Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 8

“PRINSIP-PRINSIP
PERPAJAKAN”
1. MUSTIKA ROSALINA
2. HERWIN
1. PENDAHULUAN
Berbicara tentang ekonomi
publik,maka kita tidak terlepas dari
yang namanya penerimaan
pemerintah.Membahas penerimaan
pemerintah tentunya kita juga tidak
bisa meninggalkan apa yang disebut
dengan pajak karena pajak
merupakan salah satu komponen
dari penerimaan pemerintah,bahkan
hampir 50 % berasal dari pajak
2. PENGERTIAN PAJAK
 Pajak adalah sumber utama  Pajak adalah iuran
pendapatan pemerintah. wajib kepada negara
perpajakan perlu bagi
pemerintah untuk berdasarkan undang-
meningkatkan pendapatan undang untuk
tetapi di mana prinsip membiayai belanja
manfaat tidak dapat negara, dan sebagai
langsung diterapkan, pajak
memiliki efek yang berbeda
alat untuk mengatur
dari harga pasar yang kesejahteraan serta
membiayai barang sektor perekonomian
swasta dan pelayanan
3. PRINSIP-PRINSIP PERPAJAKAN

Prinsip pengenaan
pajak

Prinsip manfaat
dalam pajak

Prinsip
kemampuan
membayar
4. INSIDEN PAJAK DAN DISTRIBUSI
PENDAPATAN

 Ketika membahas perihal tentang pajak


dalam ranah ekonomi publik,maka yang
penting bagi seorang ekonom adalah
identifikasi insiden pajak yaitu pihak yang
menerima beban suatu pajak karena wajib
pajak ( yaitu orang yang membayar pajak
kepada pemerintah ) mungkin dapat
menggeserkan beban pajak tersebut
sebagian atau seluruhnya kepada orang
lain
5. INSIDEN PAJAK ANGGARAN
BERIMBANG
 Maksud dari Insiden  Analisis insiden pajak yang
dilakukan dengan meneliti
pajak Anggaran mengenai distribusi masyarakat
berimbang ini adalah yang terjadi apabila pemerintah
dalam membangun jalan
pengaruh distribututif tersebut menggunakan
suatu pajak terhadap kebijakan anggaran
pengeluaran berimbang,yaitu jumlah yang
diambil oleh pemerintah
pemerintah yang seluruhnya dikembalikan lagi
dibiayai dari kepada masyarakat.Insiden
pajak dengan anggaran
penerimaaan- berimbang menunjukkan
penerimaan pajak bagaimana biaya suatu program
pemerintah didistribusikan
dalam jumlah yang diantara para anggota
sama masyarakat.
6. INSIDEN PAAK ABSOLUTE
 Klasifikasi analisis insidens pajak selanjutnya
adalah Insiden Pajak Absolut. analisis yang
kedua ini hanya melihat pengaruh suatu jenis
pajak ( misalnya pajak pendapatan) terhadap
distribusi pendapatan masyarakat tanpa
melihat efek distributif dari suatu program
pemerintah ( Pengeluaran pemerintah ).
 Contohnya : Kita hanya dapat menganalisis
mengenai dampak distributif pajak
penghasilan.
  
7. INSIDEN PAJAK DIFERENSIAL

Analisis ini menganalisis tentang


pengaruh distribusi pendapatan dari
suatu jenis pajak apabila digantikan
dengan jenis pajak lain untuk membiayai
aktivitas pemerintah dalam jumlah
yang sama.Atau secara singkat insiden
pajak deferensial menganalisis berbagai
alternative pembiayaan dengan pajak
akan suatu program pemerintah
8. PENDEKATAN PADA ANALISIS
INSIDEN PAJAK
 Pendekatan  Analsis pajak dengan
keseimbangan persial keseimbangan umum
adalah pendekatan menganalisis
dimana yang dianalisis pengaruh suatu jenis
adalah distribusi pajak dalam satu
pendapatan yang pasar terhadap
terjadi dalam satu keseimbangan pada
pasar saja sebagai pasar ang terkait
akibat adalanya suatu dengan pihak ang
pajak dikenakan pajak.

Pendekatan 1 Pendekatan 2
9. PAJAK PENJUALAN PADA PASAR
PERSAINGAN SEMPURNA

 Pada pasar persaingan sempurna, pasar


terdapat banyak pembeli dan setiap penjual
tidak dapat mempengaruhi harga pasar,
penjual dan pembeli bebas keluar masuk pasar,
barang yang dijualpun sifatnya homogen.
Pengenaan pajak pada pasar persaingan
meningkatkan harga penjualan barang, pajak
dibebankan pada konsumen, dan pajak yang
dibayarkan oleh perusahaan ke pemerintah
dapat menggeser beban pajak kepada
konsumen dengan menaikkan harga penjualan
10. PAJAK PENUALAN PADA
PASAR PERSAINGAN MONOPOLI
 Analisis insiden pajak secara parsial dapat
digunakan untuk menganalisis distribusi beban
pajak penjualan pada pasar monopoli apabila
produsen bertujuan untuk memaksimumkan
keuntungan maka ia akan memproduksi barang
sebanyak ketika tingkat produksi mencapai
MC=MR. Sebelum adanya pajak keuntungan yang
diperoleh  produsen lebih besar daripada setelah
pajak. Jadi kita lihat bahwa produsen juga
menderita beban pajak penjualankarena
keuntungan yang diterima menjadi lebih kecil
walaupun produsen tersebut mempunyai motivasi
keuntungan yang maksimum dalam pasar monopoli
11. PAJAK PENGHASILAN
 Pajak penghasilan adalah pajak yang
dikenakan kepada orang pribadi atau badan
atas penghasilan yang diterima atau
diperoleh dalam suatu Tahun Pajak. Pajak
penghasilan dapat digolongkan dalam dua
golongan, yaitu pajak pendapatan
perseorangan dan pajak perseroan (Pajak
Badan, yang subyek pajaknya adalah
penghasilan suatu badan  hukum)
12. PAJAK PENGHASILAN
BADAN
 Sejak tahun 1983 pajak perseorangan
dihapuskan oleh pemerintah dan diganti dengan
pajak penghasilan badan, akan tetapi untuk
pajak penghasilan badan ini diterapkan tarif
yang sama . Pajak Pendapatan Badan dikenakan
pada keuntungan yang diperoleh suatu badan
hukum dalam suatu periode tertentu, dan untuk
selanjutnya pajak ini akan disebut dengan Pajak
Perseorangan ataucorporation income tax .
 Dapat atau tidaknya pajak perseorangan
digeserkan kepada konsumen tergantung pada
struktur pasar dan motivasi pengusaha.
13. PAJAK PERSEROAN PASAR
PERSAINGAN SEMPURNA
 Pada pasar persaingan sempurna seorang
pengusaha yang dikenakan pajak perseroan
dalam jangka pendek tidak dapat
menggeserkan beban pajak tersebut kepada
konsumen. Karena pada pasar persaingan
sempurna seorang produsen tidak dapat
mempengaruhi harga (harga ditentukan oleh
permintaan dan penawaran seluruh industri)
dan pengusaha tersebut tidak dapat
berpindah usaha ke jenis usaha lain yang
tidak dikenakan pajak perseroan.
14. PAJAK PERSEROAN PADA
PASAR MONOPOLI
 dalam pasar monopoli tergantung dari
elastisitas permintan barang yang dihasilka.
Semakin elastisitas kurva
permintaannyasemakin sedikit pajak
perseroan yang dapat digeserkan kepada
konsumen.
PENELITIAN TERDAHULU
 Hasil penelitian ini menunjukkan
Penelitian bahwa tingkat efektivitas
pelaksanaan pemeriksaan pajak
mengenai berdasarkan realisasi penerimaan
penerimaan pajak pemeriksaan pajak di KPP Pratama
telah dilakukan Malang Selatan tahun 2012 termasuk
sebelum Devi dalam kriteria tidak efektif, 2013
(2016) termasuk dalam kriteria sangat
efektif, 2014 termasuk dalam kriteria
sangat efektif, dan tahun 2015
termasuk dalam kriteria sangat
efektif. Faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas
pemeriksaan pajak antara lain sikap
Wajib Pajak, petugas pemeriksa
pajak, waktu pemeriksaan yang
singkat, psikologi Wajib Pajak,
fasilitas kantor, komunikasi, serta
dukungan dari pimpinan dan
kerjasama yang baik antar bagian.
SURENDRO:Kontribusi PBB-
P2 bagi peningkatan
pendapatan dikabupaten
sidoaro
 Hasil penelitian menunjukkan pertama, kondisi
permasalahan pelimpahan kewenangan pengelolaan PBB-
P2 dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah di
Kabupaten Sidoarjo diantaranya inkonsistensi regulasi
terkait limpahan piutang kepada pemerintah Kabupaten
Sidoarjo. Kedua, kontribusi pelimpahan kewenangan
pengelolaan PBB-P2 dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah di Kabupaten Sidoarjo diantaranya
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal
PBB-P2 (100% masuk dalam kas PAD), penyeimbangan
kepentingan budgeter karena diskresi kebijakan ada di
kabupaten/kota, penggalian potensi penerimaan yang
lebih optimal karena jaringan birokrasi yang lebih luas,
peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak, serta
peningkatan akuntabilitas penggunaan penerimaan PBB.
STUDI KASUS
 Potensi Pajak UMKM dan Masalah
Pemungutan Pajak Jumlah UMKM yang
semakin banyak dan berkembang, membuat
semakin besar pula potensi penerimaan
pajak dari sektor UMKM. Pajak penghasilan
memberikan kontribusi besar pada potensi
penerimaan pajak. Tetapi jika tidak dikelola
dengan baik potensi penerimaan pajak itu
bisa tidak terserap sepenuhnya bahkan
hilang.
PEMBAHASAN STUDI KASUS
 Implikasi temuan penelitian ini dapat memberikan
masukan bagi Pemerintah agar perlu
mempertimbangkan syarat keharusan penggunaan
penghitungan pajak dengan metode PP No. 46 Tahun
2013 bagi wajib pajak tertentu, namun pemberlakuan
metode perhitungan pajak tersebut lebih merupakan
pilihan atau opsional (antara pembukuan dan
pencatatan menurut UU PPh No. 36 tahun 2008 atau PP
No. 46 tahun 2013). Apabila jiwa dari pemberlakuan PP
No. 46 Tahun 2013 adalah untuk kesederhanaan dan
kemudahan bagi wajib pajak, maka akan baik jika
pemerintah memberikan pilihan bebas bagi wajib pajak
terkait metode apakah yang akan dipakai (menurut UU
No 36 Tahun 2008 atau PP No 46 Tahun 2013).

Anda mungkin juga menyukai