Anda di halaman 1dari 49

Kebijakan

Kebijakan Obat
Obat
Nasional
Nasional

(MK
(MK Kesmas)
Kesmas)
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN-- Kejaksaan Negeri Sleman
akhirnya menahan dua tersangka kasus dugaan korupsi
pengadaan obat dan alat kesehatan Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Sleman pada Selasa (11/3). Dua tersangka
yang merupakan mantan Direktur RSUD Sleman, Sarjoko
dan Wahyuni, Pengendali Pengadaaan Obat RSUD diduga
merugikan negara hingga Rp1 miliar.
Dugaan korupsi muncul setelah ada indikasi
penyimpangan pengadaan obat dan alat kesehatan RSUD
Sleman pada 2009 silam. Anggaran yang digunakan
mencapai Rp9,5 miliar. Anggaran tersebut berasal dari
APBD selama 2008-2010.
JAKARTA - Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) mensinyalir
ada upaya kriminalisasi terhadap apoteker. Hal ini mencuat
dalam kasus yang menimpa seorang apoteker di Semarang,
Jawa Tengah, yakni Yuli Setyarini.
Yuli dituduh telah menggelapkan obat-obatan jenis
narkotika dan psikotropika di Apotek Dirgantara Ngaliyan,
Semarang. Yuli pun saat ini telah diajukan ke meja hijau
dan proses persidangannya sudah hampir vonis.
Dalam dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU), Yuli sebagai
apoteker pengelola Apotek Dirgantara, Semarang telah
menitipkan obat-obatan narkotika dan psikotropika di
kantor Dinas Kesehatan Kota Semarang. Ia dianggap
melanggar Pasal 374 KUHP tentang Penggelapan dalam
Jabatan.
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Majelis Hakim
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Yogyakarta
yang menyidangkan kasus dugaan korupsi pengadaan alat
kesehatan (alkes) melakukan sidang di tempat (plaats
opname) di RS Jogja, Jumat (8/8). Majelis pimpinan
hakim yang diketuai Pontas Efendi itu memeriksa 13
item alkes yang diadakan.
Pantauan tribunjogja.com, sidang tersebut mulai digelar
sekitar pukul 09.00. Selain majelis hakim, hadir dalam
sidang di tempat yang digelar di RS yang sebelumnya
bernama RSUD Wirosaban itu panitera, tim Jaksa
Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan Tinggi (Kejati)
DIY, dua terdakwa Bambang Saparyono dan Johan
Hendarman yang didampingi oleh pengacaranya serta
petugas dari pihak RS Jogja.
TUGAS POKOK
FARMASIS

UU PP 51 /
KESEHATAN
PP LAIN

UU PERMENKES
NARKOTIKA
FARMASIS FARMASIS

UU
PSIKOTROPIKA Kode
Etik
HIERARKI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
MENURUT UU NO. 12 TAHUN 2011

1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR
3. Undang-Undang/ Peraturan Pemerintah Pengganti
UU
4. Peraturan Pemerintah
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Propinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten/kota
Contoh Regulasi yang tidak
sinergis

PP 51 tahun 2009 UU No.12 tahun 2012

Apoteker yang baru lulus Sertifikat kompetensi


langsung memperoleh diberikan kepada lulusan
Sertifikat Kompetensi yang telah lulus ujian
kompetensi
Perundang-undangan
di Bidang Farmasi
• UU Kesehatan No.36 tahun 2009
• PP. No.51 tahun 2009 dan Permenkes No.31 tahun
2016
• UU Narkotika No.35 tahun 2009
• UU Psikotropika No.5 tahun 1997
• Permenkes tentang OWA
• Permenkes No.73 tahun 2016
• Permenkes No. 006 tahun 2012 tentang Industri
OT
• Permenkes No.007 tahun 2012 tentang Registrasi
OT
• dll
UU KESEHATAN DAN
PERMASALAHANNYA
Sejarah UU No 36/2009

o PP 51 disyahkan 1 september 2009


o UUK No.36 Disyahkan tanggal 13 Oktober 2009
o Menggantikan UU Kesehatan No 23/1992 (yg tidak efektif?)
o Inisiator RUU : dari DPR RI Komisi Kesehatan (IX) Periode
1999-2004 dilanjutkan periode 2004-2009
o Waktu penyusunan : 6 tahun
• 2003 : penyusunan RUU
• Akhir 2006 : Penyampaian konsep RUU dari DPR kepada
Presiden dan sebaliknya
• 2007-2009 : Pembahasan RUU oleh Pansus, Panja, Timsus
• 14 September 2009 : Disyahkan oleh DPR RI melalui rapat
paripurna

9
Kelengkapan UU No 36/2009

Masih perlu :
• 32 Peraturan Pemerintah
• 2 Peraturan Presiden
• 22 Peraturan atau Keputusan
Kementerian Kesehatan
• Perda (kawasan tanpa rokok di wilayah)

10
Pemberlakuan
UU Kesehatan
• Sejak tanggal ditetapkan 13 Oktober 2009
• PP, Perpres, Kepmenkes/Permenkes, Perda paling
lambat ditetapkan 1 tahun sejak tanggal
pengundangan (pasal 202 ) – 13 Oktober 2010
• Semua peraturan pelaksanaan UU Kesehatan lama (No
23/1992) masih tetap berlaku jika tidak
bertentangan dengan UU Kesehatan yang baru
(36/2009)
• UU Kesehatan lama (23/1992) dinyatakan tidak
berlaku

11
KESEHATAN
Menurut UUK 36/2009
adalah keadaan sehat,
baik secara fisik,
mental, spiritual
maupun sosial yang
memungkinkan setiap
orang untuk hidup
produktif secara sosial
dan ekonomis
Kesehatan
Sediaan Farmasi Menurut
UU Kesehatan

Sediaan Farmasi
• Menurut UUK No.36/2009 adalah Obat,
bahan Obat, obat tradisional dan kosmetika

• Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus,


mesin dan atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit,
memulihkan kesehatan pada manusia,
dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh 14
Sediaan Farmasi dan Alkes
Sediaan Farmasi Menurut
UU Kesehatan
• Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk
produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan
patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia

• Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan


yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun
telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat
16
UU Kesehatan

• Upaya Kesehatan adalah setiap kegiatan


dan/atau serangkaian kegiatan yang
dilakukan secara terpadu, terintegrasi dn
berkesinambungan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat dalam bentuk pencegahan
penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan
kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat
• Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
pelayanan kesehatan yang lebih
mengutamakan kegiatan yang bersifat
promosi kesehatan
17
UU Kesehatan
• Pelayanan kesehatan preventif
adalah suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah
kesehatan/penyakit

• Pelayanan kesehatan kuratif adalah


suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan
yang ditujukan untuk penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan
akibat penyakit, pengendalian
penyakit, atau pengedalian
kecacatan agar kualitas penderita
dapat terjaga seoptimal mungkin 18
UU Kesehatan
• Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan
untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi
lagi sebagai anggota masyarakat yang
berguna untuk dirinya dan masyarakat
semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuannya

• Pelayanan kesehatan tradisional adalah


pengobatan dan/atau perawatan dengan cara
dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
ketrampilan turun temurun secara empiris
yang dapat dipertanggungjawabkan dan
diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dimasyarakat
19
Hak dan Kewajiban (pasal 4-13)
• Setiap orang mempunyai hak yang
sama dalam memperoleh akses
atas sumber daya di bidang
kesehatan
• Mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu dan terjangkau
• Secara mandiri dan bertanggung
jawab menentukan sendiri
pelayanan kesehatan yang
diperlukan bagi dirinya
lanjutan
• Mendapatkan lingkungan yang
sehat bagi pencapaian derajad
kesehatan
• Berhak mendapatkan informasi
dan edukasi tentang kesehatan
• Informasi tentang data
kesehatan dirinya termasuk
tindakan dan pengobatan yang
telah maupun yang akan
diterimanya
lanjutan
• Berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan
dan meningkatkan derajat kesehatan
• Menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi maupun
sosial
• Berperilaku hidup sehat untuk mewujudkan,
mempertahankan dan memajukan kesehatan
• Menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi
orang lain yang menjadi tanggung jawabnya
• Turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial
Penyelenggaraan
Kesehatan (Pasal 23)
• Tenaga kesehatan berwenang untuk
menyelenggarakan pelayanan
kesehatan
• Kewenangan dilakukan sesuai dengan
bidang keahlian yang dimiliki
• Dilarang mengutamakan kepentingan
yang bernilai materi
Penyelenggaraan
Kesehatan (Pasal 24)

• Tenaga kesehatan harus memenuhi


ketentuan kode etik, standar profesi, hak
pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan dan SOP
• Kode etik dan standar profesi diatur oleh
organisasi profesi
• Ketentuan hak pengguna pelayanan
kesehatan, standar pelayanan dan SOP
diatur dengan peraturan menteri
Upaya Kesehatan (pasal 48)

a. Pelayanan kesehatan
b. Pelayanan kesehatan tradisional
c. Peningkatan kesehatan dan pencegahan
penyakit
d. Penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan
e. Kesehatan reproduksi
f. keluarga berencana
g. Kesehatan sekolah
h. Kesehatan olah raga
i. Pelayanan kesehatan pada bencana
Lanjutan Upaya Kesehatan (pasal 48)

j. Pelayanan darah
k. Kesehatan gigi dan mulut
l. Penanggulangan gangguan penglihatan dan
pendengaran
m. Kesehatan matra
n. Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan
alat kesehatan
o. Pengamanan makanan dan minuman
p. Pengamanan zat adiktif; dan/atau
q. Bedah mayat
Perlindungan Pasien
Pasal 56
1) Hak untuk menerima atau menolak tindakan pertolongan
setelah menerima dan memahami informasi tindakan
2) Hak menerima dan menolak tidak berlaku pada :
a. Penyakit yang cepat menyebar ke masyarakat
b. Keadaan tidak sadarkan diri
c. Gangguan mental berat

Pasal 57
Hak rahasia kondisi kesehatan pribadi
PP No.51 tahun 2009
tentang
Pekerjaan Kefarmasian
Ketentuan Umum
1) Pekerjaan Kefarmasian adalah
pembuatan termasuk pengendalian
mutu sediaan farmasi, pengamanan,
pengadaan, penyimpanan dan
pendistribusian atau penyaluran
obat, pengelolaan obat, pelayanan
obat atas dasar resep dokter,
pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat
dan obat tradisional
• Pelayanan kefarmasian
adalah suatu pelayanan
langsung dan
bertanggungjawab
kepada pasien yang
berkaitan dengan sediaan
farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti
untuk meningkatkan mutu
kehidupan pasien
3) Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus
sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah
jabatan apoteker
4) Tenaga teknis kefarmasian meliputi Sarjana Farmasi,
Ahli Madya Farmasi, Analis Farmasi dan Asisten
Apoteker
5) Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) adalah
bukti tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada
apoteker yang telah diregistrasi
6) Surat Tanda Registrasi Tenaga teknis Kefarmasian
(STRTTK) adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Menteri kepada Tenaga Teknis Kefarmasian yang
telah diregistrasi
Tenaga Kefarmasian
7) Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) adalah
surat izin yang diberikan kepada apoteker untuk
dapat melaksanakan pekerjaan kefarmasian pada
Apotek atau Instalasi farmasi Rumah Sakit
8) Surat Izin Kerja (SIK) adalah surat izin yang
diberikan kepada Apoteker dan Tenaga Teknis
Kefarmasian untuk dapat melaksanakan
pekerjaan kefarmasian pada fasilitas produksi
dan fasilitas distribusi atau penyaluran
(Berubah menjadi SIPA berdasar PMK
31/2016)
PMK 31 tahun 2016 (Baru)
PMK 31 tahun 2016 (Baru)
Ruang Lingkup Kerja Apoteker

Unit Pelayanan Non Pelayanan

Produksi
 IFRS
Industri Obat, IOT, IEBA,
dll
 Apotek

 Puskesmas Distribusi
PBF, IF Propinsi, dll
• Klinik
• Toko obat dan Praktek
Bersama

SIPA SIKA SIPA


Tujuan Pengaturan
Pekerjaan Kefarmasian

a. Memberikan perlindungan kepada pasien


dan masyarakat
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu
penyelenggaraan Pekerjaan kefarmasian
c. Memberikan kepastian hukum bagi pasien,
masyarakat dan tenaga kefarmasian
Penanggung Jawab

a. Pengadaan sediaan farmasi, dilakukan tenaga


kefarmasian
b. Produksi sediaan farmasi
penanggung jawab adalah apoteker, dapat
dibantu Aping dan/atau tenaga teknis
kefarmasian
c. Distribusi atau penyaluran sediaan farmasi
penanggung jawab adalah apoteker, dapat
dibantu Aping dan/atau tenaga teknis
kefarmasian
Penanggung Jawab

d. Fasilitas pelayanan kefarmasian, penanggung


jawab Apoteker dapat dibantu Aping dan/atau
Tenaga teknis kefarmasian
e. Fasilitas pelayanan kefarmasian
• Apotek
• IFRS
• Puskesmas
• Klinik
• Toko obat
• Praktek bersama
Pasal 21- 24
• Apoteker harus menerapkan standar pelayanan
kefarmasian
• Pelayanan dan penyerahan obat berdasar resep
dilaksanakan oleh apoteker
• Di daerah terpencil jika tidak ada apoteker, peracikan dan
penyerahan dapat dilakukan oleh tenaga teknis
kefarmasian
• Aping harus memiliki SIPA
• Apoteker dapat mengganti obat merek dagang dengan
obat generik atau merek dagang lain atas persetujuan
dokter dan/atau pasien
Pasal 37

• Apoteker harus memiliki SKA


• Apoteker yang baru lulus, langsung
memperoleh SKA setelah registrasi
• SKA berlaku selama 5 tahun
PMK 73 tahun 2016

Standar Pelayanan Kefarmasian di


Apotek meliputi standar:
1)Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai; dan
2)Pelayanan farmasi klinik
PMK 73 tahun 2016
Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai
a. Perencanaan;
b. Pengadaan;
c. Penerimaan;
d. Penyimpanan;
e. Pemusnahan;
f. Pengendalian; dan
g. Pencatatan dan pelaporan.
PMK 73 tahun 2016
Pelayanan farmasi klinik
a. Pengkajian Resep;
b. Dispensing;
c. Pelayanan Informasi Obat (PIO);
d. Konseling;
e. Pelayanan Kefarmasian di rumah (home pharmacy
care);
f. Pemantauan Terapi Obat (PTO); dan
g. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
Proporsi SKP
Porsi Nilai Nilai
Pencapain Maksimum Maksimum
No Domain Kegiatan
yang dalam 1 dalam 5
dianjurkan tahun tahun

1. Kinerja Profesional 40 - 50% 12 - 15 60 - 75


Kinerja
2. 40 - 50% 12 - 15 60 - 75
Pembelajaran
Kinerja Pengabdian
3. 5 - 15% 1,5 - 4,5 7,5 – 22,5
Masyarakat
Kinerja Publikasi
4. 0 - 25% 0 - 7,5 0 - 37,5
ilmiah/popular

Kinerja
5. 0 - 25% 0 - 7,5 0 - 37,5
Pengembangan ilmu
Syarat STRA

• Ijazah apoteker
• Memiliki SKA
• Memiliki surat lafal sumpah
• Keterangan sehat fisik dan mental dari dokter
• Pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan
etika profesi

STRA dikeluarkan oleh menteri melalui KFN


Thank
Thank You!
You!

Anda mungkin juga menyukai