Anda di halaman 1dari 17

CATATAN PENILAIAN

MONITORING DAN EVALUASI


TRANSPARANSI, AKUNTABILITAS
DAN PARTISIPASI (TAP)
JAWA BARAT 2019

Oleh Rizki Estrada

Tim Penilai Independen


Keterbukaan Informasi Publik
29 Agustus 2019
Latar Belakang
 Kegiatan monitoring dan evaluasi keterbukaan informasi publik, -> bertujuan
untuk mengukur secara objektif kemajuan dan hasil yang telah dicapai dalam
penerapan Undang-Undang No. 14/ 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

 Di tahun 2019, Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Sub-
bagian Pelayanan Informasi Biro Humas dan Keprotokolan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat, untuk melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi untuk menilai
penerapan transparansi, akuntabilitas dan partisipasi dalam rangka mengukur
sejauhmana penyelenggaraan pemerintahan dalam mendorong pelayanan publik
yang dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat di era otonomi daerah.

 Landasan komitmen pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat dalam


mengakomodasi ketentuan dalam Undang-undang No. 14/ 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik, dituangkan dalam Peraturan Daerah No. 11
tahun 2011 tentang Transparansi, Akuntabilitas, Partisipasi, yang dalam
pelaksanaanya telah turut diatur didalam Peraturan Gubernur Nomor 30
tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Transparansi dalam
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
Kedudukan, Tugas dan Fungsi
Tim Penilai Independen.
 Kedudukan Tim Penilai Independen bersifat ad-hoc untuk
memperkuat independensi pelaksanaan kegiatan monitoring dan
evaluasi.
 Adapun tugas dari Tim Penilai Independen adalah melakukan
monitoting dan evaluasi terhadap badan publik di Daerah Provinsi
Jawa Barat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, dan
mempunyai fungsi dalam;
Perumusan kriteria penilaian pelaksanaan transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan;
Penilaian pelaksanaan transparansi, partisipasi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pemerintahan;
Penyusunan laporan hasil pelaksanaan penilaian pelaksanaan transparansi,
partisipasi, dan akuntabilitas;
Pemberian masukan dan saran dalam upaya pengembangan program
percepatan penerapan pelaksanaan transparansi, partisipasi dan
akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah oleh badan
publik di Daerah Provinsi Jawa Barat dalam melakukan pembinaan dan
pengendalian pelaksanaan transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.
Lingkup Kriteria dan Indikator
Monev 2019
 Monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap
penerapan 5 (lima) jenis kewajiban yang
diamanatkan peraturan perundangan terkait
keterbukaan informasi publik, yaitu:
kewajiban menyediakan dan mengumumkan informasi
publik yang wajib diumumkan secara berkala,
kewajiban menyediakan informasi publik yang wajib
disediakan setiap saat,
kewajiban membentuk dan mendukung keberadaan
pejabat pengelola informasi dan dokumentasi (PPID),
kewajiban menyusun dan menerapkan standar
operasional pelayanan informasi publik, dan
kewajiban menyusun Laporan Pelayanan Informasi
Publik.
Landasan Operasional
I. Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan
Informasi Publik ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 nomor 272);
II. Peraturan Komisi Informasi Nomor 5 tahun 2016 tentang Metode dan Teknik
evaluasi Keterbukaan Informasi Badan Publik ( tambahan Berita Negara
Republik InfonesiaTahun 2016 Nomor 1309);
III. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 11 tahun 2011 tentang
Transparansi, Akuntabilitas dan Partisipasi Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat tahun 2011
nomor 11 seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 104);
IV. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat ( Lembaran
daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 211);
V. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 30 tahun 2014 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Transparansi Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
( Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2014 Nomor 30 Seri E);
VI. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 489/Kep.487-Diskominfo/2010 Tentang
Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi Pada Organisasi Perangkat
Daerah di Lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, tanggal 18 Maret 2010.
VII. Keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor 100.05/Kep.454-
Humaspro/2019 Tentang Tim Penilai Independen Penilaian Transparansi,
Batasan Lingkup Tugas
TIP
 Berfokus pada siklus kegiatan diatur dalam Perki 5/2016 pasal 6,
dan ;

 Terfokus pada aspek pelaksanaan Transparansi, sebagaimana


diatur dalam Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 30 tahun 2014
tentang Petunjuk Pelaksanaan Transparansi Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

 Tim Penilai Independen memberikan catatan terhadap indikator


yang perlu menjadi perhatian untuk ditingkatkan oleh Badan Publik
terhadap hasil pemeringkatan sementara terhadap 10 (sepuluh)
besar badan publik di lingkungan organisasi perangkat daerah
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota di
daerah provinsi jawa barat, berdasarkan hasil dari verifikasi
lapangan dan visitasi oleh tim verifikasi Komisi Informasi Daerah.
TEMUAN
KUNCI
PENILAIAN
Temuan Kunci Paling Signifikan
( Tk. OPD Jabar)
1. Belum tersedianya standar
operasional layanan informasi publik;
2. Pelaksanaan teknis uji konsekuensi;
3. Penentuan informasi yang
dikecualikan;
4. Standar biaya perolehan informasi
publik, serta
5. Jenis-jenis informasi yang secara
wajib diumumkan, belum
sepenuhnya dapat dipenuhi.
“…setiap organisasi perangkat daerah
berkewajiban untuk menyediakan aksesibilitas
informais publik, diantaranya;..” Pergub
30/2014
 Membangun dan mengembangkan system informasi dan
dokumentasi untuk mengelola informasi publik secara
baik dan efisien;
 Menggunakan pembiayaan secara memadai bagi
pelayanan informasi publik sesuai ketentuan peraturan
perundangan;
 Menyediakan sarana dan prasarana layanan informasi
publik, termasuk papan pengumuman, meja kerja, dan
situs resmi di setiap kantor OPD;
 Menetapkan standar biaya perolehan salinan informasi;
 Menetapkan dan memuktahirkan secara berkala dafta
informasi publik atas seluruh informasi publik yang
dikelola;
 Menyediakan dan memberikan informasi publik;
 Memberikan tanggapan atas keberatan yang diajukan
oleh pemohon informasi publik yang mengajukan
keberatan; serta
 Membuat dan mengumumkan laporan tentang layanan
Justifikasi OPD Atas Temuan
 Komitmen atasan/pimpinan dalam menentukan jenis informasi yang
dikecualikan, membutuhkan waktu serta pertimbangan. Kondisi tersebut
mengakibatkan pelaksanaan uji konsekuensi atas informasi publik yang
dikecualikan terhambat, disertai dengan jumlah pemohon pada jenis
informasi publik yang dimohonkan relative sedikit.

 Standar biaya perolehan tidak dibuat, karena anggapan perangkat daerah,


pelayanan informasi publik merupakan bagian dari pelayanan publik,
sehingga tidak ada beban biaya yang dikenakan terhadap pemohon;

 Rencana kegiatan setiap perangkat daerah amat beragam, dan adakalanya


setiap kegiatan terdapat yang bersifat incidental atau diluar rencana.

 Jumlah pemohon yang relative sedikit, dan terbatas, serta sebagian besar
tidak melakukan keberatan. Sehingga dalam laporan pelayanan informasi
tidak sepenuhnya terlaporkan/terinformasikan secara baik.

 Faktor anggaran merupakan kendala untuk pemenuhan daya dukung


infrastruktur layanan informasi, berikut juga dengan komitmen PPID terkait
dengan pengetahuan tentang informasi publik terkendala akibat proses
transformasi pengetahuan tidak terjadi, apabila terjadi pergantian
Temuan Kunci Paling Signifikan
( Tk. PPID Kab/Kota)
1. Pembaharuan kebijakan pada tataran pengelolaan data dan
informasi, serta tupoksi setiap pelaksanaan pelayanan informasi
belum termuktahirkan;
2. Penetapan klasifikasi informasi yang belum tersedia;
3. Sarana dan prasarana pendukung layanan informasi publik belum
memadai;
4. Daya dukung sumberdaya manusia yang terbatas;
5. belum tersedianya standar operasional layanan informasi publik;
6. pelaksanaan teknis uji konsekuensi;
7. penentuan informasi yang dikecualikan;
8. standar biaya perolehan informasi publik, serta
9. jenis-jenis informasi yang secara wajib diumumkan, belum
sepenuhnya dapat dipenuhi.
10.Sistematika laporan pelayanan informasi publik yang beragam, dan
berdiri sendiri, tidak menjadi bagian bahan masukan bagi laporan
penyelenggaraan daerah maupun laporan kinerja pemerintahan
daerah Kabupaten/Kota.
Justifikasi Badan Publik Kab/Kota
atas Temuan.
 Pergantian dan rotasi pejabat pengelola dan struktur pelaksana dibawahnya, tidak adanya
proses transfer pengalaman dan pengetahuan bagi pejabat baru ataupun pengurus baru
dalam menangani pelayanan informasi;
 Kebijakan terkait penentuan klasifikasi informasi dan informasi yang dikecualikan,
membutuhkan waktu yang relatif panjang dan kebijakan bersama di setiap perangkat daerah
di tingkat kabupaten/kota.
 Komitmen atas anggaran yang rendah mengakibatnya tidak tersedianya daya dukung sarana
dan prasarana layanan informasi publik, termasuk untuk merekrut dan peningkatan
sumberdaya manusia dalam mendukung manajemen pengelolaan pelayanan informasi publik.
 Jenis informasi berkala dan setiap saat hanya dipenuhi pada saat diminta dan dilaporkan,
tidak menjadi rutinitas dari setiak rencana kerja setiap badan publik dalam penyelenggaraan
daerah secara umum. Akibat dari sumberdaya manusia yang dalam hal pengurusan dan
pengelolaannya amat terbatas, dan bergantung untuk mengoptimalkan aparatur yang ada,
sehingga mengakibatkan rangkap tugas dan fungsi.
 Standar perolehan informasi publik dan standar operasional lainnya, terlambat disusun
diakibatkan alokasi anggaran yang terbatas, belum adanya prioritas layanan informasi mana
yang hendak diperkuat, jumlah pemohon yang sedikit, dan koordinasi lintas OPD di tingkat
kabupaten/kota yang belum memiliki kesepahaman yang sama, serta tugas dan wewenangan
yang berbeda.
 Terkait laporan pelayanan informasi publik (LLIP) yang beragam, serta belum menjadi bagian
dari laporan penyelenggaran daerah atau kinerja penyelenggaraan daerah, disebabkan
karena tidak adanya pedoman/acuan yang mengatur tentang tatacara penyusunan, muatan
informasi yang perlu disampaikan, berikut dengan sistematika yang baku.
KESIMPULAN (1)
 Klasifikasi Informasi, Daftar Informasi yang dikecualikan serta
pelaksanaan uji konsekuensi, standar perolehan salinan informasi
dan kontinuitas pemuktahiran informasi merupakan kendala
terbesar yang dihadapi, dan belum menemukan solusi terbaik oleh
badan publik di tingkat perangkat daerah provinsi Jawa Barat
maupun tingkat Kabupaten/kota.

 Perubahan pada struktur kepegawaian atau jabatan yang mengisi


PPID berikut dengan struktur pelaksanaan dibawahnya, akibat rotasi
dan mutasi berdampak terhambatnya pelayanan informasi publik di
beberapa perangkat daerah maupun ditingkat Kabupaten/kota.

 Rendahnya komitmen atas pengalokasian anggaran berdampak


signifikan dalam pengelolaan pelayanan informasi publik, salah
satunya sarana prasarana yang minim dan sumberdaya manusia
yang terbatas, mendorong manajemen pengelolaan data,
dokumentasi, pemuktahiran informasi terkendala.
KESIMPULAN (2)
 TataLaporan pelayanan informasi publik (LLIP) sering terlambat
disampaikan, dan belum terintegrasi sebagai bagian dari laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah atau laporan akuntabilitas dan
kinerja pemerintahan daerah (LPPD).

 Pendokumentasikan pemohon, keberatan, tanggapan keberatan sampai


pada proses sengketa belum terdokumentasikan dengan baik, akibat
jumlah pemohon yang relative sedikit, dan keliru penempatan dalam
pengarsipan.

 Sosialisasi berkala tentang keterbukaan informasi kepada publik


terbatas, kondisi tersebut mengakibatkan jumlah permohonan yang
minim, sehingga menyulitkan dalam penyusunan standar operasional
prosedur ataupun dalam hal melakukan uji konsekuensi atas jenis
informasi yang terbuka dan yang terkecualikan.

 Inovasi dan integrasi telah dilakukan melalui pendekatan teknologi


komunikasi berbasis digital, untuk mempermudah aksesibilitas terhadap
informasi, saluran dialogis pada pengaduan masyarakat yang terkait
dengan pelayanan publik.
SARAN DAN REKOMENDASI (1)
 Perlunya membuat kebijakan turunan baru yang mengakomodasi tentang petunjuk
pelaksanaan akuntabilitas dan partisipasi publik dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah kedalam bentuk peraturan Gubernur. Mengingat, kontek
peraturan daerah Nomor 11/2011 dan peraturan gubernur Nomor 30/2014 masih
terbatas pada aspek Transparansi, sedangkan kendala yang dialami adalah partisipasi
publik dalam mengakses informasi masih minim.

 Mendorong terbentuknya Tim Pertimbangan Pelayanan Informasi (TPPI) untuk


memberikan pertimbangan pelaksanaan uji konsekuansi atas informasi yang
dikecualikan ditingkat perangkat daerah Provinsi Jawa Barat, dengan melibatkan
unsur keterwakilan masyarakat.

 Memperkuat keberadaan Forum Komunikasi PPID (FKPPID) yang berpadu dengan


unsure masyarakat sebagai sarana publik untuk menyelesaikan isu pelayanan
informasi publik, peningkatan kapasitas, mediasi dan konsultasi.

 Perlunya menyusun pedoman tentang Monitoring dan Evaluasi yang komprehensif


menyangkut pada aspek dan muatan dalam Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011
tentang Transparansi, Akuntabilitas, dan Partisipasi dan Pelayanan Publik, untuk
kepentingan pembinaan dan pengawasan pemerintahan provinsi Jawa Barat maupun
Kabupaten/Kota secara mandiri.
SARAN DAN REKOMENDASI
(2)
 Perlu adanya panduan khusus tentang tata cara mengevaluasi
penerapan dan efektifitas penggunaan teknologi berbasis digital dari
segi dampaknya terhadap masyarakat luas.

 Perlunya memperkuat upaya-upaya sosialisasi kepada masyarakat


luas tentang keterbukaan informasi publik sebagai upaya untuk
meningkatkan literasi masyarakat dan kredibilitas pemerintahan
daerah memberikan informasi yang valid dan terpercaya.

 Mendukung upaya-upaya kreatif dan inovatif bagi perangkat daerah


ataupun badan publik untuk memperkuat pada aspek pelibatan
masyarakat/ partisipasi masyarakat dalam pelayanan informasi publik.

 Merekomendasikan Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat


sebagai model rujukan yang baik dalam tata pengelolaan pelayanan
informasi publik dan ruang partisipasi publik, serta Kota Bandung
dalam pengembangan inovasi teknologi pelayanan informasi publik.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai