Anda di halaman 1dari 21

PENYAKIT PARU – PARU OBSTRUKTIF KRONIK

KELOMPOK 1
Amanda (18003)
Aprilia(18006)
Arul (18007)
Ayu (18008)
Deta (18012)
Dewi (18013)
Galih (18024)
Giyan (18026)
Intan (18029)
Marantika (18032)
 
DEFINISI
Penyakit Paru Obstruksi Kronis adalah penyakit obstruksi jalan nafas karena
bronkitis kronis atau emfisema. Obstruksi tersebut umumnya bersifat progresif, bisa
disertai hiperaktivitas bronkus dan sebagian bersifat reversible. Bronkitis kronis
ditandai dengan batuk-batuk hampir setiap hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-
kurangnya 3 bulan berturut-turut dalam satu tahun, dan paling sedikit selama 2 tahun.
Emfisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara (Mansjoer, 2000).
ETIOLOGI

Faktor – faktor yang menyebabkan timbulnya Penyakit Paru


Obstruksi Kronis menurut Mansjoer (2010) adalah :
1.Kebiasaan merokok.
2.Polusi udara.
3.Paparan debu, asap dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4.Riwayat infeksi saluran nafas.
5.Bersifat genetik yaitu defisiensi alfa satu antitripsin.
Patofisiologi

Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu pengambilan
oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran karbondioksida dan air
sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaiu ventilasi,difusi
dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan keluarnya udara dari dalam paru.
Difusi adalah peristiwa perukaran gas antara alveolus dan pembuluh darah,
sedangkan perfusi adalah ditribusi darah yang sudah teroksigenasi. Gangguan
ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu gangguan pengembangan paru serta
gangguan obsruksi berupa perlambaan aliran udara disaluran napas. Parameter
yang sering dipakai unuk meliha gangguan reriksi adalah kapasitas vital (KV)
sedangkan untuk gangguan obsruksi digunakan parameter volume ekspirasi
paksa detik pertama (VEP1), dan rasio volume ekpirasi paksa detik pertama
terhadap kapsitas vital paksa (VEP1/KVP)
A. Pengkajian
1.Biodata
B. Riwayat Kesehatan
a.Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas.
b.Riwayat Penyakit Sekarang
sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, lemas,
susah tidur, tidak nafsu makan dan batuk
c.Riwayat Penyakit Dahulu
d.Riwayat Penyakit Keluarga
C. Pola Fungsi Menurut Gordon
1.Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
2.Pola Nutrisi/Metabolik
a. Intake Makanan
Sebelum sakit makan 3x sehari dengan menu yang
tidak terkontrol, kadang lauk daging,
sayur, gorengan dengan habis 1 porsi
untuk sekali makan.

Selama sakit makan 3x sehari habis setengah porsi


dengan menu rumah sakit (Bubur nasi)
untuk sekali makan
b. Intake Minuman
Sebelum sakit minum ± 7 – 8 gelas belimbing per hari
dengan air putih (±1500 ml).

Selama sakit Tidak ada perubahan selama sakit minum ± 7


– 8 gelas belimbing per hari dengan air putih
(±1500 ml).
3. Pola Eliminasi
a. Buang Air Besar (BAB)
b. Buang Air Kecil (BAK)
4. Pola Aktifitas dan Latihan
a.Sebelum sakit
Kemampuan Perawatan 0 1 2 3 4
Diri
Makan/Minum V        
Mandi V        
Toileting V        
Berpakaian V        
Mobilitas di Tempat Tidur V        
Berpimdah V        
Ambulasi/ROM V        
b.selama sakit
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri

Makan/Minum V        
Mandi    V    
Toileting      V  
Berpakaian    V    
Mobilitas di Tempat V        
Tidur

Berpindah    V    
Ambulasi/ROM V        
5. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : tidur 6 – 8 jam di malam hari tanpa terbangun,
dan tidur siang hari 1 jam.

Selama sakit : terganggu dalam menerapkan pola tidur. Tidur


siang 1 jam tidak pulas, dan malam ± 5 jam tidak
pulas karena sesak nafas.
6. Pola Perceptual
7. Pola Persepsi Diri
8. Pola Seksualitas dan Reproduksi
9. Pola Peran Hubungan
10. Pola Managemen Koping Stress
11. Pola Nilai dan Keyakinan
D. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1. Kepala dan Rambut
2. Thorax
3. Abdomen
4. Ingunial
5. Genetalia dan perianal
6. Ekstremitas
7. Pemeriksaan Penunjang
8. Program Terapi
E. Data Fokus
a. Subyektif :
sesak nafas,lemas,batuk., tidak nafsu makan,susah tidur.
b. Obyektif :
Hasil TTV :
TD : 120/90 mmhg
N : 94X/ menit
RR : 28X/menit
S : 360 C
SPO 2 : 84%
Auskultasi paru ronchi +/+,wheezing +/+
Aktivitas dibantu orang lain.
BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur.
Terpasang infus di lengan kanan assering 15 tpm.
BB sebelum sakit 57 kg, BB sesudah sakit 55 kg.
TB : 160 CM.
F. Analisa Data
no Data fokus Problem etiologi
1 Ds: sesak nafas, batuk. Bersihan jalan nafas tidak Bronkospasma, peningkatan
Do : Auskultasi paru ronchi +/+, wheezing +/+. efektif produksi sekret, sekresi
tertahan, tebal, sekresi kental,
TD : 120/90 mmHg, penurunan energi atau
N : 94x/menit, kelemahan
RR : 28x/menit,
S : 360C,
SPO2 : 84%.

2 Ds: susah tidur.


Do :tampak lemas, tidur siang 1 jam tidak pulas dan tidur Gangguan pola tidur Batuk menetap
malam 5 jam tidak pulas
3 Ds: aktivitasnya perlu dibantu orang lain karena sesak Intoleransi aktivitas Ketidakseimbangan supply
nafas. oksigen
Do : Aktivitas dibantu orang lain, BAB dan BAK
dilakukan di tempat tidur.
• G. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
bronkospasma, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan,
tebal, sekresi kental, penurunan energi atau kelemahan.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk menetap.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan supply O2.
H. Perencanaan / Intervensi Keperawatan
No Tujuan/ KH Intervensi Rasional
dx
1 Mempertahankan jalan 1. Kaji TTV. 1. Mengetahui keadaan umum
nafas yang paten dengan 2. Monitor dan mengetahui adanya
bunyi nafas bersih atau status oksigen abnormalitas pada pernafasan
jelas dengan kriteria hasil: pasien pasien.
1. Mendemonstrasikan 3. Berikan 2. Untuk mengetahui
batuk efektif dan suara posisi yang pemenuhan oksigen
nafas yang bersih, tidak nyaman (posisi 3. Memberi posisi nyaman dan
ada sianosis dan semi fowler). memaksimalkan ekspansi
dyspneu 4. Berikan paru pada saat pernafasan.
2. Menunjukkan jalan pasien minum 4. Untuk membantu
nafas yang paten air hangat. mengeluarkan sekret
3. Mampu 5. Berikan 5. Untuk mengeluarkan sekret.
mengidentifikasikan tindakan 6. Memberi rasa rileks.
dan mencegah faktor postural 7. Memberi terapi sesuai
yang dapat drainage/fisiote kebutuhan pasien.
menghambat jalan rapi dada.
nafas. 6. Ajarkan
teknik relaksasi
distraksi.
7. Kolaborsi dengan
2. Di harapkan kebutuhan tidur Gangguan pola tidur berhubungan Gangguan pola tidur berhubungan
pasien terpenuhi dengan dengan batuk menetap: dengan batuk menetap :
kriteria hasil: 1. Monitor pola tidur pasien. 1. Mengetahui penyebab gangguan
1. tidak tidur terjaga. 2. Bantu pasien latihan relaksasi istirahat tidur.
2.mendapat jam istirahat tidur ditempat tidur. 2. Memberi rasa nyaman dan rileks
yang berkualitas. 3. Jelaskan pentingnya menjaga 3. Agar mengerti tentang
pola tidur. pentingnya menjaga pola tidur.
4. Batasi penerimaan pengunjung 4. Agar tidak terganggu dan
agar pasien dapat beristirahat mendapat waktu istirahat tidur
dengan cukup. yang berkualitas.
5. Kolaborasi dengan tim medis 5. Memberi terapi sesuai
tentang pemberian obat yang tepat. kebutuhan dan meminimalkan agar
pasien bisa tidur dengan nyenyak.
3 diharapkan peningkatan 1. Kaji TTV. 1. Mengetahui keadaan umum
toleransi terhadap 2. Kaji tingkat ketergantungan pasien. pasien
aktivitas dengan kriteria 3. Pantau nadi dan frekuensi nafas 2. Sebagai dasar untuk
hasil: sebelum dan sesudah beraktivitas memberikan latihan gerak pasien.
1. Pasien tidak terasa 4. Sediakan oksigen 3. Membantu memenuhi
lemas. sebagaimana diperlukan sebelum dan kebutuhan ADL pasien.
2. Aktivitas pasien dapat selama menjalankan aktivitas untuk 4. Meminimalkan kelelahan dan
dilakukan sendiri. berjaga-jaga. menolong menyeimbangkan
5. Anjurkan untuk aktivitas yang ringan. suplay oksigen dan kebutuhan.
6. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi 5. Untuk melatih pasien supaya
medik dalam merencanakan program dapat beraktifitas sendiri, agar
terapi yang tepat. tidak terjadi kekakuan pada sendi.
6.Mengurangi stres dan stimulasi
yang berlebihan.
1. Jelaskan penggunaan masker oksigenasi dan konsentrasi nya!
2. Apakah pneumonia dan ppok itu berhubungan?
Penyakit pneumonia adalah dua kondisi yang sangat berbeda. Namun, ada kaitan diantara keduanya.
3. Kapan transplasi paru – paru dilakukan ?

Anda mungkin juga menyukai