Validitas

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 19

VALIDITAS

NAMA KELOMPOK 1:
RIA NITA
SRI WAHYUNI
ISMA WAHYUNI
FAMELIA TIFANI SARI
PUTRI NATALIA SIDABUTAR
VALIDITAS

Validitas berasaal dari kata validity yang


berarti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya.

Suatu tes atau istrumen pengukuran dikatakan


mememiliki vaiditas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.
Artinya hasil ukur dari pengukuran tersebut merupakan
besaran yang mencerminkan secara tepat fakta atau keadaan
sesungguhnya dari apa yang diukur.
Konsep validitas tes dapat dibedakan atas
tiga macam yaitu:

Validitas isi (contet


validity)

Validitas konstruk
(construct validity)

Validitas empiris atau


validitas kriteria
Validitas Isi

Validitas isi suatu tes mempermasalahkan


seberapa jauh suatu tes mengukur tingkat
penguasaan terhadap isi suatu materi tertentu
yang seharusnya dikuasai sesuai dengan tujuan
pengajaran.

Dengan kata lain tes yang mempunyai validitas isi


yang baik ialah tes yang benar-benar mengukur
penguasaan materi yang seharusnya dikuasai sesuai
dengan konten pengajaran yang tercantum dalam Garis-
garis Besar Program Pengajaran (GBPP).
Untuk dapat mengetahui tes tersebut valid atau tidak
harus dilakukan melalui penelaahan kisi-kisi tes untuk
memastikan bahwa soal-soal tes itu sudah mewakili atau
mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang
seharusnya di kuasai secara proposiaonal.

Oleh karena itu validitas isi suatu tes tidak


mempunyai besaran tertentu yang dihitung
secara statistika, tetapi di pahami bahwa tes
itu sudah valid berdasarkan telaah kisi-kisi
tes.

Untuk memperbaiki validitas suatu tes, maka isi


suatu tes harus diusahakan agar mecakup
semua pokok atau sub-pokok bahasan yang
tidak diukur
Validitas Konstruk

Validitas konstruk( Construct validity) adalah


validitas yang mempermasalahkan seberapa
jauh item-item tes mampu mengukur apa yang
benar- benar hendak diukur sesuai dengan
konsep khusus atau definisi konseptual yang
telah ditetapkan.

Validitas konstruk biasanya digunakan untuk


instrument- instrument yang dimaksudkan
mengukur variable- variable konsep, baik yang
sifatnya performansi tipikal seperti instrument untuk
mengukur sikap, minat, konsep diri, gaya
kepemimpinan, motivasi berprestasi,dll
Untuk menentukan validitas konstruk
suatu instrument validitas konsruk
suatu instrument hars dilakukan
proses penelaahan teoritis dari suatu
konsep dari variable yang hendak
diukur, mulai dari perumusan
konstruk, penentuan dimensi dan
indicator, sampai kepada penjabaran
dan penulisan butir instrument.
Dimensi dan indikator dijabarkan dari konstruk
yang telah dirumuskan dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

Seberapa jauh indicator tersebut , indicator harus


tepat dan konstruk sesuai degan apa yang telah
dirumuskan.

Indikator- indikator dari suatu konstruk harus homogen,


konsisten, dan konvergen untuk mengukur konstruk dan
variable yang hendak diukur.

Indikator tersebut harus lengkap untuk mengukur


suatu konstrk secara utuh.
Validitas Empiris

Validitas empiris sama dengan validitas criteria yang


berarti bahwa validitas ditentuan berdasarkan
kriteria, baik kriteria internal maupun eksternal.

Kriteria internal adalah tes atau instrument itu


sendiri yang menjadi kriteria .

Ukuran lain yang sudah dianggap baku atau dapat


dipercaya dapat pula dijadikan sebagai kriteria
eksternal.
1. Validitas Internal

Validitas internal dibuktikan dengan seberapa jauh


hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil
ukur instrument secara keeluruhan

Validitas butir tercermin pada besaran koefisien


relasi antar skor butir dengan skor total
instrument.

Jika koefisien korelasi antar skor butir dengan skor total


instrument positif dan signifikan , maka butir
trsebut dapat dianggap valid berdasarkan ukuran
validitas internal
Jika skor butir kontinum, maka untuk menghitung koefisien
korelasi antara skor butir dengan skor total instrument
digunakan koefiien korelasi product moment(r) yang
menggunakan rumus :
Jika skor butir dikotomi (misalnya 0,1) maka untuk
menghitung koefisien korelasi antara skor butir dengan skor
total instrument digunakan koefisien korelasi biserial yang
menggunakan rumus :
2. Validitas Eksternal

•Kriteria eksternal dapat berupa hasil ukur istrumen baku atau


hasil instrumen yang dianggap baku dapat pula berupa hasil
ukur lain yang sudah tersedia dan dapat dipercaya sebagai
ukuran dari suatu konsep atau varaibel yang hendak diukur.
•Validitas eksternal diperlihatkan oleh suatu besaran yang
merupakan hasil perhitungan statistika

•menggunakan hasil ukur instrumen yang sudah baku


sebagai kriteria eksternal, maka besaran validitas eksternal
dari instrumen yang kita kembangkan didapat dengan jalan
mengkorelasikan skor hasil ukur instrumen yang dengan
skor hasil ukur instrumen baku yang dijadikan kriteria.
•Makin tinggi koefesien korelasi yang didapat, maka validitas
instrumen yang dikembangkan juga makin baik
Ditinjau dari kriteria eksternal yang dipilih, validitas
eksternal dapat dibedakan atas dua macam yaitu:

Validitas prediktif
Validiyas prediktif apabila kriteria eksternal yang
digunakan adalah adalah ukuran atau penampilan
masa yang akan datang.

Validitas kongkuren
Validitas kongkuren apabila kriteria
eksternal yang digunakan adalah ukuran atau
penampilan saat ini atau saat yang bersamaan
dengan pelaksanaan pengukuran.
Faktor yang memengaruhi
Validitas

Ada sejumlah faktor yang memengaruhi


tinggi rendahnya kadar validitas suatu alat
tes. Beberapa faktor tersebut secara garis
besar dapat dibedakan menurut sumbernya,
yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal
tes, dan faktor yang berasal dari siswa yang
bersangkutan.
1. Faktor Alat Tes

 Adanya ketidak jelasan perintah tentang apa dan


bagaimana yang mesti dilakukan peserta tes.
   
   Kosakata dan struktur kalimat pada teks atau soal
terlalu sulit untuk ukuran peserta didik.

 Ketidak layakan tingkat kesulitan soal tes, mungkin


terlalu sulit atau terlalu mudah.

Bahasa yang dipakai bermaakna ambigu.

 Ketidak tepatan penyusunan butir-butir, misalnya soal yang


sulit ditempatkan di awal dan yang mudah dibelakang,Kondisi
seperti ini berpengaruh pada faktor psikologi, dan
memengaruhi kadar validitasnya.
2. Faktor Pelaksanaan Pengukuran dan
Penyekoran

•Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam


memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa
•Pelaksanaan tes yang tidak diawasi dengan baik sehinga
pelaku tes  dapat berlaku tidak jujur.

•  Adanya kecrangan dalam tes sehingga tidak


membedakan antara siswa yang belajar dengan
melakukan kecurangan.
•Teknik pemberian skor yang tidak konsisten.
3. Faktor Jawaban Peserta Tes

Peserta tes tidak cermat membaca


perintah
 Tidak cermat membaca soal
Menjawab terburu-buru
Peserta tes hanya asal menjawab.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai