Anda di halaman 1dari 34

Pajak Penghasilan

Usaha Mikro Kecil Menengah

Disusun Oleh:
Yarista Nur’aina S (396156)
Arlin Asmorowati (400711)
Diah Wisnu R. (400721)
Dwi Yulianingsih (400726)
DASAR
DASAR
HUKUM
HUKUM POKOK
POKOK
KETENTUAN
KETENTUAN
PELAKSANAAN
PELAKSANAAN CARA
PEMBAYARAN
PAJAK

POKOK
POKOK
KETENTUAN
KETENTUAN
PP
PP CONTOH
CONTOH
Dasar Hukum
 Pasal 4 ayat (2) huruf e UU PPh :
• Atas penghasilan tertentu lainnya dapat dikenai PPh yang
bersifat final yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah.

 Pasal 17 ayat (7) UU PPh :


• Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditetapkan tarif pajak
tersendiri atas penghasilan tertentu yang pajaknya bersifat final.
• Tarif tersebut tidak boleh melebihi tarif tertinggi PPh Orang
Pribadi (30%).
• Penentuan tarif pajak tersendiri tersebut didasarkan atas
pertimbangan kesederhanaan, keadilan, dan perluasan
partisipasi dalam pembayaran pajak.
POKOK-POKOK
KETENTUAN PP
OBJEK PAJAK
 Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar
dalam 1 tahun.
 Tidak termasuk Penghasilan dari usaha adalah penghasilan
dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas.
 Peredaran bruto merupakan peredaran bruto dari usaha,
termasuk dari usaha cabang.
Jasa Sehubungan dengan Pekerjaan Bebas

a. pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris;


b. pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain
drama, dan penari;
c. olahragawan;
d. penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
e. pengarang, peneliti, dan penerjemah;
f. agen iklan;
g. pengawas atau pengelola proyek;
h. perantara;
i. petugas penjaja barang dagangan;
j. agen asuransi; dan
k. distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau
penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.
Subjek Pajak
 Orang pribadi
 Badan, tidak termasuk BUT,

• yang menerima penghasilan dari usaha dengan peredaran


bruto tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
Pengecualian Subjek Pajak
 WP OP yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yang
dalam usahanya menggunakan sarana atau prasarana yang dapat
dibongkar pasang, baik yang menetap maupun tidak menetap dan
menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum
yang tidak diperuntukkan bagi tempat usaha atau berjualan, misalnya
pedagang makanan keliling, pedagang asongan, warung tenda di
trotoar, dan sejenisnya.
 WP badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun setelah beroperasi secara komersial
memperoleh peredaran bruto melebihi Rp4,8 miliar.
TARIF
 Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto tidak
melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 tahun dikenai PPh final
dengan tarif sebesar 1% (satu persen) dari jumlah
peredaran bruto setiap bulan dari setiap tempat usaha
 Pajak Penghasilan terutang dihitung berdasarkan tarif
1% (satu persen) dikalikan dengan dasar pengenaan
pajak, yaitu jumlah peredaran bruto setiap bulan dari
setiap tempat usaha

PPh Terutang = 1% x Peredaran


Bruto Setiap Bulan
Dasar Penentuan Dikenakan PPh Final (1)

Pengenaan PPh didasarkan pada peredaran bruto dari usaha


dalam 1 (satu) tahun dari Tahun Pajak terakhir sebelum Tahun
Pajak yang bersangkutan yang tidak melebihi Rp4,8 Miliar.

2012 2013 2014

Omzet perdagangan  dikenai PPh Umum s.d Jika omzet 2013 Rp5
Rp4 miliar sebelum berlaku PP 46 miliar maka tahun
Tahun 2013 2014 dikenai dengan
 PPh final 1% Juli s.d. Tarif Umum
2013 2014
Des 2013 meskipun 2015
Ketentuan UU PPh
total omzet tahun
berjalan misalnya Rp5
miliar

Dalam hal pada tahun berjalan, peredaran bruto sudah melebihi Rp4,8 miliar,
tetap dikenai PPh final sampai dengan akhir Tahun Pajak dan tahun berikutnya
dikenai ketentuan PPh umum.
Dasar Penentuan Untuk Dikenakan PPh Final (2)

 Dasar peredaran bruto Rp4,8 miliar untuk dapat dikenai PPh final :
peredaran bruto tahun terakhir (setahun atau disetahunkan, dalam hal
tahun terakhir meliputi kurang dari 12 bulan).

 Dalam hal WP baru terdaftar pada Tahun Pajak yang sama sebelum PP ini
berlaku  dasar Peredaran Bruto adalah: akumulasi peredaran bruto
dari bulan berdiri s.d. bulan sebelum PP ini berlaku, yang disetahunkan.

 Dalam hal WP baru terdaftar setelah PP ini berlaku  dasar peredaran


bruto adalah: peredaran bruto bulan pertama disetahunkan.
Penghasilan yang Dikenai PPh Final Tersendiri

• Penghasilan yang telah dikenai PPh dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri
tidak dikenai PPh yang bersifat final berdasarkan PP yag
mengatur ini.

• Peredaran bruto usaha Wajib Pajak yang bersangkutan dalam 1


(satu) tahun tidak melebihi Rp4,8 miliar tidak dikenai PPh yang
bersifat final berdasarkan PP ini, tetapi mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan yang mengatur
mengenai pengenaan pajak atas penghasilan tersebut.
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan dari luar negeri yang diterima atau
Penghasilan
diperoleh dari
Wajib Pajak dapat Luarterhadap
dikreditkan Negeri Pajak
Penghasilan yang terutang berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Pajak Penghasilan dan peraturan
pelaksanaannya.
(sesuai ketentuan Pasal 24 UU PPh dan aturan pelaksanaan yang mengatur
tentang Kredit Pajak Luar Negeri)
Kompensasi Rugi
Ketentuan kompensasi rugi adalah :
o berturut-turut sampai dengan 5 tahun.dikenai PPh final
1% tetap menjadi bagian dari periode 5 tahun tsb.
o kerugian pada tahun dikenai PPh final 1% tidak dapat
dikompensasikan pada tahun berikutnya.
Pokok-Pokok
Ketentuan Aturan
Pelaksanaan
Dasar Penentuan Peredaran Bruto
Peredaran bruto yang tidak melebihi
Rp4,8 Miliar ditentukan berdasarkan
peredaran bruto dari usaha seluruhnya,
termasuk dari usaha cabang, tidak
termasuk peredaran bruto dari:
 Jasa sehubungan dengan pekerjaan
bebas;
 penghasilan yang diterima atau
diperoleh dari luar negeri;
 usaha yang atas penghasilannya
telah dikenai Pajak Penghasilan yang
bersifat final dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan
perpajakan tersendiri; dan
 penghasilan yang dikecualikan
sebagai objek pajak.
• Penghasilan dari usaha yang diterima
Pemotongan/Pemungutan
atau diperoleh WP yang dikenai PPh
PPh
bersifat final menurut PP ini, yang
berdasarkan ketentuan UU PPh wajib
dilakukan pemotongan dan/atau
pemungutan PPh yang tidak bersifat final,
dapat dibebaskan dari pemotongan
dan/atau •pemungutan
Pembebasan dariPPh oleh pihak
pemotongan
lain. dan/atau pemungutan PPh oleh
pihak lain diberikan melalui
Surat Keterangan Bebas dengan
Tata Cara sebagaimana
dimaksud PER-32/PJ/2013
Contoh:
o Bengkel mobil menerima pembayaran atas jasa reparasi mobil.
Atas pembayaran tersebut dipotong PPh Pasal 23 kecuali pemilik
bengkel menyerahkan Surat Keterangan Bebas
Potongan/Pemungutan (SKB Potput) yang telah dilegalisasi.
o Toko ATK menjual buku kepada sekolah negeri. Bendahara
sekolah memungut PPh Pasal 22 kecuali pemilik toko
menyerahkan SKB Potput yang telah dilegalisasi
Angsuran Masa
 Setoran bulanan merupakan PPh Pasal 4 ayat (2), bukan
PPh Pasal 25.
 Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final, tidak
wajib PPh Pasal 25.
 Jika ada penghasilan lain selain yang dikenai PPh Pasal 4
ayat (2) sesuai ketentuan PP ini, maka atas penghasilan
tersebut dikenai PPh sesuai dengan ketentuan umum.
 Jika ada angsuran PPh Pasal 25 atau PPh yang
dipotong/dipungut pihak lain boleh dikreditkan terhadap
PPh terutang tahun pajak ybs. kecuali untuk penghasilan
yang pengenaan pajaknya bersifat final.
Angsuran Masa
Angsuran pajak pada Tahun Pajak pertama Wajib Pajak tidak
dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final:
 bagi Wajib Pajak bank, BUMN, BUMD, Wajib Pajak
masuk bursa, dan Wajib Pajak lainnya yang harus
membuat laporan keuangan berkala, dan WP OPPT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf b
dan huruf c UU PPh; dan
 bagi selain Wajib Pajak diatas, angsuran pajak
diperlakukan seperti Wajib Pajak Baru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 25 ayat (7) huruf a UU PPh,
besaran angsuran pajak adalah sesuai dengan besarnya
angsuran pajak sebagaimana diatur dalam PMK
255/PMK.03/2008 std PMK 208/PMK.03/2009.
Penyetoran dan Pelaporan
 Penyetoran paling lama tanggal 15 (lima belas) bulan berikutnya
setelah Masa Pajak berakhir.
 SSP berfungsi sekaligus sebagai SPT Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
Jika SSP telah divalidasi dengan NTPN dianggap telah lapor SPT
Masa PPh Pasal 4 ayat (2).
 Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan
paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir.

Kewajiban pelaporan ditiadakan untuk pelaporan Surat


Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan masa pajak Juli s.d
Desember 2013
 SPT Tahunan :
o Dilaporkan pada kelompok penghasilan yang dikenai pajak final
dan/atau bersifat final.
o Formulir SPT Tahunan menggunakan Form 1770 untuk Wajib
Pajak orang pribadi dan 1771 untuk Wajib Pajak badan masih
mengakomodasi
C
A
R Wajib Pajak dapat melakukan Pembayaran
A
Pajak melalui:
P
E 1. Loket Bank/Pos Persepsi (Agustus 2013)
M a. Wajib Pajak datang ke Loket Bank/Pos Persepsi dengan
B
A
membawa SSP yang telah diisi.
Y b. Bukti Pembayaran adalah dokumen Bukti Penerimaan
A Negara (BPN).
R
A 2. Anjungan Tunai Mandiri (ATM) (November 2013 cfm
N
PER-37/PJ/2013)
P a. Wajib Pajak datang ke ATM Bank/Pos Persepsi dan
A memilih menu pembayaran “PPh Final Bruto Tertentu”.
J b. Bukti Pembayaran adalah Struk ATM.
A
K
CONTOH
Penentuan Peredaran
Bruto
Gatut Kaca terdaftar sebagai Wajib Pajak baru pada bulan
November 2014. Pada bulan November 2014 tersebut,
memperoleh peredaran bruto sebesar Rp15.000.000,00 (lima
belas juta rupiah).
peredaran bruto November 2014 disetahunkan: 12/1 x
Rp15.000.000,00 = Rp180.000.000,00

Karena penghasilan bulan November 2014 (bulan pertama mulai


terdaftar sebagai Wajib Pajak) yang disetahunkan tidak melebihi
Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah), maka
penghasilan yang diperoleh di tahun 2014 dikenai Pajak
Penghasilan yang bersifat final sesuai dengan Peraturan Pemerintah
ini.
Penerapan Tarif

PT Daya Tangkap memenuhi kriteria WP yang dikenai PPh yang bersifat final
sesuai PP ini.
Pada bulan Agustus 2013 memperoleh penghasilan dari usaha penjualan
sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Pajak Penghasilan (PPh) yang bersifat final yang terutang untuk bulan Agustus
2013 dihitung sebagai berikut:
PPh final = 1% x Rp50.000.000,00
= Rp500.000,00

Kewajiban PT Daya Tangkap atas Kegiatan Usaha pada Bulan Agustus


2013:
menyetor PPh yang bersifat final sebesar Rp500.000,00 ke kantor pos
atau bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan dengan
menggunakan SSP atau sarana administrasi lain yang dipersamakan
paling lambat tanggal 16 September 2013.
Apabila SSP tersebut telah mendapat validasi dengan NTPN,
PT..Daya Tangkap dianggap telah melaporkan SPT Masa PPh Pasal
4 ayat (2) Agustus 2013.
Kompensasi Rugi
Wajib Pajak PT Pantang Menyerah mengalami kerugian pada Tahun Pajak
2010. Berdasarkan ketentuan UU PPh, kerugian tersebut dapat
dikompensasikan dengan penghasilan pada Tahun Pajak 2011 sampai
dengan Tahun Pajak 2015.

2012 2014
2011
2013 2015
Dikenai PPh Final
2010 dan mengalami
kerugian

Jangka Waktu Kompensasi Kerugian

Rugi pada
Tahun Pajak Kompensasi atas Kerugian dari penghasilan
2010 Kerugian Tahun yang dikenai PPh Final pada
2010 tidak dapat Tahun Pajak 2014 tidak
dikompensasi di dapat dikompensasi ke
Tahun Pajak 2014 Tahun Pajak berikutnya
Cara Pembayaran Pajak
Melalui ATM dalam Rangka
Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 46
Tahun 2013
Cara Pembayaran Pajak

Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan


Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM :

1. Pilih BAYAR / BELI 2. Pilih LAINNYA


Cara Pembayaran Pajak
Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan
Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM :

1. Pilih PAJAK 2. Pilih PPH FINAL BRUTO TERTENTU


Cara Pembayaran Pajak

Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan


Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM :

1. Masukkan NPWP 2. Konfirmasi NPWP


Cara Pembayaran Pajak

Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan


Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM :

3. Masukkan Masa Pajak 4. Masukkan Pajak Terutang


Cara Pembayaran Pajak

Contoh Menu Pembayaran Pajak PPh Final dengan


Peredaran Bruto Tertentu melalui ATM:

2. Konfirmasi Pembayaran
Cara Pembayaran Pajak

Contoh Struk ATM Pembayaran Pajak PPh Final dengan


Peredaran Bruto Tertentu :

Anda mungkin juga menyukai