Anda di halaman 1dari 28

TUGAS FARMAKOTERAPI I

“ASMA”
KELOMPOK 3
NAMA ANGGOTA:

1. SHERLY EMILIA (1601131)


2. SHINTA NUR AMELIA (1601132)
3. SHINTASYA NOVELIA (1601133)
4. SINTIA AYU ALMADANTI (1601134)
5. SINTIYA REGIMULYA (1601136)
6. SUWIGO ROZEN (1601139)
7. SYAHFITRI HAMID (1601140)
8. SYAKYLA LARASATI (1601141)
9. VELLA LESTI LESTARI (1601142)
10. VINA AULIA PUTRI (1601143)
11. WENNY SRI AGUNG (1601144)
12. YESI ARMALINA (1601145)
13. YOKY ELFADRI (1601146)
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI
PADANG
2019
DEFINISI ASMA

Asma adalah penyakit heterogen, biasanya


ditandai dengan inflamasi kronis saluran
napas.

Asma memiliki dua fitur utama:

1. Riwayat gejala pernapasan seperti mengi, napas pendek,


dada sesak dan batuk, yang bervariasi sepanjang waktu
dan variasi dalam intensitas, DAN
2. Expiratory airflow limitation yang bervariasi

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017).
Available from www.ginaasthma.org.
PREVALENSI
(ANGKA KEJADIAN)

Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak).
Prevalensi pada anak menderita asma meningkat 8-10 kali di negara berkembang
dibanding negara maju.

Di Indonesia  prevalensi asma pada anak berusia 6-7 tahun sebesar 3% dan untuk usia
13-14 tahun sebesar 5,2%.

NCHS  prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak
(jumlah anak 4,2 juta) dan pada dewasa > 18 tahun adalah 38 per 1000 (jumlah dewasa
7,8 juta).

NCHS  terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu. CDC  terdapat
187 pasien asma yang meninggal pada usia 0-17 tahun atau 0.3 kematian per 100,000
anak.
PREVALENSI
4
5
PATOGENESIS

Rangsangan  degranulasi sel


mast mengeluarkan mediator
inflamasi*  inflamasi kronis 
penebalan membran dasar dan
deposisi kolagen pada dinding
bronkial  sumbatan saluran
nafas secara kronis *mediator
inflamasi bronkokonstriksi,
edema, produksi dahak kental,
gangguan mukosiliar
PATOFISIOLOGI
7

Alergen yang terhirup menyebabkan reaksi


alergi fase awal ditandai dengan aktivasi sel
yang mengakibatkan antibodi IgE yang
spesifik alergen.

menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut


meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin,
zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini


sehingga menyebabkan tahanan saluran akan menghasilkan adema lokal pada dinding
napas menjadi sangat meningkat Pada asma bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus
, diameter bronkiolus lebih berkurang yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
selama ekspirasi dari pada inspirasi. spasme otot polos bronkhiolus
KLASIFIKASI
DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik
- Wheezing
ANAMNESIS
- Keluhan wheezing,batuk kering - Alergi  allergic shiners atau
berulang, sesak nafas, rasa geographictongue
dada tertekan
- Gejala timbul secara episodik PEMERIKSAAN PENUNJANG
atau berulang - Saturasi
- Timbul bila ada faktor pencetus - Spirometri
- Ananlisis gas darah
(Iritan,Alergen,Infeksi saluran - Rontgen toraks
nafas,aktivitas) - Skin prick test
- Adanya riwayat alergi pada - Eosinofil total darah
pasien atau keluarganya - Pemeriksaan IgE spesifik
- Variabilitas - Uji inflamasi saluran respiratori:
- Reversibilitas FENO(Fractional Exhaled Nitric Oxide),
Eosinofil sputum
- Uji provokasi bronkus  exercise,
metakolin
FAKTOR RESIKO

FAKTOR GENETIK FAKTOR LINGKUNGAN

• Alergen didalam ruangan (tungau,debu


• rumah,kucing, jamur)
Hiperreaktivitas • Alergen diluar ruangan (tepung sari)
• Atopi/alergi bronkus • Makanan (kacang, makanan laut, susu sapi,
• Genetik telur)
• Jenis kelamin • Obat-obatan tertentu ( antibiotik)
• Bahan yang mengiritasi (Parfum, obat nyamuk
• Ras/etnik semprot)
• Ekspresi emosi berlebih
• Asap rokok
• Asap rokok
• Polusi udara diluar dan didalam ruangan
• Exercise induced asthma(Latihan asma yang
diinduksi)
• Perubahan cuaca
TERAPI NON-FARMAKOLOGI

1. Berhenti 2. Aktivitas fisik 3.Asma 5. NSAID


merokok: 4. Aktivitas fisik
okupasi termasuk
Berikan Berikan
aspirin:
Tiap visit, rekomendasi agar rekomendasi agar
berikan pasien melakukan Identifikasi pasien melakukan
rekomendasi aktivitas fisik yang dan sarankan aktivitas fisik yang Selalu
teratur dan teratur dan
pada pasien informasi terkait untuk tanyakan
untuk berhenti informasi terkait
mengatasi menghilangk mengatasi riwayat asma
merokok dan Exercise-Induced an allergen Exercise-Induced pada pasien
menjauhi bronchoconstrictio bronchoconstrictio
ruangan/mobil n(Bronkokonstriks okupasi sebelum
n
yang terdapat i yang disebabkan secepat memberikan
oleh olahraga) mungkin obat tersebut
asap rokok

11
TERAPI
FARMAKOLOGI ASMA

RELIVER CONTROLLER
(GOLONGAN PELEGA NAFAS ) (OBAT PENGONTROL )

 LABA
 SABA
 STEROID IHALASI
 KORTIKOSTEROID
 LTRA
 METHYL-XANTHINE
 TEOFILIN LEPAS
 ANTIKOLINERGIK
LAMBAT
Diberikan saat serangan untuk mengatasi
bronkospasme (TERAPI SERANGAN AKUT) RELIVER
1. GOLONGAN AGONIS 2 KERJA
PENDEK (SABA)
CONTOH
 Pada Keadaan Asma, B2 adrenergic (-)  otot SEDIAAN
polos mengencang  Vasokonstriksi  Saluran
bronchus menyempit
 Obat B2 Adrenergik, obat akan mengikat reseptor
B2 (+)  otot polos mengendur  Vasodilatasi 
Saluran Bronchus terbuka
 Pemberian SABA peroral: efek bronkodilatasi
dicapai setelah 30 menit. Efek puncak dalam 2-4
jam dan lama kerja hingga 5 jam.
 Pemberian SABA secara inhalasi: awitan kerja
cepat (<1 menit). Efek puncak dalam 10 menit dan
lama kerja hingga 4-6 jam.
 Efek samping SABA: tremor, sakit kepala, agitasi
palpitasi, takikardia.
RELIVER

2. GOLONGAN METHYL- 3. GOLONGAN


XANTHINE ANTIKOLINERGIK
 Merelaksasikan otot polos dan mencegah
pelepasan mediator inflamasi  Ipratropium memblok semua reseptor muskarinik
dan dengan demikian memblokir penghambatan
 Perannya berkurang dengan adanya muskarinik presinaptik dari pelepasan ACh 
bronkodilator yang lebih poten Bronchodilatasi  Pengurangan mukosa sal. Nafas

 Obat : Teofilin, Aminofilin, teobromin,  Obat : Ipatropium Bromida, Tiotropium Bromida


kafein
 kerja 15 menit, efek puncak dalam 1-3 jam, dan
 Teofilin memiliki indeks terapi sempit dan lama kerja hingga 3-4 jam.
banyak berinteraksi dengan obat lain
 Efek samping : mulut kering.
 Efek samping: mual, muntah sakit kepala.
 Kombinasi SABA dan ipratropium bromida
Pada konsentrasi tinggi dapat menimbulkan
memberikan efek yang lenih baik dari pada
kejang,takikardia,aritmia. penggunaan obat secara terpisah (sendiri-sendiri).
RELIVER

CONTOH
4. GOLONGAN SEDIAAN
KORTIKOSTEROID SISTEMIK

 Meniadakan efek mediator peradangan dan


gatal. Daya antiradang menghambat enzim
fosfolipase sehingga mencegah prostaglandin
dari asam arakhidonat.
 Menghambat degranulasi sel mast.
 Diberikan apabila terapi inisial SABA gagal
mencapai perbaikan klinis atau serangan asma
tetap terjadi walaupun sudah menggunakan
kortikosteroid inhalasi, atau serangan asma
ringan dengan riwayat serangan asma berat.
Untuk mengurangi gejala harian CONTROLLER

1. GOLONGAN Β AGONIS KERJA CONTOH


PANJANG (LABA). SEDIAAN

 )

 Preparat inhalasi yang digunakan adalah


salmeterol dan formoterol.
 Kombinasi steroid inhalasi dengan LABA
memberikan dosis steroid inhalasi menjadi
dua kali lipat.
 Kombinasi steroid inhalasi dan LABA sudah
tersedia dalam 1 paket:
 Salmeterol+Fluticasone propinate
seretide (MDI).
 Formoterol +Budesonide 
Symbicort (DPI
CONTROLLE
R

2. GOLONGAN STEROID CONTOH


SEDIAAN
 Glukokortikosteroid inhalasi merupakan
obat pengontrol yang paling efektif dan
direkomendasikan untuk penderita asma
semua umur.
 Glukokortikosteroid dapat mencegah
penebalan lamina retikularis, mencegah
terjadinya neoangiogenesis, dan
mencegah atau mengurangi terjadinya
down regulation receptor β2 agonist.
 Efek samping berupa gangguan
pertumbuhan, katarak, gangguan sistem
saraf pusat, dan gangguan pada gigi dan
mulut.
CONTROLLE
R
3. GOLONGAN
LEUKOTRIENE RECEPTOR
ANTAGONIST (LTRA)
 Secara hipotesis obat ini  Montelukast
dikombinasikan dengan steroid
hirupan dan mungkin hasilnya Dosis per oral 1 kali sehari.(respiro
lebih baik anak) Dosis pada anak usia 2-5
 Leukotrin memberikan manfaat tahun adalah 4 mg qhs. (gina)
klinis yang baik pada berbagai
tingkat keparahan asma dengan  Zafirlukast
menekan produksi cystenil
leukotrine. Digunakan untuk anak usia > 7
 Efek samping obat dapat tahun dengan dosis 10 mg 2 kali
mengganggu fungsi hati sehari.
(meningkatkan transaminase)
sehingga perlu pemantauan
fungsi hati.(
CONTROLLE
R

4.GOLONGAN TEOFILIN LEPAS LAMBAT

 Teofilin efektif sebagai monoterapi atau diberikan bersama


kortikosteroid yang bertujuan untuk mengontrol asma dan mengurangi
dosis pemeliharaan glukokortikosteroid.
 Efikasi teofilin lebih rendah daripada glukokortikosteroid inhalasi dosis
rendah.
 Efek samping berupa anoreksia, mual, muntah, dan sakit kepala,
stimulasi ringan SSP, palpitasi, takikardi, aritmia, sakit perut, diare, dan
jarang, perdarahan lambung.
 Efek samping muncul pada dosis lebih dari 10mg/kgBB/hari, oleh
karena itu terapi dimulai pada dosis inisial 5mg/kgBB/hari dan secara
bertahap diingkatkan sampai 10mg/kgBB/hari.
TERAPI PADA KONDISI HAMIL
 Pencegahan asma pada wanita hamil sama dengan pada pasien lainnya  misalnya dgn
beklomethason atau budesonide inhalasi  aman digunakan dalam kehamilan
 Sodium kromoglikat juga digunakan sebagai profilaksis asma dgn inhalasi, cukup
aman pada kehamilan
 Treatment: salbutamol, terbutalin  jika digunakan scr inhalasi, tidak mempengaruhi
uterus
 kortikosteroid oral jangka pendek, spt prednisolon 20-50 mg sehari  utk 4-7 hari
cukup aman
 Jika perlu, sebelum proses melahirkan: injeksi hidrokortison i.m. atau i.v 100 mg setiap
8 jam selama 24 jam cukup menjamin tersedianya kortikosteroid eksogen
 teofilin sebaiknya tidak digunakan pada masa akhir kehamilan Efek stimulant :
irritability, jitteriness, dan takikardi pada
TERAPI PADA ANAK-ANAK

 Penggunaan inhalasi menggunakan nebuliser atau MDI


dengan spacer merupakan cara penggunaan obat yang
paling tepat
 Inhalasi kortikosteroid cukup aman untuk anak-anak
ALGORITMA PENGOBATAN ASMA
USIA >12 TAHUN
22

KETERANGAN

INTENSITAS
SABA (Short acting PERAWATAN
beta agonis) TERGANTUNG
Ex: salbutamol, PADA TINGKAT
terbutalin KEPARAHAN
YANG DIALAMI
PASIEN

LTRA (LEUKOTRIENE
RECEPTOR
ANTAGONIS)
ICS(INHALER
Ex: Montelukast,
CORTICOSTEROID) LABA(LONG ACTING
zafirlukast
Ex: metilprednisolon, BETA AGONIS)
deksametason, Ex: salmeterol,
hidrokortison, formoterol
prednison
ALGORITMA PENGOBATAN ASMA
USIA(5-11 TAHUN)
23
KETERANGAN

SABA (Short acting


beta agonis) INTENSITAS
Ex: salbutamol, PERAWATAN
terbutalin TERGANTUNG
PADA TINGKAT
KEPARAHAN
YANG DIALAMI
PASIEN

LTRA (LEUKOTRIENE
RECEPTOR LABA(LONG ACTING
ANTAGONIS) ICS(INHALER BETA AGONIS)
Ex: Montelukast, CORTICOSTEROID) Ex: salmeterol,
zafirlukast Ex: metilprednisolon, formoterol
deksametason,
hidrokortison,
prednison
24 FARMAKOTERAPI SERANGAN ASMA

RINGAN SEDANG BERAT

1. Oksigenasi dengan kanul nasal


2. Agonis beta2 onset cepat secara inhalasi atau nebulisasi, tiap 4 jam bila
diperlukan

Alternatif

1. Kombinasi oral agonis Agonis beta2 SC Agonis beta2 SC


BETA2 dan teofilin (terbutalin 0,5 ml)
Adrenalin 1/1000 0,3 ml
SC
25
Respon tidak Respon tidak
Respon baik
sempurna sempurna

Pulang: Dirawat di IGD Dirawat


Dirawat di
di ICU
ICU
1. Pengobatan 1. Inhalasi agonis 1.
1. Inhalasi agonis
Inhalasi agonis beta2
beta2
dilanjutkan dengan beta2 + +antikolinergik
+antikolinergik
inhalasi agonis antikolinergik 2.
2. Kortikosteroid
Kortikosteroid IVIV
3.
3. Pertimbangan
Pertimbangan agonis
agonis
beta2 2. Kortikosteroid
beta2 injeksi SC,
beta2 injeksi SC,
2. Membutuhkan sistemik IM,IV
IM,IV
kortikosteroid oral 3. Aminophyllin drip 4.
4. Terapi
Terapi oksigen
oksigen
4. Terapi oksigen 5.
5. Aminophyllin
Aminophyllin drip
drip
26
INTERAKSI OBAT
NO INTERAKSI OBAT EFEK

1. Kelompok teofilin-antibiotik Efek teofilin meningkat. Akibatnya efek samping merugikan


eritromisin terlalu banyak

2. Kelompok epinefrin- Efek epnefrin akan meningkat. Akibatnya dapat terjadi aritmia
antidepresan jenis siklik jantung atau kenaikan tekanan darah yang berbahaya. Gejalanya
kelainan jantung, sakit kepala, demam, gangguan penglihatan

3. Kelompok epinefrin – obat Merangsang jantung berlebihan akibatnya kemungkinan terjadi


jantung digitalis aritmia jantung

4. Kelompok teofilin-simetidin Efek teofilin meningkat. Akibatnya terjadi efek samping


merugikan yang banyak

5. Kelompok epinefrin – obat Efek obat hipertensi diantagonis. Akibatnya tekanan darah tidak
hipertensi dapat dikendalikan dengan baik

6. kelompok teofilin-barbiturat Efek teofilin berkurang. Akibatnya asma tidak terkendali baik.

7. Kelompok teofilin-fenitoin Efek fenitoin berkurang. Akibatnya kemungkinan terjadi aritmia


jantung.
27 TERMINOLOGI MEDIK
 Inflamasi
yaitu respon dari suatu organisme terhadap patogen dan alterasi mekanis dalam jaringan,
berupa rangkaian yang terjadi didalam jaringan yang mengalami cidera atau terinfeksi
 Expiratory airflow limitation
Yaitu Keterbatasan aliran udara ekspirasi
 Degranulasi
membebaskan histamin dan agen peradangan lain dari vesikula yang disebut granula
 Deposisi
Yaitu proses pengkristalan dimana hal inni terjadi karena proses mengerasnya atau membekunya
suatu benda yang memiliki zat-zat tertentu dan unsur zat yang dapat memberikan warna
seperti kristal
TERMINOLOGI MEDIK
28

 Zat anafilaksis
Senyawa yang memiliki reaksi alergi yang parah dan berpotensi mengancam nyawa
 Agitasi palpitasi
sensasi merangsang jantung berdebar
 Takikardia
kondisi dimana detak jantung cepat
 Bronkokontriksi
yaitu kondisi dimana otot-otot halus dari bronkus berkontraksi
 Bronkodilatasi
Yaitu kondisi permukaan bronkus melebar

Anda mungkin juga menyukai