Anda di halaman 1dari 76

NAPZA

Oleh:
Dyah Kusuma
Renno F
Nora Astri
Raditya A
Hashini V
May Nway Oo

Pembimbing: dr. Happy Indah H, Sp KJ (K)

SMF/Laboratorium Psikiatri FKUB-RSSA Malang


Narkotika Alkohol

NAPZA
Psikotropik Zat Akditif
a
• Narkotika:
• Zat : Heroin(Putauw)
Ganja(Cimeng)
Kokain
• Obat: Morfin, Kodein

• Alkohol:
• Zat : Bir, Vodka, Johnny Walker

• Psikotropika:
• Zat : Sabu(amfetamin), Ineks(amfetamin)
• Obat : Sedatif/ Hipnotik: Pil koplo (Valium, Nipam, Lexo, Mogadon, Double L)

• Zat adiktif:
Tembakau, kafein, dan lain-lain
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku
yg ditimbulkan, NAPZA dapat
digolongkan menjadi
Depresan/Downer Stimulan/Upper Halusinogen

Berfungsi mengurangi Dapat merangsang fungsi Menimbulkan efek halusinasi


aktifitas fungsional tubuh tubuh dan meningkatkan yg bersifat mengubah
kegairahan kerja perasaan&pikiran, seringkali
tenang, pendiam bahkan menciptakan daya pandang
tertidur dan tidak sadarkan aktif, segar dan berbeda sehingga seluruh
diri. bersemangat. perasaan dapat terganggu.

Contoh: Contoh: Golongan ini tidak digunakan


• Amfetamin (shabu, dalam terapi medis.
• Opioid Contoh:
(morfin,heroin/putauw, ekstasi)
kodein) • Kafein • Kanabis (ganja)
• Sedatif (penenang) • Kokain • LSD
• Hipnotik (obat tidur) • Mescalin
• Tranquilizer (anti cemas)
dan lain-lain
Tingkat Pemakaian Zat NAPZA
• Coba-coba : memenuhi rasa ingin tahu
• Rekreasi : senang-senang
• Situasional : pada keadaan tertentu
• Abuse : penyalahgunaan
• Dependence: ketergantungan
• Addiction : kecanduan
Menurut DSM V,
terdapat 2 jenis gangguan yg terkait dng penyalahgunaan zat
(NAPZA), yaitu:

Gangguan
penggunaan zat Akibat terinduksi zat

Withdrawal
Intoksikasi Akibat sudah Gangguan mental
Akibat reaksi zat ketergangtungan tapi lainnya yg
terhadap tubuh kemudian mendadak tidak terinduksi obat
pakai lagi atau zat
Gangguan Pengunaan
Zat
Diagnosisnya didasarkan pada bentuk
perilaku yg patologis terkait dng penggunaan
zat.

Terbagi dalam kelompok berdasarkan kriteria:


• A. Ketidakmampuan mengendalikan diri
• B. Fungsi sosial terganggu
• C. Pemakaian berisiko
• D. Farmakologi
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk
Penyalahgunaan Zat
A. Suatu pola maladaptif penggunaan zat yang menimbulkan hendaya atau penderitaan
yang secara klinis signifikan, seperti dimanifestasikan oleh satu (atau lebih) hal berikut,
yang terjadi dalam periode 12 bulan :
1) Penggunaan zat berulang mengakibatkan kegagalan memenuhi kewajiban peran
utama dalam pekerjaan, sekolah, atau rumah (contoj: absen berulang atau kinerja
buruk dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan zat; absen, skors,
atau dikeluarkan dari sekolah terkait zat; penelantaran anak atau rumah tangga).
2) Penggunaan zat berulang pada situasi yang secara fisik berbahaya (contoh:
mengendarai mobil atau mengoperasikan mesin saat sedang mengalami hendaya
akibat penggunaan zat).
3) Masalah hukum berulang terkait zat (contoh: penahanan karena perilaku kacau
terkait zat).
4) Penggunaan zat berlanjut meski memiliki masalah sosial atau interpersonal yang
persisten atau rekuren yang disebabkan atau dieksaserbasi oleh efek zat (contoh:
berselisih dengan pasangan tentang konsekuensi intoksikasi, perkelahian fisik).
B. Gejala tidak memenuhi kriteria Ketergantungan Zat untuk kelas zat ini.
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric
Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk
Intoksikasi Zat
A. Berkembangnya sindrom spesifik zat yang reversibel akibat baru saja
mengkonsumsi (atau terpajan pada) suatu zat.
Catatan : Zat yang berbeda dapat menghasilkan sindrom serupa atau
identik.
B. Terdapat perubahan perilaku atau psikologis maladaptif dan signifikan yang
disebabkan oleh efek zat tersebut pada sistem saraf pusat (contoh: agresif,
labilitas mood , hendaya kognitif, daya nilai terganggu, fungsi sosial atau
okupasional terganggu) dan timbul selama atau segera setelah penggunaan
zat.
C. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

th
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4 ed, Text rev. Washington DC: American
Physiciatric Association; copyright 2000.
Withdrawal (Lepas zat)
• Bervariasi, tergantung jenis zat
• Tanda/gejala fisiologis yg mudah diketahui pd pemakaian alkohol,
opioid, sedativa, hipnotik dan anticemas
• Yang kurang tampak gejalanya: pada pengguna stimulan, oleh karena
ketergantungannya lebih ke arah ketergantungan mental bukan fisik
• Gejala withdrawal (lepas zat), merupakan tanda dari suatu
ketergantungan

• Ada 2 jenis ketergantungan terkait penggunaan zat:


• Ketergantungan mental
Gejala: bingung, gelisah, rasa kehilangan sesuatu, craving.
Craving: dorongan yg kuat untuk memakai zat lagi yg bisa terjadi pada setiap
saat tetapi lebih sering pd lingkungan dimana dia pakai sebelumnya.

• Ketergantungan Fisik

Gejalanya: keringat dingin, keluar air mata, keluar lendir dari hidung, linu-
linu/nyeri yang hebat, kramp usus, diare, bisa terjadi delusinasi
Ciri/Tanda Dugaan Memakai Zat
• Pola tidur berubah
• Nafsu makan berkurang
• Manghindar, berlama-lama dalam kamar
• Sikap lebih kasar, lekas tersinggung atau marah, curiga mabuk.
• Bekas suntikan pada lengan dan/atau kaki
• Uang atau barang sering hilang
• Prestasi menurun
NARKOTIKA
Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

-UU RI No.92/1997
Pembagian Narkotika (UU RI No.
35/2009)
• Golongan I
Untuk pengembangan Ilmu pengetahuan, bukan untuk terapi (heroin,
kokain, ganja)

• Golongan II
Untuk pengetahuan, terapi, potensi tinggi ketergantungan (morphin, petidin)

• Golongan III:
Untuk ilmu pengetahuan, terapi, potensi rendah ketergantungan (kodein)
Kanabis
Nama Lain
• Marijuana
• Grass
• Pot
• Weed
• The
• Mary Jane

Nama lain untuk menggambarkan tipe


Kanabis dalam berbagai kekuatan
• Hemp
• Chasra
• Bhang
• Ganja
• Dagga
• Sinsemilla
Diagnosis dan Gambaran Klinis

Efek fisik kanabis paling sering:


• Dilatasi pembuluh darah konjungtiva
• Takikardia ringan
Pada dosis tinggi  hipotensi ortostatik

Efek lazim intoksikasi kanabis Nafsu makan meningkat (The Munchies)


dan mulut kering

Penggunaan berat  penyakit respiratorik kronik dan kanker paru

Penggunaan jangka panjang  atrofi serebri, kerentanan terhadap kejang,


kerusakan kromosom, defek lahir, reaktivitas
imun terganggu, perubahan konsentrasi testosteron dan
disregulasi siklus menstruasi.
Gangguan mental & perilaku akibat Kanabis
• Intoksikasi Kanabis
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Kanabis
A. Penggunaan kanabis baru-baru ini.
B. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yg secara klinis signifikan
(cth., koordinasi motorik terganggu, euforia, ansietas, sensasi waktu
melambat, daya nilai terganggu, penarikan sosial) yg timbul selama atau
segera setelah penggunaan kanabis.
C. Dua (atau lebih) tanda berikut timbul dalam waktu 2 jam setelah
penggunaan kanabis:
(1) injeksi konjungtiva
(2) peningkatan nafsu makan
(3) mulut kering
(4) takikardia
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser: 4ed, Text rev: Wahington DC:
American Psychiatric Association, 2000
Gangguan mental & perilaku akibat Kanabis

TERAPI:
• Bila anxietas Khlordiazepoksid 10-50 mg peroral dpt
diulangi setelah 1 jam
• Tempatkan pasien pd ruangan tenang untuk mengurangi
stimulasi
• Antipsikotik untuk jangka pendek
-Haloperidol 5 mg/hari dlm dosis terbagi atau
-CPZ 25-150 mg peroral
• Keadaan putus ganja pd umumnya ringan & segera
menghilang sendiri dlm waktu yg tidak terlalu lama.
Gangguan mental & perilaku akibat Kokain
• Kokain digunakan dg cara :
-mengendus melalui lubang hidung (snorting)
-Menyuntik
-Merokok
-Diabsorpsi melalui mukosa

Efek khas pengguna kokain:


Elasi, euforia, peningkatan harga diri dan peningkatan
tugas mental dan fisik.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Kokain
A. Penggunaan kokain yg belum lama
B. Perilaku maladaptif/perubahan psikologis yg bermakna secara klinis yg
berkembang selama atau segera setelah penggunaan halusinogen.
C. Dua (atau lebih) tanda berikut selama atau segera setelah penggunaan
kokain:
(1) takikardia atau bradikardia
(2) dilatasi pupil
(3) peningkatan atau penurunan tekanan darah
(4) berkeringat atau mengigil
(5) mual atau muntah
(6) bukti adanya penurunan berat badan
(7) agitasi atau retardasi psikomotor
(8) kelemahan otot, depresi nafas, nyeri dada, atau aritmia jantung
(9) kebingungan, kejang, diskinesua, distonia, atau koma
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser: 4ed, Text rev: Wahington DC:
American Psychiatric Association, 2000
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR Keadaan Putus Kokain
A. Penghentian/penurunan pemakaian kokain yang telah lama & berat
B. Mood disforik dan 2 (atau lebih) perubahan fisiologis berikut, timbul
beberapa jam / hari setelah kriteria A:
(1) kelelahan
(2) mimpi yg tidak menyenangkan
(3) insomnia/hipersomnia
(4) peningkatan nafsu makan
(5) retardasi/agitasi psikomotor
C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yang bermakna
secara klinis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau fungsi
lain.
D. Gejala tidak disebabkan kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

American Psychiatric Association Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorser: 4ed, Text rev: Wahington DC:
American Psychiatric Association, 2000
• Gejala pasca intoksikasi akut/pemakaian kokain
ringan-sedang disforia, anhedonia, kecemasan,
iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi dan kadang
agitasi
(hilang dalam 18 jam)

• Pemakaian berat  gejala hingga 1 minggu


• Juga dapat disertai gagasan ingin bunuh diri
Terapi Gangguan mental & perilaku akibat Kokain
• Pisahkan pasien dari lingkungan sosial
dimana pasien sering mendapatkan kokain

• Tes urin berkala yang tidak teratur untuk


memonitoring kelanjutan abstinensi pasien

• Terapi individu, terapi kelompok dan terapi


keluarga.
Terapi Gangguan mental & perilaku akibat Kokain

 Farmakologis
Carbamazepine
detoksifikasi kokain serta efektif menurunkan kecanduan
Dopamin agonis  menurunkan kecanduan dan menormalkan
tidur
Amantadine 2x100mg
Bromocriptine 2x2.5mg
Opium  Opiat/Opioid  Berasal dari sari bunga Opium, Papaver somniferum,
mengandung sekitar 20 alkaloid opium

OPIOID Opioid Alamiah (Morfin, Opium, Codein)

Opioid Semisintetik (Heroin/Putaw,


Hidromorfin)

Opioid Sintetik (Methadone,


Meperidine)
NEUROFARMAKOLOGI
Reseptor opioid-µ  analgesia, depresi
napas, konstipasi, dan ketergantungan
obat

Reseptor-κ  analgesi, diuresis, sedasi

Reseptor-δ  analgesia

OPIOID
INTOKSIKASI
A. Baru saja menggunakan opioid
B. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif secara klinis (misal
eforia inisial diikuti apatis, disforia, agitasi, retardasi psikomotor,
daya nilai terganggu atau hendaya social, pekerjaan) yang terjadi
saat penggunaan atau segera setelah memakai zat.
C. Konstriksi pupil (atau dilatasi akibat anoksia karena overdosis) dan
satu/lebih tanda dari (saat memakai atau segera setelah pakai) :
1) kesadaran menurun atau coma
2) bicara pelo/slurred
3) gangguan perhatian atau daya ingat
d. Tidak akibat kondisi medik umum atau gangguan mental lain

OPIOID
PUTUS OBAT
A. Salah satu hal berikut
1. Penghentian penggunaan opioid yang telah lama
2. Antagonis opioid setelah penggunaan opioid
B. 3 atau lebih beberapa jam/hari setelah kriteria A:
1. Mood disforik
2. Mual muntah
3. Nyeri otot
4. Lakrimasi, rinorea
5. dilatasi popil, piloereksi, berkeringat
6. diare
7. menguap
8. demam
9. insomnia
C. Gejala kriteria B menyebabkan hendaya bermakna
D. Tidak ada penyebab lain

OPIOID
• Onset dan lamanya gejala putus
1. zat dengan lama kerja singkat  sindrom putus zat
yang singkat dan kuat
2. zat dengan lama kerja panjang  sindrom putus zat
yang lama tapi ringan

Morfin,Heroin Meperidin Metadon


• onset 6-8jam setelah • onset cepat, puncak 8-12 • onset 1-3 hari, berakhir
dosis terakhir, setelah 1- jam menetap 4-5 hari +10-14hari
2minggu pemakaian
kontinyu
• Puncak sindrom di hari
ke-2,menetap +7-10 hari
sampai 6 bulan.
OVERDOSIS
Hilang
respon

bradikardia Koma

OVERDOSE

Pernafasan
Hipotensi
lambat

Hipotermi
REHABILITASI
A–B-C

nalokson HCI (Narcan) IV dengan laju rendah (0,8mg


per 70mg per 70kg berat badan)

Observasi

Tidak ada respon  diulang setelah beberapa menit

Karena kerja naloxon berdurasi pendek, pemberian


ulang mungkin diperlukan untuk mencegah rekurensi
toksisitas opioid
REHABILITASI
• 20 – 80 mg/hari  • Levo-acetylmethadol • Naloxone, naltrexone
stabilisasi (LAMM) • Menghambat efek
• 1x sehari • 30-80 mg/hr  3x euforia dan gangguan
• Bisa untuk seminggu ketergantungan opioid
maintenance • Buprenorpine

Rumatan Substitusi Opioid Antagonis


Metadon Lain Opioid

• Psikoterapi individual, • Tempat tinggal yang • Edukasi bahaya


terapi perilaku, terapi semua anggotanya penyakit trans jarum
kognitif perilaku, ketergantungan zat
terapi keluarga,
latihan ketermpilan
sosial

Edukasi
Komunitas
Psikoterapi Penukaran
Teraupetik
Jarum
ALKOHOL
Minuman yg mengandung etanol
Bir berkadar alkohol 2-5%
Anggur berkadar alkohol 10-14%
Wiski, vodka, brendi berkadar alkohol 40-50%
Hubungan antara jumlah minuman keras
(wiski) yg diminum, kadar alkohol dalam
darah & pengaruhnya
Jumlah wiski Kadar alkohol Pengaruhnya
yg diminum dlm darah
60-90 ml 0,05% Pengendalian diri & kemampuan
menilai sesuatu berkurang
100-175 ml 0,1% Cadel, sempoyongan, kecekatan
tangan berkurang
235-355 ml 0,2% Gerak motorik lamban
430-770 ml 0,45% Kemampuan persepsi hilang,
koma
Pernapasan & denyut jantung
800-1240 ml 0,7%
berkurang
Pengaruh alkohol terhadap Pengguna

• Hepar : perlemakan
• Pankreas : pankreatitis
• Sal. Cerna : gastritis & perdarahan lambung
• Otot : kelemahan
• Darah : anemia
• Kel. Endokrin: testosteron menurun
• Jantung :aritmia
• Imunitas menurun
• Sistem pernapasan: bronkitis
• Hipertensi
• SSP : ketergantungan, intoksikasi, putus obat
Kategori dan Definisi Pola Penggunaan Alkohol
Kategori Definisi
Peminum Sedang Pria, ≤ 2 minuman/hari
Wanita, ≤ 1 minuman/hari
Orang > 65 tahun, ≤ 1 minuman/hari

Peminum beresiko Pria, > 14 minuman/minggu atau > 4 minuman per kesempatan
Wanita, > 7 minuman/minggu atau > 3 minuman per
kesempatan

Peminum berbahaya Beresiko mengalami konsukuensi simpang alkohol

Peminum merugikan Alkohol menyebabkan kerugian fisik atau psikologis


Kategori Definisi
Penyalahgunaan alkohol ≤ 1 peristiwa berikut dalam setahun: penggunaan berulang
yang mengakibatkan kegagalan memenuhi kewajiban peran
utama, penggunaan berulang dalam situasi yang berbahaya,
masalah hukum terkait alkohol berlang (contoh: ditangkap saat
mengemudi dalam pengaruh alkohol), penggunaan berlanjut
meski mengalami masalah sosial atau interpersonal yang
disebabkan atau dieksaserbasi oleh alkohol

Ketergantungan alkohol ≤ 3 peristiwa berikut dalam setahun: toleransi; peningkatan


jumlah untuk mencapai efek; penurunan efek dari jumlah yang
sama; keadaan putus zat; menghabisakn banyak waktu untuk
memperoleh alkohol, menggunakan, atau pulih dari efeknya;
merelakan atau mengurang aktivitas penting karena alkohol;
minum lebih banyak atau lebih lama dari yang diniatkan; hasrat
persisten atau tidak berhasilnya upaya untuk mengurangi atau
menggendalikan penggunaan alkohol; tetpa menggunakan
meski mengetahui adanya masalah psikologis yang disebabkan
atau dieksaserbasi alkohol
Dari Fiellin DA, Reid C, O’Connor PG. Manajemen Rawat Jalan Pasien dengan Masalah Alkohol. Ann Intern Med. 2000; 133:815
Gangguan Terkait Alkohol DSM-IV-TR
Gangguan Penggunaan Alkohol
Ketergantungan alkohol
Penyalahgunaan alkohol
Gangguan Terinduksi Alkohol
Intoksikasi alkohol
Keadaan putus alkohol
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
Delirium pada intoksikasi alkohol
Delirium pada putus alkohol
Demensia persisten terinduksi alkohol
Gangguan amnesik persisten terinduksi alkohol
Gangguan psikotik terinduksi alkohol, dengan waham
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan psikotik terinduksi alkohol, dengan halusinasi
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan mood terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan ansietas terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Disfungsi seksual terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Gangguan tidur terinduksi alkohol
Tentukan apakah:
Dengan onset saat intoksikasi
Dengan onset saat putus zat
Gangguan alkohol yang tidak tergolongkan
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC:
American Physiciatric Association; copyright 2000 .
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk
Intoksikasi Alkohol
A. Baru-baru ini mengonsumsi alkohol.
B. Perubahan perilaku atau psikologis maladaptif yang secara klinis bermakna (contoh:
perilaku agresif atau seksual yang tidak pada tempatnya, lanilitas mood, daya nilai
terganggu, fungsi sosial atau okupasional terganggu) yang timbul selama atau segera
setelah ingesti alkohol.
C. Satu (atau lebih) tanda berikut, timbul selama atau segera setelah penggunaan alkohol:
1) Pembicaraan meracau
2) Inkoordinasi
3) Gaya berjalan tidak stabil
4) Nistagmus
5) Hendaya atensi atau memori
6) Stupor atau koma
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain.
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric
Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Keadaan Putus
Alkohol
A. Penghentian (atau pengurangan) penggunaan alkohol yang sebelumnya berat dan
berkepanjangan.
B. Dua (atau lebih) hal berikut, yang timbul dalam beberapa jam samapai beberapa
hari setelah Kriteria A:
1) Hiperaktivitas otonom (contoh: berkeringat atau frekuensi denyut jantung
lebih dari 100)
2) Peningkatan tremor tangan
3) Insomnia
4) Mual atau muntah
5) Halusinasi atau ilusi visual, taktil, atau auditorik sesaat
6) Agitas psikomotor
7) Ansietas
8) Kejang grand mal
C. Gejala pada kriteria B menyebabkan penderitaan atau hendaya yang secara klinis
bermakna dalam fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi penting lain.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American
Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk
Gangguan Terkait Penggunaan Alkohol
yang Tak Tergolongkan
Kategori gangguan terkait alkohol yang tak tergolongkan diperuntukkan bagi gangguan
yang dihubungkan dengan penggunaan alkohol yang tidak dapat diklasifikasikan
sebagai ketergantungan alkohol, penyalahgunaan alkohol, intoksikasi alkohol,
putus alkohol, delirium pada intoksikasi alkohol, delirium pada putus alkohol,
demensia persiten terinduksi alkhol, gangguan amnesik persisten terinduksi
alkohol, gangguan psikotik terinduksi alkohol, gangguan mood terinduksi alkohol,
gangguan ansietas terinduksi alkohol, disfungsi seksual terinduksi alkohol, atau
gangguan tidur ternduksi alkohol.

Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American
Physiciatric Association; copyright 2000.
PENANGANAN DAN REHABILITASI
• Disebut konfrontasi  memutus rasa

Intervensi penyangkalan dan membantu pasien mengenali


konsekuensi efek simpang bila tidak diobati 
proses bertujuan memaksimalkan motivasi terapi
dan abstinensi berkelanjutan.

Detoksifikasi • Pemeriksaan fisik menyeluruh, istirahat, nutrisi


adekuat, vitamin multipel terutama tiamin.

Keadaan putus zat


• Depresan otak (benzodiazepin, barbiturat,
ringan atau alkohol) secukupnya hari pertama, penyapihan
sedang dalam 5 hari berikutnya.
Keadaan putus zat • Benzodiazepin dosis tinggi, obat psikotik (Haldol)
berat dalam 1-2 hari, disapih pada hari kelima.

• Upaya berkelanjutan meningkatkan dan


mempertahankan kadar motivasi abstinensi yang
Rehabilitasi tinggi
• Membantu pasien menyesuaikan kembali ke gaya
hidup bebas alkohol
• Pencegahan relaps

• Konseling
• Pengobatan
Lain-lain • Kelompok Swa Bantu
PSIKOTROPIKA
Zat psikoaktif bukan narkotika yg menyebabkan perubahan
khas akitivitas mental & perilaku.

-UU No.5 th. 1997


Penggolongan Psikotropika
I. HALUSINOGENIKA

• Tidak untuk tujuan terapi, hanya untuk ilmu pengetahuan


• Potensi ketergantungan sangat kuat
• Contoh: LSD, ekstasi (MDMA)

II. STIMULANSIA

• Berkhasiat terapi
• Berpotensi menimbulkan ketergantungan tinggi
• Contoh: amphetamin, metilfenidat, sabu-sabu, ineks

III. HIPNOTIK-SEDATIF

• Berkhasiat terapi
• Potensi efek ketergantungan sedang
• Contoh: Amobarbital, pentazosine

IV. ANXIOLOTIKA

• Dipakai luas untuk terapi


• Potensi ketergantungan rendah
• Contoh: Diazepam, Alprazolam, Klonazepam
AMFETAMIN
• Amfetamin adl senyawa sintetik yg tergolong
perangsang SSP

• Derivat amfetamin yg banyak disalahgunakan di


Indonesia:
1. 3,4 metilen di-oksi met-amfetamin (MDMA) atau ekstasi
 gol.desainer
2. Met-amfetamin(sabu)  gol.klasik
Tablet/ kapsul ~ 60-250 mg
(rata-rata 120 mg )MDMA
NEUROFARMAKOLOGI
 Amfetamin klasik   Amfetamin desainer 
pelepasan katekolamin, pelepasan
terutama dopamin dari katekolamin (dopamin
terminal prasinaptik  dan norepinefrin)
poten untuk neuron serta serotonin
dopaminergik yg (nuerotransmiter sbg
berjalan dari area jaras nuerokimiawi
ventrak ke korteks utama untuk
halusinogen) 
serebri dan area limbik
campuran efek
(jaras sirkuit reward)  amfetamin klasik +
mekanisme adiktif halusinogen.
utama untuk amfetamin.
• Diabsorpsi cepat secara oral
• Mulai kerja yang cepat, biasanya dalam waktu 1 jam bila
dikonsumsi per oral.

• Dosis rendah sampai sedang: 5-50 mg secara oral


• Dosis tinggi : > 100 mg secara IV
• Dosis kecil Amfetamin
- meningkatkan tekanan darah
- denyut nadi> cepat
- meningkatkan kewaspadaan
- menimbulkan eforia
-menghilangkan kantuk
- menghilangkan rasa lelah & rasa lapar
- Meningkatkan aktivitas motorik
- banyak bicara
• Dosis sedang amfetamin(20-50 mg)
-menimbulkan tremor ringan
-gelisah
-insomnia
-menekan nafsu makan

• Dosis tinggi dlm waktu lama


-dpt menimbulkan perilaku stereotipikal
yaitu perbuatan yg diulang terus-menerus tanpa tujuan
-tiba-tiba agresif
-melakukan tindak kekerasan
-waham curiga
- anoreksia yg berat
Psikologis
• Kegelisahan, disforia, insomnia, iritabilitas,sikap bermusuhan,
kebingungan.
• Gejala gangguan ansietas : gangguan ansietas menyeluruh,
gangguan panik, ide rujukan, waham paranoid, halusinasi.
DIAGNOSIS
Gangguan Terkait Amfetamin (atau Lir-
Amfetamin) DSM-IV-TR
Gangguan Penggunaan Amfetamin
Ketergantungan amfetamin
Penyalahgunaan amfetamin
Gangguan Terinduksi Amfetamin
Intoksikasi amfetamin
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi
Keadaan putus amfetamin
Delirium pada intoksikasi amfetamin
Gangguan psikotik terinduksi amfetamin, dengan halusinasi
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Gangguan psikotik terinduksi amfetamin, dengan waham
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Gangguan mood terinduksi amfetamin
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Awitan saat putus zat
Gangguan ansietas terinduksi amfetamin
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Disfungsi seksual terinduksi amfetamin
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Gangguan tidur terinduksi amfetamin
Tentukan apakah:
Awitan saat intoksikasi
Awitan saat putus zat
Gangguan terkait amfetamin yang tak terinci

Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American
Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk
Intoksikasi Amfetamin
A. Baru-baru ini mengonsumsi amfetamin atau zat terkait (contoh: metilfenidat).
B. Perubahan psikologis atau perilaku maladaptif yang secara klinis signifikan (contoh: euforia
atau penumpulan afek; perubahan sosiabilitas; hipervigilans; sensitivitas interpersonal;
ansietas, ketegangan, atau kemarahan; perilaku stereotipi; daya nilai terganggu; atau fungsi
sosial atau okupasional terganggu) yang timbul selama atau segera setelah penggunaan
amfetamin atau zat terkait.
C. Dua (atau lebih) hal berikut, timbul selama atau segera setelah penggunaan amfetamin atau
zat terkait:
1) Takikardia atau bradikardia
2) Dilatasi pupil
3) Tekanan darah meningkat atau menurun
4) Berkeringat atau menggigil
5) Mual atau muntah
6) Bukti penurunan berat badan
7) Agitasi atau retardasi psikomotor
8) Kelemahan otot, depresi napas, nyeri dada, atau aritmia jantung
9) Kebingungan, kejang, diskinesia, distonia, atau koma
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik diterangkan oleh
gangguan mental lain.
Tentukan apakah:
Dengan gangguan persepsi

Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed,
Text rev. Washington DC: American Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Keadaan
Putus Amfetamin
A. Penghentian (atau pengurangan) konsumsi amfetamin (atau zat terkait) yang telah
berlangsung lama dan berat.
B. Mood disforik dan dua (atau lebih) perubahan fisiologis berikut, timbul dalam
waktu beberapa jam sampai beberapa hari setelah Kriteria A:
1) Kelelahan
2) Mimpi yang tidak menyenangkan dan sangat jelas
3) Insomnia atau hipersomnia
4) Peningkatan nafsu makan
5) Agitasi atau retardasi psikomotor
C. Gejala pada kriteria B dapat menyebabkan penderitaan atau hendaya fungsi sosial,
okupasional, atau area fungsi penting lain.
D. Gejala tidak disebabkan suatu kondisi medis umum dan tidak lebih baik
diterangkan oleh gangguan mental lain.

Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American
Physiciatric Association; copyright 2000.
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk
Gangguan Terkait Amfetamin yang Tak
Tergolongkan
Kategori gangguan terkait amfetamin yang tak tergolongkan adalah untuk
gangguan yang disebabkan oleh penggunaan amfetamin (atau zat terkait) yang
tidak dapat diklasifikasikan sebagai ketergantungan amfetamin,
penyalahgunaan amfetamin, intoksikasi amfetamin, keadaan putus amfetamin,
delirium pada intoksikasi amfetamin, gangguan psikotik terinduksi amfetamin,
gangguan mood terinduksi amfetamin, gangguan ansietas terinduksi
amfetamin, disfungsi seksual terinduksi amfetamin, atau gangguan tidur
terinduksi amfetamin.

Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4th ed, Text rev. Washington DC: American
Physiciatric Association; copyright 2000.
PENANGANAN DAN REHABILITASI

Abstinensi  rawat inap, metode terapeutik


multipel (psokoterapi individual, keluarga,
kelompok).

Obat spesifik jangka pendek (antipsikotik dan


ansiolitik)  gangguan spesifik terinduksi
amfetamin (contoh: gangguan psikotik, gangguan
ansietas)
SEDATIF-HIPNOTIK
• Sedatif-hipnotik adalah penekan SSP
• Dosis kecil: mengatasi ansietas
• Dosis besar: dpt menginduksi tidur
• Kelompok sedatif-hipnotik:
-benzodiazepin -kloralhidrat
-barbiturat -paraldehid
-bromida
-karbamat
SEDATIF-HIPNOTIK
• Benzodiazepin yg sering disalahgunakan:
-nitrazepam
-bromazepam
-flunitrazepam
-klonazepam
• Benzodiazepin & barbiturat bekerja pd reseptor
GABA.
• GABA adl neurotransmiter yg mempunyai sifat
menghambat kerja SSP.
SEDATIF-HIPNOTIK
• Benzodiazepin mempunyai efek anti kejang &
relaksasi otot
• Melalui pengaruhnya thd hipokampus & amigdala
benzodiazepin mempunyai efek anti ansietas
• Karena pengaruhnya pd formatio reticularis &medula
spinalis benzodiazepin berkhasiat menginduksi tidur
& relaksasi otot
PENATALAKSANAAN
• Terapi intoksikasi sedatif-hipnotik:
-Terapi simtomatis: untuk mencegah penekanan pernafasan &
menjaga agar fungsi kardiovaskuler tetap baik  infus NS
-Kumbah lambung bila sedatif-hipnotik ditelan tidak > 6 jam
-beri pernafasan buatan & O2
• Terapi keadaan putus sedatif-hipnotik
- Pada keadaan ketergantungan benzodiazepin
- Detoksifikasi dilakukan dg cara rawat jalan, dosis diturunkan scr
bertahap dlm wkt 4 minggu
Zat Adiktif Lain
• Tembakau
• Kaffein
• Inhalansia & solvent : lem, thiner, aceton, bensin
KAFEIN
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Intoksikasi Kafein
Diagnosis
A. Riwayat baru saja mengonsumsi kafein, biasanya melebihi
250 mg (cth. Lebih dari 2-3 cangkir kopi seduh).
B. Lima (atau lebih) tanda berikut, timbul selama atau segera
setelah penggunaan kafein
1) Gelisah
2) Gugup
3) Kegembiraan
4) Insmonia
5) Muka kemerahan
6) Diuresis
7) Gangguan gastrointestinal
8) Kedutan otot
9) Jalan pikiran dan bicara melantur
10)Takikardi/ aritmia jantung
11)Periode tidak mudah lelah
12)Agitasi psikomotor
C. Gejala pada kriteria B dapat menyebabkan penderitaan atau
hendaya fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi penting
lain yang signifikan secara klinis.
D. Gejala tidak disebabkan suau kondisi medis umum dan
Gambaran Klinis
50-100mg
• Peningkatan kesiagaan
• Peningkatan kinerja verbal dan motorik
• Diuresis
• Stimulasi otot jantung
• Peningkatan peristaltik usus
• Peningkatan sekresi asam lambung
• Peningkatan tekanan
100mg
• Euforia ringan (pendorong positif)
300mg
Peningkatan kecemasan dan disforia ringan (tidak bekerja sebagai pendorong positif
>1 gr
• Pembicaraan yang melantur, konfusi, aritmia, kelelahan, agitasi, tinitus, halusinasi
visual ringan
>10 gr
• Kejang tonik klonik umum, gagal nafas
Putus Kafein
Gejala paling umum  sakit kepala dan kelelahan

Gejala lain  ansietas, iritabilitas, gejala depresi ringan, kinerja


psikomotor terganggu, mual, muntah, ketagihan kafein, serta nyeri
otot dan kekakuan
Onset gejala putus kafein 12-24 jam setelah dosis terakhir, gejala
memuncak pada 24-48 jam dan menghilang dalam 1 minggu
Pasien dengan gejala ansietas, aritmia jantung, esofagitis, 
hentikan asupan kafein

Lebih baik untuk berhenti mengonsumsi produk yang mengandung


kafein dalam periode 7 sampai 14 hari daripada berhenti
mendadak.
Kriteria Riset DSM-IV-TR untuk Keadaan Putus Kafein
A. Konsumsi harian kafein yang berkepanjangan
B. Penghentian mendadak konsumsi kafein atau pengurangan
Jumlah kafein yang dikonsumsi, yang segera diikuti sakit
kepala dan (satu lebih) gejala berikut:
1) kelelahan atau rasa mengantuk yang nyata
2) ansietas atau depresi yang nyata
3) mual atau muntah
C. Gejala pada kriteria B dapat menyebabkan penderitaan atau
hendaya fungsi sosial, okupasional, atau area fungsi penting
lain yang signifikan secara klinis.
D. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari
suatu kondisi medis umum (cth. Migren, penyakit virus) dan
tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan mental lain
Penanganan
Farmakologis:
• Analgesik, seperti aspirin, cukup untuk mengendalikan sakit
kepala dan nyeri otot akibat kafein
• Jika kurang maka dapat digunakan benzodiasepin dalam dosis
kecil untuk waktu singkat, paling lama 7 sampai 10 hari.

Menurunkan dosis kafein secara bertahap

Menggunakan prosedur substitusi menggantikan minuman


berkafein dengan minuman lain
NIKOTIN
Nikotin adalah zat yang bersifat adiktif layaknya kokain dan Heroin ( The
Surgeon General’s Report 1988)
Neurofarmakologik
• 25% dari nikotin yang diinhalasi saat menghidap rokok akan mencapai
darah, melalui mana nikotin mencapai otak dalam waktu 15 detik.
• Waktu paruh 2 jam
• Nikotin dianggap mempunyai sifat mendorong positif dan adiktif
karena nikotin mengaktivasi jalur dopaminergik yang keluar dari area
tegmental ventral ke korteks serebral dan sistem limbik
Tanda & Gejala Klinis Intoksikasi nikotin

Ringan –sedang:
- mual
- nyeri abdomen
- muntah
- Diare
- Nyeri kepala
- Pusing
- denyut jantung menurun
• Berat:
• Pusing hebat
• Tekanan darah turun.
• Frekuensi pernafasan menurun
• Kejang
• Mati karena gagal nafas
Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR untuk Putus
Nikotin
A. Pemakaian nikotin setiap hari selama sekurangnya beberapa minggu
B. Penghentian pemakaian nikotin secara tiba-tiba atau pengurangan jumlah nikotin yang digunakan diikuti
oleh sekurangnya empat tanda berikut dalam 24 jam :
1. Mood diforik atau depresi
2. Insomnia
3. Iritabilitas, frustasi, rasa marah
4. Kecemasan
5. Sulit konsentrasi
6. Gelisah
7. Penurunan denyut jantung
8. Peningkatan nafsu makan dan penambahan BB
C. Gejala dalam kriteria B menyebabkan penderitaan yg bermakna secara klinis
D. Gejala bukan karena kondisi medis umum
th
Dari American Physiciatric Association. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder. 4 ed, Text rev. Washington DC: American Physiciatric Association; copyright 2000.
Terapi
• Intoksikasi nikotin
-Terapi simtomatis
-Untuk membantu ekskresi nikotin dpt dilakukan
asidifikasi dg pemberian amonium khlorida 500 mg
tiap 3-4 jam
• Keadaan putus nikotin
-Memerlukan dukungan lingkungan & konseling
-Bila perlu, berikan permen kunyah nikotin dg jml yg
makin menurun dlm wkt 3 minggu.
-Gabungan pengganti nikotin dengan behavior
therapy  lebih berhasil
Sekian dan Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai