Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dokumen
- Pesanan Pembelian (Purchase Order)
- Laporan Penerimaan (Receiving Report)
- Faktur Pemasuk
Pengenda Tindakan melindungi persediaan
- Disimpan dalam suatu area dengan akses terbatas
lian - Barang berharga disimpan dalam lemarin terkunci
Persediaa - Gunakan alat pemantau: cermin, kamera, penjaga
keamanan
n
Melaporkan Persediaan
Sebagai ilustrasi, asumsikan tiga unit identik dari barang X dibeli selama bulan
Mei.
Unit Biaya
FI FO Biaya Barang
Rata-rata Dijual
LIFO Tertimbang
Barang
Dijual
Diasumsikan pada tanggal 30 Mei satu unit dijula senilai Rp 20.000. Laba
brutonya bervariasi mulai dari Rp 11.000 sampai Rp 6.000 bergantung pada
barang mana yang dijual.
10 Mei 18 Mei 24 Mei
Unit terjual Unit terjual Unit terjual
Penjualan Rp 20.000 Rp 20.000 Rp 20.000
Beban pokok penjualan 9.000 13.000 14.000
Laba bruto 11.000 7.000 6.000
Persediaan akhir 27.000 23.000 22.000
Jika unit tersebut dapat dikenali dengan pembelian tertentu, maka metode identifikasi
spesifik (specific identification method) dapat digunakan untuk menghitung biaya unit
yang terjual terjual. Persediaan akhir terdiri atas banyaknya unit yang tersisa dalam
persediaan. Jadi, laba kotor, beban pokok penjualan, dan persediaan akhir bervariasi
seperti ditunjukkan dalam contoh di atas.
Metode identifikasi identifikasi spesifik spesifik tidak praktis, kecuali setiap unit dapat
dikenali secara terpisah. Sebuah diler mobil, misalnya, dapat menggunakan metode ini
karena setiap mobil memiliki nomor seri yang unik.
Saat metode masuk‐pertama, keluar‐pertama ( first‐in, first‐out—FIFO) digunakan,
persediaan akhir berasal dari biaya paling baru, yaitu barang‐barang yang dibeli paling
akhir.
Sebaliknya, saat metode masuk‐terakhir, keluar‐pertama ( last‐in, first‐out— LIFO)
digunakan, persediaan akhir berasal dari biaya paling awal, yaitu barang‐barang yang
dibeli pertama kali.
Sementara saat metode biaya rata‐rata
tertimbang (weighted average inventory
cost flow method) atau sering disebut
metode biaya rata‐rata (average cost flow
method) digunakan, biaya unit persediaan
merupakan rata‐rata tertimbang biaya
pembelian.
METODE BIAYA PERSEDIAAN
Pembelian
10 Mei
Metode FIFO Rp 9.000
Laporan Laba Rugi
Penjualan............ .......Rp 20.000
Beban pokok penjualan... 9.000 18 Mei
Laba bruto.................. Rp 11.000 Rp 13.000
Laporan Posisi Keuangan
Persediaan................ Rp 27.000
24 Mei
Rp 14.000
Barang 127B
Pembelian Beban Pokok Penjualan Persediaan
Jan 4 Piutang usaha 21.000 Bia Juma Bia Juma Bia Juma
Penjualan 21.000
ya h ya h ya h
4 Beban pokok penjualan 14.000
Persediaan 14.000 Kuan per biay Kuant per biay Kuant per biay
Tgl titas unit a itas unit a itas unit a
10 Persediaan 11.200 Jan 1 1.000 20,00 20.000
Utang Usaha 11.200
4 700 20,00 14.000 300 20,00 6.000
22 Piutang usaha 10.800 10 500 22,40 11.200 300 20,00 6.000
Penjualan 10.800 500 22,40 11.200
22 Beban pokok penjualan 7.344
Persediaan 7.344 22 300 20,00 6.000
60 22,40 1.344 440 22,40 9.856
28 Piutang usaha 7.200 28 240 22,40 5.376 200 22,40 4.480
Penjualan 7.200
28 Beban pokok penjualan 5.376 30 600 23,30 13.980 200 22,40 4.480
Persediaan 5.376 600 23,30 13.980
31 Saldo 26,720 18.460
30 Persediaan 13.980
Utang Usaha 13.980
1 Jan
1 Jan
1.000
1.000 1.000 unit Rp 20.000.000
Unit Rp 20.000.000 Rp 20.000.000
Unit@ @Rp 20.000
Rp@20.000 Rp 6.720.000
Rp 20.000 Rp 6.720.000
t
uni 00
0 .4
10 Jan 30 22 Rp 26.720.000
p Rp============
26.720.000
10 Jan
500 @R
500 ============
Unit Rp 11.200.000 200
Unit@ un i
t@ Persediaan
Rp@22.400 Rp
2 2 .4
Rp 22.400 00
Rp 4.480.000
Rp 4.480.000
30 Jan
30 Jan
600 600 unit @ Rp 23.300
600 Rp 13.980.000 Rp 13.980.000
Unit Rp 13.980.000
Unit@
Rp 45.180.000 Rp 18.460.000
Rp@23.300 Rp============
18.460.000
Rp 23.300 ==============
============
Metode Masuk‐Terakhir, Keluar
Pertama (LIFO)
Saat metode LIFO digunakan dalam sistem persediaan
perpetual, biaya unit yang terjual merupakan biaya dari
pembelian yang terakhir.
Barang 127B
Pembelian Beban Pokok Penjualan Persediaan
Jan 4 Piutang usaha 21.000 Bia Juma Bia Juma Bia Juma
Penjualan 21.000
ya h ya h ya h
4 Beban pokok penjualan 14.000
Persediaan 14.000 Kuan per biay Kuant per biay Kuant per biay
Tgl titas unit a itas unit a itas unit a
10 Persediaan 11.200 Jan 1 1.000 20,00 20.000
Utang Usaha 11.200
4 700 20,00 14.000 300 20,00 6.000
22 Piutang usaha 10.800 10 500 22,40 11.200 300 20,00 6.000
Penjualan 10.800 500 22,40 11.200
22 Beban pokok penjualan 8.064
Persediaan 8.064 22 360 22,40 8.064 300 20,00 6.000
140 22,40 3.136
28 Piutang usaha 7.200
Penjualan 7.200 28 140 22,40 3.136 160 20,00 3.200
28 Beban pokok penjualan 5.136
100 20,00 2.000 - - -
Persediaan 5.136
30 600 23,30 13.980 200 20,00 4.000
30 Persediaan 13.980 600 23,30 13.980
Utang Usaha 13.980
31 Saldo 27,200 17.980
20
Rp@20.000
0
Rp 11.200.000
nit 0Rp 11.200.000
un
Rp 20.000 u 0
0
50 22.4
it
@
p
@R
Rp
10 Jan Rp 27.200.000
10 Jan
20
500 Rp 27.200.000
==========
.0
500
Unit Rp 11.200.000 ==========
0
0
Unit@
Persediaan
Rp@22.400
Rp 22.400
Rp 4.000.000
Rp 4.000.000
30 Jan 600 unit @ Rp 23.300
30 Jan
600 Rp 13.980.000 Rp 13.980.000
600
Unit Rp 13.980.000
Unit@
Rp@23.300 Rp 17.980.000
Rp 23.300 Rp============
17.980.000
Metode Biaya Rata‐Rata Tertimbang
1. Saat metode ini digunakan dalam sistem persediaan perpetual, biaya unit
rata‐rata tertimbang dihitung setiap ada pembelian yang dilakukan.
2. Biaya unit ini digunakan untuk menentukan beban pokok penjualan sampai
pembelian berikutnya dilakukan dan nilai rata‐rata baru dihitung. Teknik ini
disebut rata‐rata bergerak (moving average).
Barang 127B
Pembelian Beban Pokok Penjualan Persediaan
Jan 4 Piutang usaha 21.000 Bia Juma Bia Juma Bia Juma
Penjualan 21.000
ya h ya h ya h
4 Beban pokok penjualan 14.000
Persediaan 14.000 Kuan per biay Kuant per biay Kuant per biay
Tgl titas unit a itas unit a itas unit a
10 Persediaan 11.200 Jan 1 1.000 20,00 20.000
Utang Usaha 11.200
4 700 20,00 14.000 300 20,00 6.000
22 Piutang usaha 10.800 10 500 22,40 11.200 800 21,50 17.200
Penjualan 10.800
22 Beban pokok penjualan 7.740 22 360 21,50 7.740 440 21,50 9.460
Persediaan 7.740
28 240 21,50 5.160 200 21,50 4.300
28 Piutang usaha 7.200
30 600 23,30 13.980 800 22,85 18.280
Penjualan 7.200
28 Beban pokok penjualan 5.160 31 Saldo 26,900 18.280
Persediaan 5.160
30 Persediaan 13.980
Utang Usaha 13.980 Beban pokok Persediaan
penjualan 31 Januari
Ayat jurnal serta buku besar pembantu persediaan untuk barang 127B, yang ditunjukkan
pada Tampilan 5 adalah sebagai berikut.
1. Saldo awal pada 1 Januari adalah sebesar Rp20.000.000 (1.000 unit dengan biaya tiap
unit Rp20.000)
2. Pada 4 Januari, terjual 700 unit dengan harga jual Rp30.000 per unit sehingga total
penjualan adalah Rp21.000.000 (700 unit × Rp30.000). Beban pokok penjualan adalah
Rp14.000.000 (700 unit dengan biaya per unit Rp20.000). Setelah penjualan, sisa
persediaan adalah Rp6.000.000 (300 unit dengan biaya per unit Rp 20.000).
3. Pada 10 Januari, dilakukan pembelian senilai Rp11.200.000 (500 unit dengan harga per
unit Rp22.400). Setelah pembelian, biaya rata‐rata tertimbang senilai Rp21.500
dihitung dengan membagi jumlah biaya persediaan tersedia senilai Rp17.200.000
(Rp6.000.000 + Rp11.200.000) dengan jumlah persediaan tersedia sebanyak 800 (300 +
500) unit. Dengan demikian, setelah pembelian, jumlah biaya persediaan adalah
Rp17.200.000 yang terdiri atas 800 unit dengan biaya per unit Rp21.500.
4. Pada 22 Januari, sebanyak 360 unit terjual dengan harga Rp30.000 per unit sehingga
total penjualan adalah Rp10.800.000 (360 unit × 30.000). Dengan menggunakan metode
biaya rata‐rata tertimbang, beban pokok penjualan adalah sebesar Rp7.740.000 (360
unit dengan biaya per unit 21.500). Setelah penjualan, persediaan tersisa sebesar
Rp9.460.000 (440 unit dengan biaya per unit Rp21.500).
5. Penjualan pada 28 Januari dan 30 Januari dicatat dengan cara yang sama.
6. Saldo akhir pada 31 Januari adalah sebesar Rp18.280.000 (800 unit dengan biaya per
unit Rp22.850).
Sistem Persediaan Perpetual
Terkomputerisasi
Catatan untuk sistem persediaan perpetual dapat dikelola secara
manual. Akan tetapi, bagi perusahaan dengan jumlah barang
persediaan yang begitu besar serta transaksi pembelian dan
penjualan yang banyak, sistem semacam
ini memakan biaya dan waktu. Dalam kebanyakan kasus,
penyimpanan catatan sistem persediaan perpetual dilakukan dengan
sistem terkomputerisasi.
= 21.510
4. Namun demikian, biaya (harga) terus berubah. Efek dari perubahan biaya
(harga) pada metode FIFO dan LIFO ditunjukkan dalam Tampilan 8.
Metode biaya rata‐rata menghasilkan jumlah di antara yang dihasilkan FIFO
dan LIFO.
Persediaan awal
Kurang saji Lebih saji Lebih saji
Kurang saji
Lebih saji Kurang saji Lebih saji
Lebih saji
Persediaan akhir
Lebih saji Kurang saji Kurang saji
Kurang saji
Kurang saji Lebih saji Lebih saji
Lebih saji
Melaporkan Persediaan dalam
Laporan Keuangan
Seperti yang telah ditunjukkan sebelumnya, biaya merupakan dasar utama
dalam penilaian persediaan. Akan tetapi, dalam beberapa kasus, persediaan
dinilai berdasarkan pertimbangan lain selain biaya. Dua kasus semacam ini
timbul saat:
3. Jumlah penurunan harga dimasukkan dalam beban pokok penjualan. Hal ini
menyebabkan adanya penurunan laba kotor dan laba bersih pada periode di
mana penurunan harga muncul. Penyandingan antara penurunan harga dengan
periode di mana penurunan harga itu muncul merupakan keuntungan utama
dalam penggunaan metode nilai pasar atau biaya yang lebih rendah.
4. Sebagai contoh, diasumsikan data berikut ini merupakan data dari 400 unit
identik barang A dalam persediaan 31 Desember 2015:
3. Ketika barang dibeli atau dijual FOB shipping point, kepemilikan berpindah
ketika barang telah diterima oleh pelanggan. Ketika perjanjiannya adalah FOB
destination, kepemilikan berpindah ketika barang diterima oleh pembeli.
Untuk mengilustrasikannya, asumsikan bahwa Sinar Express memesan barang
dagangan berikut dari Indonesian Products:
Tanggal pemesanan 27 Desember 2015
Jumlah Rp 10.000.000
Persyaratan FOB titik pengiriman 2/10,n/30
Tanggal pengiriman oleh penjual 30 Desember 2015
Tanggal kirim 3 Januari 2016
Kesalahan persediaan sering timbul dari persediaan konsinyasi (consigned
inventory). Pengusaha kadang-kadang mengirimkan barang dagangan ke
pedagang eceran yang bertindak sebagai agen penjual pengusaha. Pengusaha,
yang disebut pengirim barang (consignor), mempertahankan kepemilikan
sampai barang terjual.
Barang dagangan tersebut biasanya disebut untuk dikirim pada konsinyasi (on
consignment) kepada pedagang ecer biasanya disebut penerima barang
(consignee).
Pengaruh Laporan Laba Rugi Kesalahan pada persediaan akan
menyalahsajikan jumlah laporan laba rugi untuk beban pokok penjualan, laba
kotor, dan laba bersih.
Barang dagangan yang belum terjual pada akhir tahun adalah bagian dari
persediaan pengusaha (penerima barang), walaupun barang tersebut masih
ada pada pihak penerima barang. Pada akhir tahun, hal itu akan mudah bagi
pedagang ecer (penerima barang) untuk tidak benar memasukkan barang
terkonsinyasi dalam persediaan fisiknya.
Pelaporan Pelaporan
lebih rendah lebih tinggi
Rp 10.000 dari laba neto Rp 10.000 dari laba neto
Kurang saji Kurang saji Kurang saji Kurang saji Kurang saji
Lebih saji Lebih saji Lebih saji Lebih saji Lebih saji
Semakin besar nilai perputaran persediaan, semakin efisien dan efektif pengelolaan
persediaan. Dalam illustrasi : perputaran persediaan meningkat dari 3,4 ke 3,7 selama 2016.
Menunjukkan bahwa efisien persediaan Matahari meningkat selama tahun 2016
Jumlah hari penjualan dalam persediaan (number of days’ sales in inventory)
merupakan ukuran kasar atas lamanya waktu yang diperlukan untuk
memperoleh, menjual, dan mengganti persediaan, yang dihitung sebagai
berikut.
Persediaan Rata-rata
Jumlah hari penjualan dalam Persediaan =
Beban Pokok Penjualan rata-rata harian
2016 2015
Beban pokok penjualan Rp 3.685.279 Rp 3.335.638
Beban pokok penjualan harian rata-rata:
Rp 3.685.279 ÷ 365 hari 10.096,7
Rp 3.335.638 ÷ 365 hari 9.138,7
Persediaan rata-rata
(1.007.811 + 955.276) ÷ 2 1.001.543,5
(955.231 + 1.007.811) ÷ 2 981.521
Jumlah hari penjualan dalam persediaan
Rp 1.001.543,5 ÷ 10.096,7 99,2 hari
Rp 981.521 ÷ 9.138,7 107,4
Semakin rendah jumlah hari penjualan dalam persediaan, semakin efisien dan
efektif perusahaan dalam mengelola persediaan. Seperti yang ditunjukkan
dalam gambar , jumlah hari penjualan dalam persediaan menurun dari 107,4 ke
99,2 selama tahun 2016. Menunjukkan bahwa manajemen persediaan Matahari
semakin baik. Hal ini sesuai dengan peningkatan perputaran persediaan selama
tahun tersebut
TERIMA KASIH