Anda di halaman 1dari 78

PERDARAHAN ANTENATAL

PERDARAHAN ANTENATAL
Tanda Bahaya, mrp kedaruratan medis

Perdarahan
Dibedakan berdasarkan waktu

Awal Akhir
kehamilan kehamilan
Aborsi

Aborsi

Patologis Teurapetik
Penyebab Aborsi
• kelainan kromosom
• ketidakseimbangan endokrin, misalnya pada ibu
yang memiliki cacat fase luteal
• diabetes mellitus bergantung insulin dengan kadar
gula darah yang tinggi.
• Faktor imunologi misalnya antibody antifosfolipid
dan infeksi,
• Gangguan sistemik
• Gangguan genetic
Manifestasi klinik
Manifestasi klinik diantaranya
• perdarahan uterus,
• kontaksi rahim,,
• nyeri rahim pada awal kehamilan merupakan tanda
ancaman keguguran.
• Nyeri hebat .

• Tingkat keparahannya tergantung kepada durasi


kehamilan.
Abortus Terancam
Jml Kram Migrasi Dilatasi Gejala Penatalaksanaan
darah uterus jaringan serviks lain
Sedikit ringan tidak tidak Tirah baring di tempat
, tidur, sedasi, menghindari
bercak
stress, menghindari
stimulasi seksual dan
orgasme.
Asetaminofen berbasis
analgesic dapat diberikan
Perawatan lebih lanjut
bergantung pada respon
ibu terhadap pengobatan
Aborsi Tidak terelakan
Jumlah darah: sedang

Kram Uterus: Ringan smp berat

Migrasi jaringan: tidak ada

Dilatasi serviks : Tidak ada


Penatalaksanaan
Abortus tdk terelakkan
Terminasi jika
Tirah baring Dgn Dilasi dan
jika tdk sakit, Ada sakit, ada kuretasi.
tdk demam, demam, ada Dilatasi dgn
tdk perdarahan, pemberain
perdarahan ada pecah prostaglandin
ketuban

Evakuasi manual/ bedah Lakukan perawatan thd efek


rahim jika tidak keluar pemberian prostaglandin
menyeluruh Spt mual, muntah, diare
Penatalaksanaan
Abortus tdk terelakkan
•Pemberian oksitosin melalui intravena, 10 -20 unit dalam
1000 ml cairan intravena, dilakukan setelah evakuasi
rahim dengan tujuan mencegah perdarahan

• Tindakan post aborsi jika terjadi perdarahan berat :


- pemberian ergot seperti ergonovine (methergine) atau
turunan prostaglandin seperti carboprost trometamin
(Hemabate) untuk merangsang kontraksi uterus.
- Pemberian antibiotic, analgetik, transfuse
Penatalaksanaan
Abortus tdk terelakkan
•Perhatikan kebutuhan psikologis ibu, kaji makna keguguran bagi
keluarga, proses berduka yang dialami ibu.

•Memberi penjelasan pada ibu tentang sifat alami aborsi, prosedur


keguguran yang diharapkan, kemungkinan dampaknya pada
kehamilan selanjutnya.

•Libatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan tentang


penanganan disposisi sisa sisa jaringan janin. Apakah akan diambil
keluarga atau diserahkan ke rumah sakit. Ibu dan keluarga juga perlu
mengetahui bagaimana rumah sakit akan menangani jaringan janin.
Jenis Jml Da Kram Migrasi Dilata Geja Penatalaksanaan
rah Uterus jaringan si la lain
serviks

Tdk Banya berat ya Ya, dgn Perlu atau tidak memerlukan tambahan
leng k, jaringa dilatasi serviks sebelum kuretase
kap berle n di Suction kuretase dapat dilakukan
bih serviks

Leng Sedi Ringan ya Tdk, Ukura Tidak ada intervensi lebih lanjut yang
kap kit serviks n diperlukan jika kontraksi uterus adekuat
menut uterus untuk mencegah perdarahan dan infeksi
up tidak
setelah berta
jaringa mbah Suction atau kuret mungkin dilakukan
n atau , untuk memastikan tidak ada jaringan
bermig menur ibu atau janin tertinggal
rasi. un.
Aborsi tidak jelas
Jml Da Kram Migras Dilatasi Penatalaksanaan
rah Uterus i serviks
jaring
an

Ti Ti tidak tidak Jika evakuasi spontan uterus tidak terjadi dalam 1 bulan,
kehamilan diakhiri dengan metoda sesuai usia kehamilan.
dak dak
ada, ada Memonitor faktor pembekuan darah hingga kondisi rahim
kosong
ber
cak Monitoring faktorpembekuan darah karena, Pada kasus janin
mati setelah minggu keduabelas, dan produk konsepsi
dipertahankan selama lebih dari lima minggu maka dapat
terjadi koagulasi intravascular diseminata (DIC) dan
ketidakmampuan darah membeku dengan perdarahan yang
tidak terkontrol.
Dapat diobati dengan dilatasi dan kuretase atau 800 mcg
misiprostol
Jenis Jml Da Kram Migrasi Dilata si Penatalaksanaan
rah Uterus jaringan serviks

Sep Berva Berva bervaria Ya, Terminasi kehamilan segera dilakukan


sis riasi, riasi si umum dengan metoda sesuai usia kehamilan
umu nya
mnya
berba
u
busuk
Kam Berva Bervari ya Ya, Bervariasi, bergantung pada jenis.
buha riasi asi biasan Jika factor penyebabnya adalah pelebaran
n, ya serviks premature maka dilakukan cerrclage
habit Pemeriksaan yang dilakukan diantaranya,
ual analisis sitogenetika orang tua, lupus
antikoagulan dan uji antibody
antikardiolipin.
Setelah Kuretase
• umumnya klien udah bisa pulang.
• Indicator, klien boleh pulang
• telah pulih dari anestesi,
• Tanda vital stabil,
• Perdarahan vagina tetap minimal,
• Penkes sebelum pasien pulang
• menekankan istirahat,
• Pencegahan infeksi: VH
• keluhan normal yang akan dirasakan klien yaitu kram perut, perdarahan.
• Kebutuhan nutrisi akan zat besi,
• kembalinya aktivitas seksual,
• keluarga berencana, rencana kehamilan berikutnya.
Inkompetensia Serviks

dilatasi serviks pasif


tampa rasa sakit selama
trimester kedua.
Penyebab Diagnosa:
Riw trauma serviks sebelumnya seperti laserasi persalinan, dilatasi serviks yang berlebihan Berdasarkan anamnesa
saat kuretase atau biopsy, Persalinan singkat
Riw konsumsi dietilstilbestrol (DES) saat hamil. Abortus berulang, Riw op & trauma serviks
serviks congenital pendek dan kelainan serviks dan uterus. kemajuan dilatasi serviks pada saat presentasi pertama

Diagnosis: Tatalaksana Pemasangan cerclage di uisa kehamilan 11-12 mg sampe 24 mg


Pemeriksaan USG Suportif: istirahat, penggunaan KB, antibotik
Obat antiinflamasi, Suplementasi progesterone Diangkat sampe persalinan/37 mg
Serviks yang pendek (kurang dari 25 mm) & Op: Pemasangan cerclage serviks
penipisan serviks merupakan tanda terjadi Efek: ketuban pecah dini (PROM), persalinan premature, korioamnionitis,
penurunan kompetensia serviks oleh karena itung kontriksi, PROM, tanda tanda infeksi
Pengkajian: Psikososial
• mengkaji perasaan ibu tentang kehamilan,
mengkaji apakah ibu merasa bersalah atau harus
disalahkan atas keguguran yang dialaminya,
terlebih lagi kondisi inkompetensia serviks
umumnya ibu memiliki riwayat keguguran
sebelumnya sekali atau lebih dari sekali.
• Pengkajian pemahaman ibu tentang
inkompetensia serviks juga perlu dilakukan.
• Mengkaji support system yang dimiliki ibu,
Tindakan perawatan di rumah
• Tirah baring di tempat tidur, beberapa hari.
• Menunda hubungan seksual sampai control berikutnya.
• Pembatasan aktivitas di rumah,
• Kontrol dan pengawasan ketat.
• Ibu akan diberi obat tokolitik untuk mencegah kontraksi rahim dan
semakin melebarnya serviks.
• Pendidikan kesehatan tentang hasil akhir yang diharapkan dan efek
samping yang mungkin muncul.
• Anjurkan ibu untuk obs adanya tanda tanda premature, dan infeksi.
• Ibu diberi informasi tentang tanda tanda bahaya yang mengharuskan ibu
untuk control diantaranya munculnya kontraksi kuat setiap kurang dari
lima menit sekali, tekanan perineum yang berat dan dorongan untuk
mengedan.
Kehamilan Ektopik
Terganggu
Definisi
• Kehamilan Ektopik
Bahasa Yunani: Topos: yang berarti tempat
Bahasa Inggris: Ectopic
Jadi istilah ektopik diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”.

• Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di


luar endometrium kavum uteri.
(kapita selekta kedokteran,2001)

• Disebut kehamilan ektopik terganggu jika terjadi abortus / pecah,


Hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut
Lokasi Kehamilan Ektopik
• Kehamilan ektopik disebut
juga dengan kehamilan tuba
karena 95% kehamilan
ektopik tertanam di tuba
fallopi, paling banyak
tertanam di ampula dan
isthmus (Kejadian
paling banyak)

• Kehamilan ektopik juga


dapat tertanam di rongga
perut, ovarium dan serviks.
Etiologi
• Hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur
(ovarium) ke rahim (uterus).

Faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya


• Infeksi saluran telur (salpingitis), dapat menimbulkan
gangguan pada motilitas saluran telur.

• Riwayat operasi tuba.

• Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.


Etiologi
• Kehamilan ektopik sebelumnya.
• Aborsi tuba dan pemakaian IUD.
• Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
• Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan
perubahan-perubahan pada endosalping, sehingga
walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke
uterus terlambat.
• Operasi plastik pada tuba.
• Abortus buatan.
Patofisiologi
• Gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi

• Perjalanannya menuju kavum uteri terganggu

• Implantasi di tuba

• Suplai darah dari vaskularisasi tuba tidak memadai

• Kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi

Tuba Abortion shg Tuba abortion ke Ruptur tuba ke


Perdarahan rongga Lumen tuba rongga peritonium
peritonium
Patofisiologi
Abortus tuba
• Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
• Darah yang keluar dan masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak
begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.

Ruptur dinding tuba


• Ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat
dari distensi berlebihan tuba.
• Sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya
pada kehamilan muda.
• Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal.
• Akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit
hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.
Tanda Gejala: Tiga Gejala
Klasik

Nyer Nyeri hebat


i abd Abd bawah


Mens Terlambat

tertun satu hingga


da
dua minggu
Perdaraha
n
Warna merah

pervagina
m
terang, gelap
(bercak)
atau coklat
Tanda Gejala: Terjadi ruptur
• nyeri bahu pada salah satu sisi disebabkan iritasi
diafragma oleh darah dalam rongga peritoneal,
• nyeri akut mendalam pada abdomen kuadran bawah.
• tanda tanda syok: pingsan dan pusing, disebabkan
perdarahan ke dalam rongga perut bukan akibat
perdarahan pervaginam.
• Ekimosis disekitar umbilicus akan ditemui sebagai
akibat hematoperitoneum serta tanda rupture
intraabdominal pada kehamilan ektopik tidak
terdiagnosis.
Tanda Gejala: Terjadi ruptur
Nyeri bahu salah Disebabkan iritasi diafragma oleh darah

satu sisi dalam rongga peritoneal

Nyeri akut
mendalam

Nyeri semakin hebat
Pusing, Pingsan, penurunan kesadaran
Syok


Tachikardi, urin menurun, pucat, dingin

Ekimosis hematoperitoneum serta tanda rupture intraabdominal


pada kehamilan ektopik tidak terdiagnosis


umbilikus
Tanda Gejala
Bervariasi dari parah sampai samar, tergantung pada:
• lamanya kehamilan ektopik terganggu,
• abortus atau ruptur tuba,
• tuanya kehamilan,
• derajat perdarahan yang terjadi
• Keadaan umum penderita sebelum hamil.

• Perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya


gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya.

• Perdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan


ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin.

• Nyeri abdomen bawah


Tatalaksanan
• Harus segera diskrining lebih lanjut untuk menghilanagkan
prasangka penyakit lain seperti keguguran, rupture kista
korpus luteum, apendisitis, salpingitis, kista ovarium, torsi
ovarium dan infeksi saluran kemih.

• Alat skrining yang utama untuk kehamilan ektopik :


– Test kehamilan
– pengukuran kadar serum progesterone
– dan β-hCG
– USG transvaginal.
Skrining
serum progesterone
dan β-hCG

Dilakukan serial


memiliki kemampuan identifikasi kehamilan intrauterine
USG Transvaginal paling cepat (kehamilan satu mg) dibanding USG
Transabdominal

HB serial Nilai yang menurun , tanpa disertai pengeluaran darah


pervagina menunjukkan adanya perdarahan intraabdomen


Penanganan Medis
Penanganan segera
• salpingektomi yaitu pengangkatan seluruh tuba
• salpingostomi yaitu sayatan dibuat di area kehamilan pada
tuba dan produk konsepsi diangkat secara hati hati dan pelan,
kemudian sayatan dibiarkan menutup oleh factor sekunder
tanpa dijahit, hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan
jaringan parut.
• transfusi, infus, oksigen,
• Jika infeksi diberikan antibiotika dan antiinflamasi.
• Perawatan harus dirawat inap di rumah sakit.
Komplikasi

• Shyok hipovolumik
• Infeksi
• Sterilitas
• Pecahnya tuba falopii
• Komplikasi tergantung dari lokasi tumbuh
berkembangnya embrio
Prognosis
• Dgn deteksi dini Kematian karena kehamilan ektopik terganggu
cenderung turun

• Kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang


pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi

• Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara


0 – 14,6%.

• Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%


Pengkajian
Anamnesis :
• Riwayat terlambat haid,
• gejala dan tanda kehamilan muda,
• dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam,
• ada nyeri perut kanan / kiri bawah.
• Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya
darah yang terkumpul dalam peritoneum.
Pemeriksaan Fisik
• Hematom umbilikal
• Rahim yang juga membesar
• Adanya tanda-tanda syok hipovolemik,
yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin,
adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut
tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas
dinding abdomen.

• Pemeriksaan ginekologis
Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri
tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
Pemeriksaan Diagnostik
• Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.

• USG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri


- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul

• Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi


di luar uterus.

• Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam


kavum Douglas ada darah.

• Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.


Diagnosa Keperawatan
• Gg Perfusi jaringan
• Gg cairan kurang dari kebutuhan
• Gg rasa nyaman nyeri

Diagnosa Post Op
• Gg perfusi jaringan
• Resti infeksi
Dukungan Psikologis

Dukungan ●


Beri kesempatan dan dorong ibu mengungkapkan
perasaan dan kekhawatiran thd kehilangan
Kaji kenutuhan thd dukungan kelompok dalam

psikologis menghadapi berduka dan infertilitas

Dukungan ●


Mengkaji rencana kehamilan di masa depan,
anjurkan menggunakan kontrasepsi paling sedikit tiga kali
siklus mentruasi

Anjurkan ibu untuk segera melakukan pemeriksaan

informasi kehamilan jika ibu mengalami kehamilan


Perdarahan pada Akhir Kehamilan
• Perdarahan pada akhir kehamilan disebabkan
oleh
– Plasenta previa
– Abrupsio plasenta
Plasenta previa
• Klasifikasi Plasenta previa berdasarkan hasil pemeriksaan
USG transvaginal,
• plasenta previa lengkap adalah seluruh plasenta menutup
os serviks internal.
• Plasenta previa marginal adalah tepi plasenta dekat dengan
os serviks sekitar dua koma lima sentimeter atau lebih
dekat lagi.
• Istilah plasenta previa letak rendah digunakan, pada saat
belum dapat ditentukan hubungan antara plasenta dengan
os serviks secara tepat, misalnya pada kasus plasenta
previa trimester dua
Penyebab Perdarahan
Plasenta tertanam di segmen bawah uterus

peregangan dan penipisan segmen bawah uterus

gangguan pembuluh darah plasenta

Perdarahan
Kelompok Resiko
• Kelompok riwayat kelahiran Caesar,
• Usia ibu lebih dari 35 tahun,
• Multiparitas,
• Riwayat kuretase isap dan
• Ibu merokok,
• kehamilan multiple
• Ibu yang memiliki riwayat plasenta previa
disebabkan kecenderungan genetik.
Manifestasi Klinik
• Perdarahan: dgn karakteristik

Warna merah
Tanpa terang
rasa sakit t.U pd II & III

Dapat Awalnya sedikit,


berhenti dlm
kambuh bentuk
setiap saat gumpalan
Tanda

Konsistensi abd lembut, berileksasi, tanpa nyeri tekan, dan tonus normal.

Presentasi janin Bukan kepala Krn sungsang, melintang

Terhalangi plasenta yg berada di segmen bawah


Penurunan kepala Tetap tinggi (Tdk turun ) uterus

TFU Tinggi dibanding kehamilan normal pd usia yg sama

DJJ hilang atau menurun menandakan solusio


DJJ DJJ normal plasenta
Tanda lain

Tanda Tanda Syok

Paling TTV normal, bahkan


Penurunan dengan kehilangan darah
sensitif: yang berat, karena ibu
kesadaran, hamil dapat kehilangan
Urin output lemas,
hingga 40% volume darah
tanpa menunjukan tanda-

menurun tanda syok.


Komplikasi Pada ibu
• ketuban pecah dini,
• Persalinan dan kelahiran prematur,
• Pembedahan terkait trauma pada bagian yang berdekatan dengan
rahim,
• komplikasi anestesi
• Reaksi transfuse darah,
• Kelebihan cairan infuse,
• Ikatan plasenta abnormal,
• Perdarahan postpartum,
• Anemia,
• Tromboflebitis,
• Infeksi.
Komplikasi: Janin
• Kematian janin pada kasus plasenta previa
disebabkan oleh kelahiran premature,
kelainan presentasi dan anemia pada janin.

• Pertumbuhan janin terhambat.


Karena terganggunya sirkulasi oksigen dan
nutrisi di plasenta atau hipovolemia akibat ibu
kehilangan darah dan anemia ibu.
Diagnosa
• Perdarahan per vagina tampa rasa sakit setelah 20 minggu
• USG
– USG transabdominal , jika tdk jelas
– USG transvaginal,
lebih baik daripada scan transabdominal untuk menentukan
lokasi plasenta secara akurat.

• Jika hasil USG normal, maka dilakukan pemeriksaan speculum


untuk menyingkirkan penyebab local perdarahan seperti
cervisitis, polip, karsinoma serviks, dan dilakukan

• pemeriksaan factor pembekuan darah untuk menyingkir


penyeba lain perdarahan.
Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan tergantung pada usia
kehamilan, jumlah perdarahan dan kondisi
janin.
Tatalaksana Kegawat daruratan
Plasenta RS RS rujukan
previa


Perdarahan ●
R. Intensif Ibu

Syok ●
R. Intensif bayi

SC

Mrp Kondisi : Bayi
gawat darurat prematur
Penatalaksanaan Aktif


Bukti USG: plasenta previa

‘Migrasi’ Plasenta

UG: ›36 mg

Klien
Komplikasi Post SC
• Resiko perdarahan
sebab pembuluh darah besar di segmen bawah uterus terus
mengeluarkan darah karena segmen bawah uterus mengandung
sedikit otot.

Perdarahan postpartum beresiko terjadi meskipun fundus


berkontraksi kuat.

• Dukungan emosional bagi ibu dan keluarga adalah sangat penting.


Dukungan emosional baik dari keluarga, petugas kesehatan,
perawat dan pemuka agama.
tindakan
Jika usia kehamilan
: ‹ 36
mg, DJJ normal,
mempertahankan
‹ 250 ml dan
perdarahandengan
kehamilan
berhenti, dan
observasi ibu tdk
tirah
inpartu,
baring.

Tu
ju
an
:
ag
ar
ja
ni
n
be
rta
ha
n
hi
ng
ga
cu
ku
p
bl
n
Tindakan Utk mempertahankan Kehamilan

• Ibu dirawat di rumah sakit untuk


• dilakukan observasi ketat DJJ dan kontraksi,
• Pemasangan akses intravena besar harus dipasang
segera.
• Pemeriksaan laboratorium awal: HB, Ht, trombosit dan
koagulasi, pemeriksaan golongan darah dan skrining
sampel darah untuk persiapan jika dibutuhkan terapi
transfusi darah.
• Pemberian kortikosteroid antenatal diberikan pada ibu
dengan kehamilan kurang dari 34 minggu.
Jika perdarahan berhenti
• Ibu menjalani tirah baring
• Aktivitas terbatas
• yaitu berjalan sebatas ke kamar mandi, mandi,
berjalan jalan sekitar ruangan rumah sakit
selama 15 sampai 30 menit, empat kali sehari.
• Tidak dilakukan pemeriksaan vagina atau dubur,
dan ibu ditempatkan pada “istirahat panggul”,
maksudnya adalah tidak dipasang benda apa pun
dalam vagina.
• Pemeriksaan USG dilakukan setiap dua sampai tiga minggu.
Surveilan janin mungkin mencakup non-stress test (NST) atau
profil biofisik sekali atau dua kali seminggu.
• Obs Perdarahan: jumlah darah pada pembalut perineum,
pembalut saat tidur dan linen.
• Nilai laboratorium serial dievaluasi terhadap penurunan
hemoglobin dan hematokrit, tingkat dan perubahan nilai
koagulasi.
• Hrs pantau untuk tanda tanda persalinan premature.
• Berikan Magnesium sulfat untuk tokolisis jika kontraksi rahim
teridentifikasi.
Perawatan di rumah
• Kriteria kondisi ibu saat keluar rumah sakit,
• perdarahan berhenti minimal 48 jam sebelum
pulang,
• tanda tanda vital dalam batas normal,
• ibu sudah memiliki pengetahuan tentang
perawatan di rumah diantaranya pembatasan
aktifitas, memiliki akses telefon, pengawasan
ketat oleh keluarga dan tetangga, akses
transfortasi yang mudah
Abrupsio Plasenta
Definisi
• Adalah pelepasan sebagian atau seluruh
plasenta normal yang menempel di uterus.

• Pelepasan terjadi di daerah desidua basalis


setelah 20 minggu kehamilan dan sebelum
kelahiran bayi.
Kelompok resiko tinggi
• Ibu dengan riwayat hipertensi baik kronis ataupun gestasional,
• riwayat penggunaan kokain,
• trauma tumpul eksterna pada abdomen,
• paling banyak disebabkan kecelakaan kendaraan bermotor dan
tindakan kekerasan,
• riwayat merokok,
• riwayat abrupsio plasenta sebelumnya
• Riwayat ketuban pecah dini.
• Resiko abrupsio lebih besar terjadi pada kehamilan multiple
dibanding kehamilan tunggal.
Manifestasi klinik

Gejala ●
Perdarahan terjadi pada 70 – 80 %
kasus

Dominan Perdarahan retroplasenta (10-20%)


Gejala ●


Bervariasi
Nyeri abd

lainnya Nyeri tekan uterus saat kontraksi



Gejala

Ibu
Pemfis: nyeri abdomen, nyeri tekan uterus,
Keluhan: nyeri uterus intens, kontraksi, peningkatan TFU scr bertahap
terlokalisir menandakan adanya perdarahan tersembunyi
Dgn/ tanpa perdarahan peningkatan tonus rahim pada saat uterus
relaksasi.
Dampak

Perdarahan

Perdarahan retroplasenta dapat menyebabkan


Hipovolemia dan koagulopati, uterus couvelaire, yaitu kondisi uterus tampak
hipertonisitas rahim ringan ungu atau biru tidak berwarna merah muda
dengan hilangnya kemampuan kontraktilitas.
hingga berat, Hal lain yang menyebabkan perdarahan
nyeri ringan hingga berat, bersifat retroplasenta lebih berbahaya adalah pada
kasus perdarahan retroplasenta, sering
local, lebih dari satu area rahim ditemukan kondisi syok yang tidak
atau menyebar melalui rahim diperkirakan sebelumnya sebab kehilangan
dengan penjalaran seluas perut. darahtidak sesuai dengan junmlah darah yang
keluar melalui vagina
Dam-pak
• Kehilangan faktor pembekuan darah yang
banyak yang dapat menyebabkan kelainan
pembekuan darah misalnya DIC,

• kondisi ini terjadi pada 40 persen kasus.


Komplikasi
• perdarahan,
• syok hipovolemik,
• Gagal ginjal dan nekrosis hipofisis
• hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen serum rendah),
• Trombositopenia yang berhubungan dengan tingkat
keparahan abrupsio plasenta.
• Ibu dengan Rh negatif dapat menjadi peka jika
perdarahan transplasenta terjadi dan jenis darah
janin adalah Rh positif.
Komplikasi Pada Janin
• kematian perinatal 20 – 30 %
• kelahiran premature,
• IUGR,
• Resiko kelainan neurologis
• Kematian akibat sindrom kematian bayi
mendadak.
• kematian perinatal terjadi jika 50% dari
plasenta mengalami abrupsio
Diagnosis
• USG tidak dapat mendiagnosa semua kasus
abrupsio plasenta,
• Diagnosa yang utama adalah melalui gejala klinis.
• Pemeriksaan diagnostik lain :
• pemeriksaan hipofibrinogenemia dan bukti
adanya KID, walaupun beberapa kasus abrupsio
plasenta tidak menunjukkan adanya koagulopati.
• Diagnosis abrupsio dipastikan dengan jelas setelah
lahir melalui inspeksi visual plasenta.
Diagnostik
• hasil positif pada uji Apt yaitu ditemukan darah pada cairan
ketuban. Pemeriksaan laboratorium yang lain diantaranya kadar
hemoglobin, hematokrit dan penurunan kadar factor pembekuan
darah

• Pemeriksaan kleihauer-Betke (KB) dilakukan untuk


mengidentifikasi perdarahan janin-ke-ibu (perdarahan
transplasenta).

Tujuan pemeriksaan ini untuk memberikan panduan terapi


immunoglobulin Rho(D) pada ibu dengan Rh negatif yang
mengalami abrupsio plasenta (Hull & Resnik, 2009).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bergantung pada

• Derajat keparahan kehilangan darah

• serta kematangan dan status janin


Penatalaksanaan menjaga kehamilan
Penatalaksanaan Aktif
• pemasangan infuse, foley kateter, obs
hemodinamik diantaranya obs TTV, jml urine.
• pemberian cairan dan transfuse darah untuk
koreksi terjadinya kelainan pembekuan darah.
• Pem lab serial: Pem Ht, HB dan waktu
pembekuan darah.
• Pemantauan janin scr ketat
Penatalaksanaan Aktif
Terminasi kehamilan Intervensi


pemasangan infuse, foley
kateter, obs hemodinamik
diantaranya obs TTV, jml

usia kehamilan aterm, urine.

pemberian cairan dan

terjadi perdarahan
transfuse darah untuk
sedang hingga berat, koreksi terjadinya kelainan

ibu dan janin dalam pembekuan darah.
bahaya ●
Pem lab serial: Pem Ht, HB
dan waktu pembekuan
darah.

Pemantauan janin scr ketat
Persalinan
Persalina
pervagina
n induksi SC
m
Pd
● kegawat

Dgn

daruratan
kondisi
syarat janin atau
kematian komplikasi
janin obs ketat obstetric lain
Kontraindikasi dilakukan SC
• Ibu dengan gangguan pembekuan darah yang
berat dan belum mendapat koreksi.

• Karena kondisi tersebut beresiko untuk terjadi


perdarahan yang tidak terkendali.
Asuhan Keperawatan
• Dx Keperawatan
• Resiko perdarahan

• Renpra
• Tujuan yang ingin dicapai TTV normal, Nadi
perifer teraba kuat, jumlah urin satu hingga dua
cc/KgBB/jam, tidak ada perdarahan,
keseimbangan cairan intake output, tingkat
kesadaran komposmentis.
Tindakan mandiri keperawatan
• Lakukan observasi perdarahan dari jalan lahir, libatkan keluarga
Pencegahan perdarahan
• Anjurkan klien untuk bedrest,
• Anjurkan posisi tidur klien trendelenbreh dan posisi kaki
ditumpangkan pada kaki yang lain,
• Observasi status sirkulasi: TTV, warna dan suhu akral, CRT
• Observasi jumlah urine,
• Observasi keseimbangan cairan intake dan output.
• Intake nutrisi vit K
• Intake cairan per oral
Tindakan kolaboratif

• Pemberian transfusi sel darah merah 250 cc.


• Tindakan kolaboratif yang dilakukan jika
terjadi perdarahan masif adalah pemberian
cairan ringer laktat 500 ml diguyur, lanjut
dengan NaCl 40 tetes per menit.
• Obs kadar HB,Ht, komponen koagulasi darah
• Pertahankan akses IV besar
Askep
• Diagnosa Kep
• Resiko Distres Janin

• Tujuan

• Intervensi
- obs DJJ, Gerak Janin, adanya mekonium pada
ketuban (Jika ketuban pecah)
- Pertahankan sirkulasi ke janin: Posisi mring kiri

Anda mungkin juga menyukai