iritabilitas,
spasme.
KLASIFIKASI berdasarkan beratnya
tetanus
1 Derajat I (ringan): trismus (kekakuan otot mengunyah) ringan
sampai sedang, spasitas general, tanpa gangguan pernafasan, tanpa
spasme, sedikit atau tanpa disfagia.
TOUCH
ME !!!
MANIFERTASI KLINIS
Trismus (kesukaran
membuka mulut) Spasme yang khas
Kaku kuduk sampai Asfiksia dan sianosis
epistotonus Panas
Kejang tonik terdapat leukositosis
Risus sardonikus ringan
Kesukaran menelan, Ketegangan otot dinding
gelisah, mudah terangsang, perut
nyeri anggota badan
KOMPLIKASI
Spasme otot faring yang menyebabkan
terkumpulnya air liur (saliva) di rongga mulut.
Pneumonia aspirasi
Asfiksia
Atelektasis karena obstruksi secret
Fraktur kompresi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Darah
• BUN
• Elektrolit (K, Na)
• Skull Ray
• EEG
• EKG
• Sinar X
PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGI NON-FARMAKOLOGI
PENGKAJIAN FISIK
Kesadaran: Compos mentis pada keadaan lanjut
tingkat kesadaran klien tetanus mengalami
penurunan pada tingkat letargi, stupor, dan
semikomatosa.
Tekanan darah: Biasanya normal
Nadi: Mengalami penurunan denyut nadi
Frekuensi pernapasan: Meningkat
Suhu: Lebih dari normal, yaitu 38°C - 40°C.
N A FA SA N
PE R
SISTEM
Pengkajian fisik
• Inspeksi: Terdapat batuk, produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot pernapasan dan peningkatan frekuensi
pernapasan (ketidakefektifan bersihan jalan napas)
• Palpasi: Thorax didapatkan taktil premitus seimbang
kanan dan kiri.
• Auskultasi: Bunyi napas tambahan seperti ronchi pada
klien dengan peningkatan produksi secret dan
kemampuan batuk yang menurun.
SISTEM
A S K U L ER
V
K AR D I O
Pengkajian fisik
Pengkajian fisik
• Saraf III & IV : Dengan alasan yang tidak diketahui,
klien tetanus mengeluh mengalami fotofobia atau sensitif
yang berlebihan terhadap cahaya.
• Saraf V: Refleks masester meningkat. Mulut-mencucu
seperti mulut ikan (ini adalah gejala khas dari tetanus).
• Saraf IX & X: Kemampuan menelan kurang baik,
kesukaran membuka mulut (trismus).
• Saraf XI: Didapatkan kaku kuduk. Ketegangan otot
rahang dan leher (mendadak).
N CE RN AA N
SI S T EM PE
Pengkajian fisik
Pengkajian fisik
Pengkajian fisik
Pengkajian fisik
• Adanya kejang, sehingga mengganggu mobilitas
klien dan menurunkan aktivitas sehari-hari.
• Perlu dikaji apabila klien mengalami patah tulang
terbuka yang memungkinkan port de entrée
kuman clostridium tetani.
• Adanya kejang memberikan resiko pada fraktur
vertebra pada bayi, ketegangan, dan spasme
otot pada abdomen.
RIWAYAT PSIKOSOSIAL
DAN SPRITUAL
Psikologis: Perasaan yang dirasakan oleh klien, apakah cemas/sedih?