Anda di halaman 1dari 9

SURVEILANS

KESEHATAN
MASYARAKAT

POKOK BAHASAN : TBC


KELOMPOK 1
ANGGOTA :
1. ANWAR. A. DIEK
2. CHRISVANIA. S. PALIJAMA
3. DEFITRI IKRAM
4. FAUZAN SUNETH
5. RAMLY ELY
6. RIAS. H. KELIREY
7. SERLI. M. MAHU
8. SUKINI WALLY
9. WISDA LATUKAU
1. Etiologi TB
Tubercolosis paru adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh basil Bakteri Mycobacterium tuberculosa yang
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan (Basil Tahan Asam) karena basil TB mempunyai sel
lipoid. Basil TB sangat rentan dengan sinar matahari sehingga
dalam beberapa menit saja akan mati. Basil TB juga akan
terbunuh dalam beberapa menit jika terkena alcohol 70% dan
lisol 50%. Basil TB memerlukan waktu 12-24 jam dalam
melakukan mitosis, hal ini memungkinkan pemberian obat
secara intermiten (2-3 hari sekali).

Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan


paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli,
sehingga terjadi infeksi primer (ghon) yang dapat menyebar ke
kelenjar getah bening dan terbentuklah primer kompleks
(ranke). Keduanya dinamakan tubercolosis primer, yang dalam
perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan.
Tubercolosis paru primer adalah terjadinya peradangan sebelum
tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil
mikrobakterium, sedangkan tubercolosis post primer
(reinfection) adalah peradangan bagian paru oleh karena terjadi
penularan ulang pada tubuh sehingga terbentuk kekebalan
spesifik terhadap basil tersebut.

www.website.com
2. Penyebab TB
TBC (tuberkulosis) disebabkan oleh infeksi kuman
dengan nama yang sama, yaitu Mycobacterium
tuberculosis. Kuman atau bakteri ini menyebar di udara
melalui percikan ludah penderita, misalnya saat berbicara,
batuk, atau bersin. Meski demikian, penularan TBC
membutuhkan kontak yang cukup dekat dan cukup lama
dengan penderita, tidak semudah penyebaran flu.

Makin lama seseorang berinteraksi dengan penderita


TBC, semakin tinggi risiko untuk tertular. Misalnya,
anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita
TBC.

www.website.com
3. Tanda dan Gejala TB
a. Gejala respiratorik
1. Batuk ≥ 3 minggu
2. Batuk darah
3. Sesak napas
4. Nyeri dada selama lebih dari 3 minggu

b. Gejala sistemik
1. Keadaan umum, kadang-kadang keadaan penderita TB paru
sangat kurus, berat badan menurun, tampak pucat atau
kemerahan.
2. Demam, penderita TB paru pada malam hari kemungkinan
mengalami kenaikan suhu badan secara tidak teratur
3. Nadi, pada umumnya penderita TB paru meningkat seiring
dengan demam.
4. Dada, seringkali menunjukkan tanda-tanda abnormal.
www.website.com
4. Manifestasi TB
Manifestasi Klinis TB
Penderita TB paru akan mengalami berbagai gangguan kesehatan, seperti :
a. Demam
b. Malaise
c. Anoreksia
d. Penurunan berat badan
e. Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama berminggu –
minggu sampai berbulan – bulan)
f. Peningkatan frekuensi pernapasan
g. Ekspansi buruk pada tempat yang sakit
h. Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi

Semuanya itu dapat menurunkan produktivitas penderita bahkan


kematian. Pasien TB paru juga sering dijumpai konjungtiva mata atau kulit
yang pucat karena anemia, badan kurus atau berat badan menurun.
www.website.com
5. Penatalaksanaan TB
a. Medikamentosa
Obat anti tuberkulosis (OAT) yang dipakai sebagai tatalaksana lini
pertama adalah rifampisin, isoniazid, pirazinamid, streptomisin, dan
etambutol, yang tersedia dalam tablet tunggal maupun dalam sediaan dosis
tetap (fixed dose combination). Jenis obat lini kedua adalah kanamisin,
kuinolon, dan derivat rifampisin dan isoniazid.

b. Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda dengan
pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT aman
untuk kehamilan, kecuali streptomisin dan kanamisin yang bersifat ototoksik
pada janin. Pemberian kedua obat tersebut akan menyebabkan gangguan
pendengaran dan keseimbangan pada bayi ketika lahir.

c. Ibu Menyusui
Pada prinsipnya, pengobatan OAT pada ibu menyusui tidak berbeda
dengan pengobatan TB pada umumnya. Semua jenis OAT aman bagi ibu
menyusui. Tatalaksana OAT yang adekuat akan mencegah penularan TB ke
bayi. Untuk bayi yang menyusu dari ibu penderita TB, terapi profilaksis
isoniazid dapat diberikan. www.website.com
d. Rawat Inap
Umumnya pasien dengan tuberkulosis paru (TB Paru) tidak perlu dirawat
inap. Namun akan memerlukan rawat inap pada keadaan atau komplikasi
berikut :
 Batuk darah masif
 Keadaan umum dan tanda vital buruk
 Pneumotoraks
 Empiema
 Efusi pleural masif/bilateral
 Sesak nafas berat yang tidak disebabkan oleh efusi pleura

e. Kriteria Sembuh
Seseorang pasien Tuberkulosis paru (TB Paru) dianggap sembuh apabila
memenuhi kriteria :
 BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir
pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
 Pada foto toraks, gambaran radiologik tetap sama atau menunjukkan
perbaikan
 Apabila dilakukan biakan, ditemukan biakan negative

www.website.com
f. Monitoring
Monitoring pada tuberkulosis paru (TB paru) dilakukan dengan dua tujuan,
yaitu evaluasi pengobatan dan evaluasi komplikasi maupun efek samping
obat.

g. Evaluasi Pengobatan
Evaluasi penderita meliputi evaluasi klinik, radiologik, dan bakteriologik.
Pada evaluasi klinik, penderita diperiksa setiap 2 minggu pada 1 bulan
pertama pengobatan, kemudian dilanjutkan setiap 1 bulan. Hal yang
dievaluasi adalah keteraturan berobat, respon pengobatan, dan ada tidaknya
efek samping pengobatan. Pada setiap kali follow up, pasien dilakukan
pemeriksaan fisik dan berat badan diukur.
Evaluasi bakteriologik bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya konversi
dahak. Evaluasi ini dilakukan sebelum memulai pengobatan, setelah fase
intensif, dan pada akhir pengobatan.
Evaluasi radiologik dilakukan menggunakan foto rontgen toraks. Evaluasi
dilakukan sebelum memulai pengobatan, setelah fase intensif, dan pada
akhir pengobatan.
Pada penderita yang telah dinyatakan sembuh, evaluasi tetap dilakukan
selama 2 tahun pertama untuk mendeteksi adanya kekambuhan.

www.website.com
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

www.website.com

Anda mungkin juga menyukai