Anda di halaman 1dari 30

KODE ETIK PROFESI

LAINNYA
BAB 9
Kelompok 3

Irda Islaminati 2013020075


Siti Wardah 2013020069
Suryati Arumsari 2013020071

1
KEBERADAAN BERBAGAI
PROFESI
 Tujuan khusus dari setiap organisasi profesi adalah untuk mengembangkan
kompetensi para anggota secara berkelanjutan sekaligus untuk melakukan
pengendalian perilaku para anggotanya dengan berpedoman pada kode etik
yang telah disepakati bersama. Kelompok-kelompok organisasi profesi
seperti ini tidak membeda-bedakan latar belakang status para anggota
mereka, baik dari sektor swasta atau sektor publik.

 Setiap organisasi profesi mempunyai pedoman kode etik untuk menjadi


standar/acuan perilaku bagi para anggotanya. Karena banyaknya organisasi
profesi yang ada, maka pada kesempatan ini hanya akan dibahas beberapa
contoh kode etik dari beberapa organisasi profesi, yaitu profesi Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI), Perhimpunan Auditor
Internal Indonesia (PAII), Himpunan Psikologi Indonesia, dan Advokat
Indonesia.

2
Model Penalaran Kode Etik Profesi

Kepentingan Tanggung
Umum Jawab

Kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap-


Perilaku
(Knowledge) (Skill)
(Attitude)

3
KODE ETIK BPK-RI
 Kode  Etik BPK dituangkan dalam Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, serta telah
diumumkan dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia
Nomor 110 Tahun 2007. Kode Etik ini berlaku untuk Anggota dan
Pemeriksa BPK.
 Anggota BPK dan Pemeriksa BPK mempunyai pengertian yang
berbeda menurut pasal 1 ayat 2 dan 3 Peraturan Badan Pemeriksa
Keuangan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2007, yaitu :
a) Anggota BPK adalah pejabat Negara pada BPK yang dipilih oleh
DPR dan diresmikan berdasarkan Keputusan Presiden.
b) Pemeriksa BPK adalah orang yang melaksanakan tugas
pemeriksaan pengeloaan dan tanggung jawab keuangan Negara
untuk dan atas nama BPK.

4
Proses Penalaran Kode Etik BPK
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK
1. Kepentingan Mengutamakan kepentingan Negara di atas kepentingan pribadi dan
Publik golongan (Pasal 2b)
2. Tanggung Jawab Mengembangkan standar kompetensi tinggi yang
menyangkut knowledge, skill, dan attitude
3. Kompetensi Dilihat dari tiga unsure kompetensi (knowledge, skill, attitude):
a. Pengetahuan Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(knowledge) tertentu (Pasal 1 ayat 8)
b. Keterampilan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) merupakan patokan
(skill) pemeriksaan yang menyangkut standar umum, standar pelaksanaan
pekerjaan, dan standar pelatoran (Pasal 1 ayat 5)
c. Sikap perilaku Menyangkut diri (pribadi) dan hubungan dengan lembaga/pihak lain.
(attitude)
• Menyangkut Bagi setiap anggota dan pemeriksa wajib mematuhi, memiliki, dan
diri (pribadi) menjunjung nilai-nilai dasar (Pasal 2):
• Taat pada peraturan (ayat 2)
• Mengutamakan kepentingan Negara (ayat b)
• Menjunjung tinggi indepedensi, integritas, dan profesionalitas (ayat c)
• Menjujung tinggi martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas BPK

5
Proses Penalaran Kode Etik BPK
CIRI PROFESI KODE ETIK BPK
• Hubungan Menghormati dan memercayai serta saling membantu di antara
rekan sejawat pemeriksa sehingga dapat bekerja sama dengan baik dalam
melaksanakan tugas (Pasal 8 ayat 1g)
• Hubungan • Menghindari terjadinya benturan kepentingan (Pasal 6 ayat 1b)
klien • Dilarang menerima pemberian dalam bentuk apa pun baik
langsung maupun tidak langsung yang diduga atau patut diduga
dapat memengaruhi pelaksanaan tigas dan wewenangnya (Pasal
4 ayat 2 dan Pasal 7 ayat 2a)
• Dilarang membocorkan informasi yang diperolehnya
dariauditee (Pasal 6 ayat 2d)
• Hubungan • Dilarang merangkap jabatan pada badan, lembaga, atau
Lain perusahaan lain untuk anggota dan pemeriksa (Pasal 3 ayat 2a
dan Pasal 6 ayat 2a)
• Dilarang menjadi anggota partai politik bagi anggota BPK
(Pasal 3 ayat 2b)
• Pengawasan Melalui Majelis Kehormatan Kode Etik (Bab III Pasal 9-32)

6
Indepedensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Indepedensi • Memegang sumpah Netral dan tidak berpihak
jabatan Menghindari benturan kepentingan
• Netral dan tidak berpihak Menghindari hal-hal yang dapat
• Menghindari banturan memengaruhi objektivitas
kepentingan Mempertimbangkan informasi, pandangan,
• Menghindari hal-hal yang dan tanggapan pihak lain diperiksa
dapat memengaruhi Bersikap tenang dan mampu mengendalikan
objektivitas diri
   
Dilarang : Dilarang:
• Merangkap jabatan • Merangkap jabatan
• Menjadi anggota partai • Menunjukkan sikap dan perilaku yang
politik menyebabkan orang lain meragukan
• Menunjukkan sikap dan indepedensinya
perilaku yang • Tunduk pada intimidasi/tekanan orang lain
menyebabkan orang lain • Membocorkan informasi auditee
meragukan • Dipengaruhi oleh prasangka, interpretasi
indepedensinya atau kepentingan tertentu baik untuk
kepentingan pribadi pemeriksa maupun
pihak lain

7
Indepedensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Integritas • Bersikap tegas • Bersikap tegas
• Jujur • Jujur
• Memegang rahasia pihak • Memegang rahasia pihak yang diperiksa
yang diperiksa  
 
Dilarang: menerima Dilarang:
pemberian dalam bentuk • Menerima pemberian dalam bentuk apa
apa pun, baik langsung pun, baik langsung maupun tidak
maupun tidak langsung langsung
• Menyalahgunakan wewenang

8
Indepedensi, Integritas, dan Profesionalitas BPK
NILAI DASAR ANGGOTA BPK PEMERIKSA
Profesionalitas • Prinsip kehati-hatian, • Prinsip kehati-hatian, ketelitian,
ketelitian, kecermatan kecermatan
• Menyimpan rahasia • Menyimpan rahasia Negara dan
Negara dan jabatan jabatan
• Tidak • Tidak menyalahgunakan rahasia
menyalahgunakan Negara untuk kepentingan pribadi
rahasia Negara untuk dan golongan/pihak lain
kepentingan pribadi dan • Menghindari perbuatan di luar tugas
golongan/pihak lain dan wewenangnya
• Menghindari perbuatan • Komitmen tinggi
di luar tugas dan • Meningkatkan kemampuan
wewenangnya • Profesionalisme secara
berkelanjutkan
• Kerja sama saling menghormati dan
memercayai antar rekan sejawat
• Berkomunikasi dan berdiskusi antar
rekan sejawat
• Menggunakan sumber daya publik
secara efisien, efektif, dan ekonomis.

9
KODE ETIK PAII
 Ada dua kategori kode etik yang diterapkan oleh PAII, yaitu kode etik PAII
dan kode etik Qualified Internal Auditor (QIA).
 Kode etik PAII berlaku bagi organisasi profesi dan semua anggota PAII yang
bekerja pada departemen/bagian audit internal suatu organisasi/perusahaan. 
 Kode etik QIA adalah kode etik bagi anggota yang telah memperoleh
sertifikasi QIA melalui suatu pendidikan formal yang diterapkan oleh
PAII. Perlu dipahami bahwa saat ini yang berprofesi pada departemen/bagian
audit internal tidak seluruhnya mempunyai kualifikasi gelar atau sertifikat
QIA. Kode etik QIA ditetapkan oleh Dewan Sertifikasi QIA. Pasal-pasal
dalam kode etik QIA adalah sama dengan kode etik PAII, kecuali dalam kode
etik QIA tidak memasukkan Pasal 1 dan 9 dari kode etik PAII.

10
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog
Ciri profesi Kode Etik Psikologi
1. Kepentingan • Mengabdikan pengetahuan tentang perilaku manusia bagi
publik kesejahteraan manusia (pembukaan)
• Mengutamakan kepentingan umum daripada pribadi atau
golongan ( Pasal 14a)
2. Tanggung Jawab Pentingnya setiap Ilmuwan psikologi mempunyai rasa tanggung
jawab menyangkut kompetensi, objektivitas, kejujuran,
integritas, bersikap bijak, dan hati-hati.
3. Kompetensi
3.1  Pengetahuan Ilmuwan Psikologi adalah para lulusan perguruan tinggi dan
(Knowladge) universitas di dalam maupun luar negeri, yaitu mereka yang telah
mengikuti pendidikan dengan kurikulum nasional (SK
Mendikbud Nomor 18/D/0/1993 untuk pendidikan program
akademik (Sarjana Psikologi); lulusan pendidikan tinggi strata 2
(S2) dan strata 3 (S3) dalam bidang psikologi, yang pendidikan
strata (S1) diperoleh bukan dari fakultas psikologi. Ilmuwan
Psikologi yang tergolong kriteria tersebut dinyatakan dapat
memberika jasa psikologi, tetapi tidak berhak dan tidak
berwenang untuk melakukan praktik psikologi di Indonesia.

11
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog
Ciri profesi Kode Etik Psikologi
3.2 Keterampilan Psikolog adalah Sarjana Psikologi yang telah mengikuti
(skill) pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) dengan kurikulum lama
(Sistem Paket Murni) Perguruan Tinggi Negeri (PTN); atau
sistem Kredit Semester (SKS) PTN; atau pendidikan program
akademik (Sarjana Psikologi) dan program pendidikan profesi
(Psikologi); atau kurikulum lama Perguruan Tinggi Swasta
(PTS) yang sudah mengikuti ujian negara sarjana psikologi; atau
pendidikan tinggi psikologi di luar negeri yang sudah mendapat
akreditasi dan disetarakan dengan psikologi Indonesia oleh
Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas RI). Sarjana Psikologi dengan kriteria
tersebut dinyatakan berhak dan berwenang untuk melakukan
praktik psikologi di wilayah hukum Negara Republik Indonesi.
Sarjana Psikolog menurut kriteria ini juga dikenal dan disebut
sebagai psikolog. Untuk melakukan praktik psikologi , Sarjana
Psikolog yang tergolong kriteria ini diwajibkan memiliki izin
praktik psikolog sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

12
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog
Ciri profesi Kode Etik Psikologi
3.3 Sikap perilaku
(attitude)
• Menyangkut diri • Kesadaran diri tentang Pancasila dan UUD 1945
(Pribadi) • Mengindahkan etika dan nilai-nilai moral yang berlaku di
masyarakat (Pasal 4a)
• Menjaga citra profesi (Pasal 4b)
• Memiliki objektivitas, kejujuran, integritas, bersikap bijak, dan
hati-hati (Pasal 2)
• Hubungan rekan • Saling menghormati dan menjaga hak-hak serta nama baik rekan
sejawat sejawat (Pasal 5a)
• Saling memberi umpan balik (Pasal 5b)
• Saling mengingatkan untuk mencegah pelanggaran kode etik
(Pasal 5c)
• Menghargai karya cipta rekan sejawat/pihak lain (Pasal 15)

13
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Psikolog
Ciri profesi Kode Etik Psikologi
• Hubungan • Melindungi klien dari akibat yang merugikan sebagai
klien dampak pemberian jasa/praktik yang dilakukan (Pasal 8c)
• Melindungli kerahasiaan data klien, kecuali ada
persetujuan dari klien, atau ada hubungannya dengan
pihak berwenang (Pasal 12)
• Mengutamakan ketidakberpihakan dalam kepentingan
pemakai jasa, atau klien dan pihak-pihak terkait (Pasal
8d)
• Hubungan lain • Menghargai kompetensi profesi lain (Pasal 6a)
• Mencegah pemberian jasa dari pihak yang tidak
berkompeten (Pasal 6b)
• Pengawasan • Melalui Majelis Psikologi (Pasal 18)

14
KODE ETIK PROFESI
ADVOKAT
 Advokat merupakan salah satu subprofesi di bidang hukum. Sebagaimana
dikatakan oleh Abdulkadir Muhammad (2006), peraturan hukum mengatur dan
menjelaskan bagaimana seharusnya:
a) Legislator menciptakan hukum
b) Pejabat melaksanakan administrasi Negara
c) Notaris merumuskan kontrak-kontrak harta kekayaan
d) Polisi dan jaksa menegakkan ketertiban hukum
e) Pengacara membela kliennya dalam menginterpretasikan hukum
f) Hakim menerapkan hukum dan menetapkan keputusannya
g) Pengusaha menjalankan kegiatan bisnisnya
h) Konsultan hukum memberikan nasihat hukum kepada kliennya
i) Pendidik hukum menghasilkan ahli hukum

15
 Menurut Notohamidjojo (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006), seorang
profesional di bidang hukum perlu memiliki :
a) Sikap manusiawi, artinya tidak hanya menghadapi hukum secara formal,
melainkan kebenaran yang sesuai dengan hati nurani.
b)Sikap adil, artinya mencari kelayakan yang dengan perasaan masyarakat.
c) Sikap patut, artinya mencari pertimbangan untuk menentukan keadilan
dalam suatu perkara konkret.
d)Sikap jujur, artinya menyatakan suatu hal benar menurut apa adanya, serta
menjauhi yang tidak benar dan tidak patut.
 Di Indonesia terdapat lebih dari satu organisasi profesi advokat. Kode Etik
Profesi Advokat berlaku sejak tanggal ditetapkan pada tanggal 23 Mei 2002
dan disepakati berlaku bersama untuk organisasi profesi advokat yang
tergabung dalam Komite Kerja Sama Advokat Indonesia (KKAI), yang terdiri
atas tujuh organisasi, yaitu: Ikatan Advokat Indonesia (IKADIN), Asosiasi
Advokat Indonesia (AAI), Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI), Asosiasi
Konsultan Hukum Indonesia (AKHI), Himpunan Konsultan Hukum Pasar
Modal (HKHPM), Serikat Pengacara Indonesia (SPI), dan Himpunan Advokat
dan Pengacara Indonesia (HAPI).

16
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat
Indonesia
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
1. Kepentingan publik • Tidak bertujuan semata-mata untuk memperoleh
imbalan materi, tetapi lebih mengutamakan tegaknya
hukum, kebenaran, dan keadilan (Pasal 3b)
• Wajib memberikan bantuan hukum cuma-cuma bagi
orang yang tidak mampu (Pasal 7h)
2. Tanggung jawab Menjaga citra dan martabat kehormatan profesi,
menjunjung tinggi kode etik dan sumpah jabatan
(pembukaan), dan memelihara kompetensi
3. Kompetensi : Mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
a. Pengetahuan Berpraktik memberi jasa hukum, baik di dalam
(knowledge) maupun di luar pengadilan yang memenuhi persyaratan
berdasarkan undang-undang yang berlaku (Pasal 1a)
b. Keterampilan (skill) Sama dengan Pasal 1a.

17
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat
Indonesia
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
c. Sikap perilaku
(attitude) :
• Menyangkut diri • Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap satria,
(kepribadian) jujur, serta menjunjung tinggi hukum dan Undang Undang
Dasar (Pasal 2)
• Bersedia memberi nasehat dan bantuan hukum tanpa
membedakan agama, suku, keturunan, kedudukan sosial,
keyakinan politik (Pasal 3a)
• Bekerja dengan bebas dan mandiri serta tidak dipengaruhi
oleh siapa pun dan wajib menjunjung tinggi hak asasi
manusia dalam negara hukum Indonesia (Pasal 3c)
• Tidak dibenarkan melakukan pekeraan lain yang dapat
merugikan kebebasan, derajat, dan martabat advokat (Pasal
3f)
• Bersikap sopan terhadap semua pihak (Pasal 3h)

18
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat
Indonesia
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
• Hubungan rekan • Memegang teguh rasa solidaritas sesama advokat dan wajib
sejawat membela secara cuma -cuma teman sejawat yang diajukan
sebagai tersangka dalam perkara pidana (Pasal 3d dan 3e)
• Hubungan antara teman sejawat advokat berdasarkan sikap saling
menghormati, menghargai, dan memercayai (Pasal 5a)
• Tidak menggunakan kata-kata tidak sopan atau yang menyakitkan
hati (Pasal 5b)
• Keberatan terhadap tindakan teman sejawat harus diadukan
kepada Dewan Kehormatan (Pasal 5c)
• Tidak diperkenankan menarik klien teman sejawat (Pasal 5d)
• Advokat baru hanya dapat menerima perkara setelah menerima
bukti pencabutan pemberian kuasa kepada advokat terdahulu
(Pasal 5e)
• Advokat lama wajib memberikan kepada avokat yang baru semua
surat dan keterangan penting untuk mengurus perkara itu (Pasal
5f)

19
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
• Hubungan • Mengutamakan penyelesaian damai dalam perkara perdata (Pasal 4a)
klien • Tidak memberikan keterangan yang dapat menyesatkan klien (Pasal 4b)
• Tidak dibenarkan menjamin kepada klien bahwa perkaranya akan menang
(Pasal 4c)
• Penetapan honor berdasarkan kemampuan klien (Pasal 4d)
• Tidak dibenarkan membebani klien dengan biaya-biaya yang tidak perlu
(Pasal 4e)
• Perhatian yang sama diberikan terhadap perkara yang diurus secara cuma-
cuma (Pasal 4f)
• Harus menolak mengurus perkara yang tidak ada dasar hukumnya (Pasal
4g)
• Wajib memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang menyangkut
klien(Pasal 4h)
• Dilarang melepaskan tugas yang dibebankan kepadanya pada saat
yangtidak menguntungkan klien atau akan merugikan klien yang tidak
dapat diperbaiki lagi (Pasal 4i)
• Mengundurkan diri sepenuhnya dari pengurusan kepentingan bersama dua
pihak atau lebih apabila kemudian timbul pertentangan kepentingan
diantara pihak-pihak yang bersangkutan (Pasal 4j)
• Mempunyai hak retensi terhadap klien tetapi tidak dapat digunakan
apabila dengan retensi itu kepentingan klien akan dirugikan yang tidak
dapat diperbaiki lagi (Pasal 4k)

20
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat Indonesia
Ciri Profesi Kode Etik Advokat
• Hubungan • Sebagai profesi mulia, advokat dalam menjalankan profesinya di bawah
lain perlindungan hukum, undang-undang, dan kode etik (Pasal 8a)
• Tidak diperkenankan memasang iklan, termasuk pemasangan papan nama
dengan ukuran yang berlebihan (Pasal 8b)
• Tidak mengadakan kantor cabang di tempat yang merugikan kedudukan
advokat, misalnya di rumah atau di kantor seorang yang bukan advokat
(Pasal 8c)
• Tidak mengizinkan pencantuman namanya di papan nama, iklan, atau cara
lain oleh orang bukan advokat, tetapi memperkenalkan diri sebagai wakil
advokat (Pasal 8d)
• Tidak mengizinkan karyawan yang tidak berkualitas untuk mengurus
sendiri perkara, memberi nasihat kepada klien secara lisan atau tertulis
(Pasal 8e)
• Tidak memublikasikan diri melalui media massa untuk menarik perhatian
masyarakat mengenai perkara yang sedang ditanganinya, kecuali untuk
menegakkan prinsip hukum yang wajib diperjuangkan oleh semua
advokat(Pasal 8f)
• Advokat dapat mengundurkan diri dari per yang diurusnya bila dicapai
kesepakatan dengan kliennya (Pasal 8g)
• Tidak mengizinkan advokat mantan hakim/panitera menangani perkara di
pengadilan yang bersangkutan selama tiga tahun sejak ia berhenti dari
pengadilan tersebut  (Pasal h)

21
Ringkasan Proses Penalaran Kode Etik Profesi Advokat
Indonesia

Ciri Profesi Kode Etik Advokat


• Pengawasan • Pengawasan atas pelaksanaan kode etik ini dilakukan oleh
Dewan Kehormatan (Pasal 9)

22
PROFESI DAN HAKIKAT MANUSIA
UTUH
Bila seorang profesional benar-benar menghayati profesinya dan betul-betul mau
mematuhi kode etik yang ditetapkan atas dasar kesadaran diri dalam melaksanakan
profesinya, maka sebenarnya ia telah menjalani kehidupan sesuai dengan hakikat
manusia seutuhnya. Hakikat manusia utuh adalah hidup dengan menyeimbangkan
pemenuhan EQ, IQ, SQ, dan PQ. Kesadaran untuk terus-menerus memelihara unsur
kompetensi ilmu pengtahuan dan keterampilan teknis mencerminkan upaya untuk
meningkatkan IQ. Kesadaran untuk menumbuhkan sikap perilaku yang baik dalam
menjalankan profesi sebenarnya sekaligus untuk memupuk EQ, dan SQ. Membangun
karakter, prinsip-prinsip, dan nilai-nilai dasar seperti bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menanamkan integritas, kejujuran, independensi, objektivitas, dan
sejenisnya merupakan fondasi untuk membangun SQ. Melayani klien dengan
kompentesi tinggi, menjaga hubungan harmonis dengan rekan sejawat atas dasar
saling menghormati, mengahargai, dan mempercayai, berbicara sopan dengan siapa
pun, merupakan dasar bagi pembangunan EQ.
Dengan demikian, walaupun tidak dijelaskan secara eksplisit di dalam setiap kode
etik, seorang profesional yang benar-benar telah mematuhi dan mengikuti kode etik
profesi dalam menjalankan profesinya, sebenarnya disadari atau tidak, ia telah
mejalani kehidupan sebagai manusia seutuhnya.
23
KASUS MULYA LUBIS DIBERHENTIKAN
Majelis Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat Indonesia DKI Jakarta
memberhentikan secara tetap Todung Mulya Lubis sebagai advokat. Ia dinilai
melakukan pelanggaran berat, yaitu melangga larangan konflik kepentingan dan
lebih mengedepankan materi dalam menjalankan profesi dibandingkan dengan
penegakan hokum, kebenaran, dan keadilan. Putusan itu dibacakan oleh Majelis
Kehormatan Daerah Perhimpunan Advokat Indonesia (MKD Peradi) DKI Jakarta,
Jumat 16 Mei 2008 di Kantor Paredi, Kuningan, Jakarta. Sidang dipimpin oleh
Jack R. Sidabutar dengan anggota Alex R. Wangge, Daniel Panjaitan, Antonius
P.S. Wibowo dan Dr. Andang L. Binawan. Hadir dalam sidang tersebut pihak
pengadu, Hotman Paris Hutapea, dan pihak teradu,Todung Mulya Lubis, serta
sejumlah advokat dari kantor hukum Lubis, Santoso, dan Maulana. Dua anggota
MKD memberikan pendapat berbeda. Menurut mereka, hukuman pemberhentian
tetap terlalu berat. Dua anggota tersebut mengusulkan hukuman pemberhentian
sementara selama 12 bulan. Todung mengungkapkan bahwa dirinya sangat sedih
dan kecewa dengan putusan MKD Peradi DKI Jakarta. Ia mengatakan, putusan
tersebut sebagai sebuah dagelan yang tidak lucu, dan langsung mengajukan
banding.

24
Majelis Kehormatan menilai Todung melanggar Pasal 4j dan Pasal 3b Kode Etik
Advokat Indonesia. Pelanggaran tersebut dilakukan ketika Todung menjadi kuasa
hukum Salim Group terkait kasus Sugar Group Companies (SGC) di pengadilan
negeri Kotabumi dan PN Gunung Sugih, Lampung. Benturan kepentingan terjadi
ketika pada tahun 2002 Todung menjadi anggota Tim Bantuan Hukum Komite
Kebijakan Sektor Keuangan (TBH-KKSK). Tim tersebut diminta Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) melakukan legal audit terhadap kekayaan Salim Group.
Saat itu, SGC merupakan salah satu perusahaan milik Salim. Pihak BPPN kemudian
menjual SGC ke pemilik baru.
Pada tahun 2006, pemilik baru itu menggugat Salim Group dan pemerintah.
Pihak Salim diwakili oleh Todung Mulya Lubis selaku kuasa hukum. Memang saat
itu tugas Todung di TBH KKSK sudah selesai sejak tahun 2002. Namun, MKD
menilai ada benturan kepentingan saat Todung menjadi kuasa hukum SGC dan
anggota TBH KKSK. Apalagi, di dalam persidangan Todung menggunakan hasil
legal audit TBH KKSK. Menurut Majelis, kepentingan BPPN cq. Menkeu cq.
Pemerintah RI terkait legal audit SGC seharusnya dipertahankan dan
dirahasiakan oleh Todung. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 8 ayat 1 dan 2
Perjanjian TBH-KKSK. Namun faktanya, Todung mengungkapkan sebagian isi TBH
itu di PN Gunung Sugih dan Kotabumi. Meskipun di dalam dokumen TBH dikatakan
bahwa Salim Group dinyatakan melanggar MSAA, Todung justru mengatakan
sebaliknya di persidangan.
25
Apalagi hal ini tidak dibantah oleh Todung. Saksi ahli yang diajukan oleh Todung
mengatakan bahwa pendapat hukum dapat berubah tergantung pada situasi dan kondisi.
MKD Perdi DKI Jakarta juga sebelumnya mempertimbangkan adanya peringatan
kepada Todung.
Pada 14 Juni 2004, Dewan Kehormatan Pusat Ikatan Advokat Indonesia memberi
peringatan keras kepada Todung sehubungan dengan adanya iklan di media massa
mengenai putusan pengadilan, tetapi isi iklan berbeda dengan putusan pengadilan.
Dalam jumpa pers di kantornya, Todung didampingi koleganya sesama advokat, Maqdir
Ismail dan Perry Cornelius. “Terus terang saya shocked, terkejut, dan bertentangan
dengan fakta-fakta dan akal sehat. Ini bertentangan dengan semua logika
rasional. Sebuah dagelan hukum yang sangat tidak lucu.
Dalam sejarah Indonesia, mungkin saya advokat pertama yang dipecat secara
permanen,” kata Todung.”Ini kezaliman, kesewenang-wenangan yang melampaui
batas. Buat saya, itu sesuatu yang melampaui batas karena kalau tuduhannya benturan
kepentingan, sama sekali tidak ada benturan kepentingan,” ujarnya. Todung
menyampaikan bahwa dalam penanganan kasus Anthony Salim, Departemen Keuangan
telah menulis surat tidak keberatan karena tidak berkepentingan. Namun pada
kesempatan saat ini, ia tidak akan masuk ke soal detail seperti itu karena ia akan
banding ke Pengadilan Dewan Peradi Pusat.

26
Pertanyaan:
1. Apakah menurut Anda Majelis Kehormatan Daerah DKI Jakarta telah
mengambil keputusan yang tepat dan adil?
2. Apakah menurut Anda reaksi yang disampaikan oleh Todung Mulya
Lubis di media massa dalam menanggapi keputusan Majelis adalah wajar
dan dapat dibenarkan.
3. Bagaimana pendapat Anda atas pernyataan Todung yang merasa dirinya
tidak melanggar kode etik advokat?

27
JAWABAN KASUS
1. Menurut pendapat kami, Majelis Kehormatan Daerah DKI Jakarta telah
mengambil keputusan yang tepat dan adil karena dalam kasus tersebut Tudong
telah melanggar kode etik advokat Indonesia dengan membocorkan sedikit
informasi terkait hasil legal audit SGC, walaupun dalam kasus tersebut Tudong
telah selesai menjabat TBH-KKSK di SGC. Bagaimanapun juga sebagai seorang
advokat, Tudong seharusnya tetap mempertahankan dan merahasiakan hasil legal
audit SGC. Kemudian sebagai seorang Advokat juga seharusnya mengutamakan
tegaknya hukum, kebeneran, dan keadilan. Selain itu dalam kasus tersebut
Tudong tidak mengindahkan peringatan sehubungan dengan adanya iklan di
media massa mengenai putusan pengadilan, dimana isi iklan tersebut berbeda
dengan putusan pengadilan. Seorang Advokat tidak seharusnya memberikan
informasi yang berbeda apalagi menyangkut putusan pengadilan.

2. Menurut pendapat kami reaksi Tudong Mulyo Lubis di media massa dalam
menanggapi keputusan Majelis tidak wajar dan tidak dapat dibenarkan, Tudong
terlalu berlebihan, karena sebagai seorang advokat yang sudah jelas melanggar
kode etiknya tidak seharusya bereaksi seperti itu.

28
JAWABAN KASUS
3. Menurut pendapat kami seharusnya Tudong introspeksi diri terlebih
dahulu ,karena dalam kasus tersebut Tudong telah melanggar kode etik
sebagai Advokat, yaitu melanggar larangan konflik kepentingan dan lebih
mengedepankan materi dalam menjalankan profesi dibandingkan dengan
penegakan hukum, kebenaran, dan keadilan.

29
Thank you for
your attention.

30

Anda mungkin juga menyukai