Anda di halaman 1dari 35

Kelompok 4

Ria Meilina S 170810301078


Mayang Asti 170810301064
Feni Annisa Zen 170810301072
Bab 1

Lingkungan Pemerintahan
Indonesia
A. Akuntansi Pemerintahan dalam
Ilmu Akuntansi

Akuntansi merupakan proses mengenali, mengukur, dan mengkomunikasikan i


nformasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan dan keputusan yang
tepat oleh pemakai informasi dengan menjelaskan tiga karakteristik penting
dari akuntansi, yaitu pengidentifikasian, pengukuran, dan pengomunikasian
informasi keuangan tentang entitas ekonomi kepada pemakai yang
berkepentingan.
Bidang-bidang akuntansi:
1) Akuntansi pemeriksaan
2) Akuntansi biaya
3) Akuntansi manajemen Berdasarkan tujuan pemakaiannya,
4) Akuntansi perpajakan bidang-bidang akuntansi dapat
5) Akuntansi anggaran dikelompokkan
6) Akuntansi internasional menjadi 3 bagian utama:
7) Akuntansi lembaga nirlaba 1) Akuntansi komersial/perusahaan
2) Akuntansi sektor publik
8) Akuntansi pemerintahan
3) Akuntansi sosial

Akuntansi pemerintahan merupakan bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan


dalam pencatatan dan pelaporan transaksi-transaksi yang terjadi di badan
pemerintah
B. Perbandingan Organisasi Pemerintah
dengan Perusahaan

Karakteristik organisasi pemerintah:


1) Pendirian, pembentukan, dan kegiatan organisasi
pemerintahan bukan dengan tujuan mengejar keuntungan
semata
2) Dimiliki secara kolektif oleh rakyat
3) Pihak-pihak yang memberikan sumber keuangan kepada
organisasi pemerintahan tidak harus menerima imbalan l
angsung atau proporsional, baik berupa barang, uang, a
tau jasa
4) Anggota/masyarakat, sadar atau tidak, kadang-kadang d
ipaksa menyetorkan uang, barang, atau jasa
Kesamaan Organisasi Pemerintahan dengan Entitas Bisnis
Lainnya:
1) Menggunakan sumber daya dalam sistem perekonomia
n, baik sumber daya finansial, modal, maupun manusia
2) Menghadapi sumber daya ekonomi yang terbatas untuk
mencapai tujuan-tujuannya
3) Mempunyai pola manajemen keuangan yang sama
4) Mempunyai hasil produk yang sama
Perbedaan Organisasi Pemerintahan dengan
Entitas Bisnis Lainnya:

No. Perbedaan Pemerintahan Komersial


1 Struktur Bersifat birokratis, kaku, dan hirarki fleksibel
organisasi
2 Sifat dari Sulit untuk mengidentifikasi hubungan Timbul hubungan
sumber daya langsung antara pajak yang dibayarkan langsung antara barang
oleh masyarakat dengan jasa dan dan jasa yang diberikan
pelayanan yang diberikan oleh dengan uang yang
pemerintah dibayarkan oleh
konsumen
3 Proses politik Politik turut menentukan arah dan Tidak terlalu dipengaruhi
kebijakan serta penggunaan dana oleh oleh politik
organisasi
No. Perbedaan Pemerintah Komersial
4 Tujuan Memberikan pelayanan kepada Mencapai keuntungan yang
organisasi masyarakat setinggi-tingginya
5 Penggunaan Berfungsi sebagai pengendali Tertutup untuk publik
anggaran utama kegiatan organisasi,
terbuka untuk publik
6 Sumber Pajak, retribusi, penerimaan- Penjualan barang dan jasa
pendanaan penerimaan negara bukan serta setoran pemilik dan
pajak, pinjaman-pinjaman, laba dari akumulasi keuntungan
yang diperoleh perusahaan- yang tidak dibagikan
perusahaan negara, dsb. kepada pemilik
7 Penentuan Harga yang dibebankan hanya Harga yang ditetapkan
Harga dapat digunakan untuk menutup untuk memaksimalkan laba
barang dan sebagian biaya dari harga
jasa pokok barang dan jasa tsb.
Ciri Khas Akuntansi Pemerintahan
Investasi pada aset yang
tidak menghasilkan
pendapatan
A
B Tidak ada pengungkapan
kepemilikan
Tidak ada pengungkapan
laba C
D Penggunaan akuntansi
dana
Tujuan Akuntansi Pemerintahan

Pertanggungjawaban Manajerial
01 memberikan informasi keuangan
yang lengkap, cermat, dalam
02 menyediakan informasi keuangan
yang diperlukan untuk perencanaan,
bentuk dan waktu yang tepat, penganggaran, pelaksanaan,
yang berguna bagi pihak yang pemantauan, pengendalian
bertanggung jawab, terkait unit- anggaran, perumusan kebijakan,
unit pemerintahan. pengambilan
keputusan, dan penilaian kinerja
Pengawasan
03 memungkinkan terselenggaranya
pemeriksaan oleh aparat pengawasan
pemerintah

fungsional secara efektif dan efisien


D. Keuangan Negara dan Perkembangannya
• Menurut Pasal 3 UU Nomor 17 Tahun 1965, keuangan negara adalah segala kekayaan
negara dalam bentuk apapun juga, baik terpisah maupun tidak.

1. Sejarah Keuangan Negara


Pertama kali dibuat oleh pemerintah Hindia Belanda yang bernama Indische
Comptabiliteitswet (ICW) atau UU Perbendaharaan yang ditetapkan pada tahun 1864
dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1967.
ICW telah mengalami beberapa perubahan, antara lain dengan UU Nomor 9 Tahun
1968 tentang Perubahan Tahun Anggaran.

2. Keuangan Negara dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003


UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mendefinisikan keuangan negara
adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala
sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara
berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut.
Keuangan Negara dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 meliputi:
a) Hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan melakukan
pinjaman
b) Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum pemerintahan negara
dan membayar tagihan pihak ketiga
c) Penerimaan negara
d) Pengeluaran negara
e) Penerimaan daerah
f) Pengeluaran daerah
g) Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak lain berupa uang,
surat berharga,piutang, barang, serta hak-hak yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/perusahaan daerah
h) Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan/atau kepentingan umum
i) Kekayaan pihak lain yang diperoleh menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah
Pengertian
Pengertian dan
dan Ruang
Ruang Lingkup
Lingkup Keuangan
Keuangan Negara
Negara
4
4 sisi
sisi pendekatan
pendekatan yang
yang digunakan
digunakan dalam
dalam merumuskan
merumuskan keuangan
keuangan negara
negara adalah
adalah sbb:
sbb:
1)
1) Dari
Dari sisi
sisi objek,
objek, meliputi
meliputi semua
semua hak
hak dan
dan kewajiban
kewajiban negara
negara yang
yang dapat
dapat dinilai
dinilai dengan
dengan uang,
uang,
termasuk
termasuk kebijakan
kebijakan dan
dan kegiatan
kegiatan dalam
dalam bidang
bidang fiskal,
fiskal, moneter,
moneter, dan
dan pengelolaan
pengelolaan kekayaan
kekayaan
negara
negara yang
yang dipisahkan,
dipisahkan, serta
serta segala
segala sesuatu
sesuatu baik
baik berupa
berupa uang
uang maupun
maupun barang
barang yang
yang dapat
dapat
dijadikan
dijadikan milik
milik negara
negara terkait
terkait pelaksanaan
pelaksanaan hak
hak dan
dan kewajiban
kewajiban tersebut.
tersebut.
2)
2) Dari
Dari sisi
sisi subjek,
subjek, meliputi
meliputi seluruh
seluruh objek
objek yang
yang dimiliki
dimiliki negara,
negara, dan/atau
dan/atau dikuasai
dikuasai oleh
oleh
Pemerintah
Pemerintah Pusat,
Pusat, Pemda,
Pemda, Perusahaan
Perusahaan Negara/Daerah,
Negara/Daerah, dandan badan
badan lain
lain yang
yang ada
ada kaitannya
kaitannya
dengan
dengan keuangan
keuangan negara.
negara.
3)
3) Dari
Dari sisi
sisi proses,
proses, mencakup
mencakup seluruh
seluruh rangkaian
rangkaian kegiatanyang
kegiatanyang berkaitan
berkaitan dengan
dengan pengelolaan
pengelolaan
objek,
objek, mulai
mulai dari
dari perumusan
perumusan kebijakan
kebijakan dan
dan pengambilan
pengambilan keputusan,
keputusan, sampai
sampai dengan
dengan
pertanggungjawaban.
pertanggungjawaban.
4)
4) Dari
Dari sisi
sisi tujuan,
tujuan, meliputi
meliputi seluruh
seluruh kebijakan,
kebijakan, kegiatan,
kegiatan, dan
dan hubungan
hubungan hukum
hukum yang
yang berkaitan
berkaitan
dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek dalam rangka penyelenggaraan
dengan pemilikan dan/atau penguasaan objek dalam rangka penyelenggaraan pemerintah pemerintah
negara.
negara.
Asas-asas Umum Pengelolaan Keuangan Negara
Sesuai dengan amanat Pasal 23C UUD 1945, UU tentang Keuangan Negara perlu
menjabarkan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam UUD ke dalam asas-asas umum
seperti asas tahunan, universalitas, asas kesatuan, dan asas spesialitas maupun asas-asas
baru sebagai pencerminan best practices (penerapan kaidah-kaidah yang baik) dalam
pengelolaan keuangan negara, antara lain:
a) Akuntabilitas berorientasi pada hasil
b) Profesionalitas
c) Proporsionalitas
d) Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan negara
e) Pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas dan mandiri
Kekuasaan atas Pengelolaan Keuangan Negara
Untuk membantu presiden menyelenggarakan kekuasaan dalam mengelola keuangan negara,
sebagian kekuasaan tersebut dikuasakan oleh:
a) Menteri keuangan selaku pengelola fiskal
b) Wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan
c) Menteri/pimpinan lembaga selaku pengguna anggaran/pengguna barang kementerian negara/lembaga
yang dipimpinnya

Penyusunan dan Penetapan APBN dan APBD


• UU Nomor 17 Tahun 2003 menyebutkan bahwa belanja negara/daerah diperinci sampai dengan unit
organisasi, program, kegiatan, dan jenis belanja.
• Masalah dalam upaya memperbaiki proses penganggaran di sektor publik adalah penerapan anggaran
berbasis prestasi kerja.
• Selama ini, anggaran belanja pemerintah dikelompokkan atas anggaran belanja rutin dan anggaran belanj
a pembangunan, bertujuan memberikan penekanan pada arti pentingnya pembangunan, dalam
pelaksanaannya telah menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, penumpukan, dan penyimpangan
anggaran.
Pertanggungjawaban Pengelolaan Keuangan Negara
Dalam UU Nomor 17 Tahun 2003 ditetapkan bahwa laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disampaikan berupa laporan
keuangan yang setidaknya terdiri atas:
a) Laporan realisasi anggaran
b) Neraca
c) Laporan arus kas
d) Catatan atas laporan keuangan
Bab 2
Anggaran Pemerintah
A. Konsep Anggaran Pemerintah

• Menurut Freeman (2003) anggaran adalah sebuah


proses yg dilakukan oleh organisasi untuk
mengalokasikan sumber daya yg dimilki untuk
kebutuhan-kebutuhan yg tidak terbatas.
• Anggaran juga dapat diartikan sebagai pernyataan
mengenai estimasi kinerja yg hendak dicapai selama
periode waktu tertentu dalam ukuran finansial
Fungsi anggaran dalam manajemen organisasi sektor publik:
1. Anggaran sebagai alat perencanaan
2. Anggaran sebagai alat pengendalian
3. Anggaran sebagai alat kebijakan
4. Anggaran sebagai alat politik
5. Anggaran sebagai alat koordinasi dan komunikasi
6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja
7. Anggaran sebagai alat motivasi
Siklus Penyusunan Anggaran

Penyusunan Rencana
Anggaran

Pelaporan dan Audit Persetujuan Legislatif

Pelaksanaan
Anggaran
B. PENDEKATAN PENYUSUNAN ANGGARAN PEMERINTAH
1. PENDEKATAN TRADISONAL 2. PENDEKATAN KINERJA

• Terdapat 2 ciri utama dalam • Karakteristik: adanya proses untuk


pendekatan ini: mengklasifikasikan anggaran berdasarkan
kegiatan dan berdasarkan unit organisasi tanpa
1. Cara penyusunan berdasarkan meninggalkan rincian
pos-pos belanja belanja.
2. Menggunakan konsep • Anggaran ini akan memudahkan pihak yang
inkrementalisme berkepentingan untuk melakukan pengukuran
kinerja dengan cara membuat indikator-indikator
• Bertujuan untuk mengendalikan yg relevan.
• Adanya pengukuran kinerja yang lebih realistis
pengeluaran kas dengan lebih baik.
dan proporsional.
• Kelemahan: seringnya aparat pemerintah tidak
mampu merumuskan indikator kinerja yg baik.
3. PENDEKATAN SISTEM PERENCANAAN DAN 4. PENDEKATAN ANGGARAN BERBASIS
PENGANGGARAN TERPADU (PPBS) NOL (ZBB)
• Karakteristik: • Setiap aktivitas atau program yang telah
diadakan di tahun-tahun sebelumnya tidak
1. Mendefinisikan kembali rumusan
secara otomatis dapat dilanjutkan.
perencanaan strategis yang dimiliki • Proses ZBB:
pemerintah untuk diderivikasi dalam 1. Membagi tiap-tiap program dan kegiatan
dalam unit-unit keputusan.
program kegiatan yg bersifat tahunan.
2. Dasar pembagian adalah aktivitas secara
2. Metode perumusan program dan spesifik, jasa spesifik yg diberikan,
kegiatan yg dibuat memungkinkan unit sub unit organisasi, atau aktivitas
pemerintahan melakukan estimasi alternatif yg dilakukan untuk
mencapai tujuan program
biaya-biaya di tahun mendatang karena 3. Memilih cara terbaik untuk menyediakan
adanya kesinambungan atas program dan jasa dengan berdasarkan analisis
kegiatan tersebut. biaya manfaat
4. Menentukan pilihan atas beberapa unit
organisasi sehingga didapat
keputusan tentang berapa banyak jasa yg akan
disediakan
Tahapan dalam PPBS
C. STRUKTUR ANGGARAN PEMERINTAH
Terdapat 2 struktur atau klasifikasi anggaran pemerintah, yaitu klasifikasi ekonomis dan klasifikasi
fungsional.
• Klasifikasi Ekonomi • Klasifikasi Fungsional
1. Kompensasi untuk pegawai 1. Pelayanan umum
2. Belanja barang dan jasa 2. Pertahanan
3. Penggunaan aset tetap 3. Ketertiban umum
4. Bunga 4. Ekonomi
5. Subsidi 5. Lingkungan hidup
6. Hibah 6. Perumahan & fasilitas masyarakat
7. Tunjangan sosial 7. Kesehatan
8. Belanja lain-lain 8. Pariwisata, budaya, dan agama
9. Pendidikan
10. Jaminan sosial
D. Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara
• Ruang lingkup APBN

APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang ditampung dalam


rekening Bendaharawan Umum di bank sentral yaitu Bank Indonesia
.
Beberapa alasan pemerintah membuka rekening khusus di BI / Bank pemerintahan:
• Untuk mengelola pinjaman luar negeri untuk proyek tertentu sebagaimana
diisyaratkan oleh pemberi pinjaman
• Untuk mengadministrasikan dan mengelola dana-dana tertentu (seperti dana
cadangan dan dana penjaminan deposito)
• Untuk mengadministrasikan penerimaan dan pengeluaran lainnya yang perlu
dipisah dari rekening BUN.

Semua penerimaan dan pengeluaran yang telah dimasukkan dalam rekening BUN
merupakan penerimaan dan pengeluaran “on budget”.
• Format APBN
Selama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN menggunakan format T-account. Format ini
dirasakan masih mempunyai kelemahan karena tidak memberikan informasi yang jelas mengenai
pengendalian defisit dan kurang transparan sehingga perlu disempurnakan. Mulai TA 2000
format APBN diubah menjadi I- account, disesuaikan dengan Government Finance Statistics
(GFS).
E. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan
ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD mempunyai fungsi diantaranya:
• Fungsi Otorisasi : APBD menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada
tahun yang bersangkutan.
• Fungsi Perencanaan : APBD menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan
kegiatan pada tahun yang bersangkutan.
• Fungsi Pengawasan : APBD menjadi pedoman untuk menilai apakah kegiatan
penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
• Fungsi Alokasi : APBD diarahkan untuk mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber
daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian.
• Fungsi Distribusi : APBD harus mengandung arti/memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
• Fungsi Stabilisasi : APBD harus mengandung arti/harus menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian.
Struktur APBD merupakan satu kesatuan yang terdiri dari :
1. Pendapatan Daerah, meliputi semua penerimaan uang melalui Rekening Kas Umum Daerah,
yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang
tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah terdiri atas:
• Pendapatan Asli Daerah (PAD), PAD mencakup pajak daerah; retribusi daerah; hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan lain-lain PAD yang sah.
• Dana Perimbangan, mencakup Dana Bagi Hasil (DBH); Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana
Alokasi Khusus (DAK)
• Lain-lain pendapatan daerah yang sah, mencakup hibah; dana darurat; dana bagi hasil pajak
dari provinsi kepada kabupaten/kota; dana penyesuaian
2. Belanja Daerah, meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi
ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan
diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah. Belanja daerah dibagi menjadi 2 kelompok besar:
• Belanja Tidak Langsung, yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan. Kelompok belanja ini terdiri atas hibah; bantuan sosial;
belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan belanja tidak terduga.
• Belanja Langsung, merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan
pelaksanaan program dan kegiatan, terdiri dari: belanja pegawai; belanja barang dan jasa; dan
belanja modal.
3. Pembiayaan daerah, meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
a. Penerimaan pembiayaan mencakup:
• Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya
• Pencairan dana cadangan
• Penerimaan kembali pemberian pinjaman.
• Penerimaan piutang daerah

b. Pengeluaran pembiayaan mencakup:


• Pembentukan dana cadangan
• Penyertaan modal pemerintah daerah
• Pembayaran pokok utang; dan
• Pemberian pinjaman.
F. Proses Penyusunan APBD
1. Penyusunan Kebijakan Umum APBD
Proses penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses
perencanaan. KUA disusun berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang ditetapkan Mendagri
melalui SE Mendagri. Proses penyusunannya diawali dengan pembuatan rancangan awal KUA oleh Tim
Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekda. Rancangan Awal terdiri atas:
a. Target pencapaian kinerja yang terukur dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemda
untuk setiap urusan pemda.
b. Proyeksi pendaoatan daerah, alokasi belanja daerah serta sumber dan penggunaan pembiayaan yang
disertai dengan asumsi yang mendasarinya.
2. Penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara
Selanjutnya berdasarkan KUA yang telah disepakati, pemerintah daerah menyusun rancangan Prioritas dan
Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Rancangan PPAS tersebut disusun dengan tahapan sebagai berikut :
a. menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan pilihan;
b. menentukan urutan program untuk masing-masing urusan; dan
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing-masing program.
3. Penyiapan Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA SKPD
Surat Edaran Kepala Daerah tentang pedoman penyusunan RKA SKPD merupakan dokumen yang
sangat penting bagi SKPD sebelum menyusun RKA. Setidaknya ada 3 dokumen dalam lampiran SE
KDH yang dibutuhkan SKPD dalam penyusunan RKA-nya yaitu:
a. Dokumen KUA, yang memberikan rincian program dan kegiatan per-SKPD
b. Standar Satuan Harga, yang menjadi refrensi dalam penentuan rincian anggaran di RKA.
c. Kode Rekening untuk tahun anggaran bersangkutan.

4. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD


RKA SKPD adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi rencana pendapatan, belanja
serta pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD. RKA SKPD disusun dengan berpedoman pada
Surat Edaran Kepala Daerah tentang Pedoman Penyusunan RKA SKPD.
Dokumen RKA SKPD terdiri atas Rincian Anggaran Pendapatan, Rincian Anggaran Belanja Tidak
Langsung, Rincian Anggaran Belanja Langsung, Rekapitulasi Anggaran Belanja Langsung, Rincian
Penerimaan Pembiayaan Daerah dan Rincian Pengeluaran Pembiayaan Daerah.
5. Penyiapan Rancangan Peraturan Daerah APBD

Selanjutnya, berdasarkan RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD dilakukan pembahasan
penyusunan Raperda oleh TAPD. Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian
antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA, prakiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran sebelumnya,
dan dokumen perencanaan lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran
kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga, standar pelayanan minimal, serta
sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD.

Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian, kepala SKPD melakukan
penyempurnaan yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah
tentang APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD. Rancangan
peraturan daerah tentang APBD dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari: ringkasan APBD;
ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah dan organisasi; rincian APBD menurut
urusan pemerintahan daerah, organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan; rekapitulasi belanja
menurut urusan pemerintahan daerah, organisasi, program dan kegiatan;
6. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah APBD
Kepala daerah menyampaikan Raperda tentang APBD yang telah disetujui bersama
DPRD dan rancangan peraturan Kepala Daerah tentang penjabaran APBD kepada
Gubernur untuk dievaluasi.

Penyampaian paling lama 3 (tiga) hari setelah Raper KDH disusun dan disertai dengan :
a. Persetujuan bersama antara pemda dan DPRD terhadap rancangan peraturan
daerah tentang APBD;
b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan pimpinan DPRD;
c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan peraturan daerah
tentang APBD; dan
d. Nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal penyampaian pengantar nota
keuangan pada sidang DPRD.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai