Anda di halaman 1dari 6

PERMASALAHAN PSIKOLOGI

Kelompok 2 :

 Veronika Reni 152191022 Nina Qurain Aranty


152191026
 Ika Supatmi 152191023 Fatimatus Zahra
152191028
 Miftakhul Janah 152191024 Thoyibatul Islami
152191031
 Liza Andriani 152191025 Baiq Ayu Diah.P
152191030
Jurnal 1
PELINDUNGAN BAGI KELOMPOK BERISIKO GANGGUAN JIWA

 Pada hakikatnya setiap warga negara berhak atas kehidupan yang


layak. Oleh karena itu, setiap orang berhak untuk mendapatkan
pelindungan kesehatan jiwa, baik yang sehat, berisiko maupun Orang
dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).
 Dibutuhkan pencegahan untuk perlindungan terhadap mereka yang
bersiko penting Untuk memutus rantai orang terjadinya Orang dengan
Gangguan Jiwa (ODGJ).
 klasifikasikan 4 kelompok berisiko gangguan jiwa yang harus dijadikan
subjek pelindungan, yaitu berdasarkan usia, kondisi psikososial, kondisi
ancaman, dan kondisi fisik.
 Berdasarkan hasil penelitian di temukan pada kelompok anak beresiko
gangguan jiwa tahun 2012 komisisi nasional perlindungan anak
menerima 2386 pengaduan kasus pelanggaran hak anak baik yang di
terima secara langsung maupun melalui elektronik, Sedangkan di
Gorontalo, 13 kasus psikosis anak ditangani oleh psikiater di Rumah
Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloe Saboe dalam tahun 2011 pada
remaja Riskesdas 2007 menemukan bahwa 8,7% penduduk usia 15-24
tahun menderita gangguan mental emosional dan prevalensi nasional
gangguan mental emosional pada penduduk yang berumur ≥ 15 tahun
adalah 11,6%. Pada lansia Riskesdas 2007 menunjukkan kecenderungan
semakin tua usia responden maka semakin terganggu mental
emosionalnya yaitu 33,7% masyarakat usia 65-74 menderita gangguan
mental emosional.Riskesdas 2007 yang menyebutkan bahwa orang
yang tidak bekerja memiliki prosentase potensi gangguan emosi paling
tinggi dengan 19,6%, sedangkan yang paling rendah gangguannya
adalah pegawai dengan 6,3%.
Mengurangi Risiko Gangguan Kejiwaan

 Meningkatkan pengetahuan, informasi dan pendidikan


 Meningkatkan akses terhadap informasi, layanan pencegahan, dan
layanan kesehatan jiwa lanjutan
 Mengondisikan lingkungan
Jurnal 2
Kisah Anak Jalanan di Garut Ini
Menggetirkan, Tak Diurus Orangtua, Nyaris
 Ramaja putri F (15) yang gagal Bunuh Diri Cimanuk, Kecamatan Garut Kota
bunuh diri di Jembatan
itu tidak mengamen untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk mendapatkan uang, F
seperti anak jalanan lainnya sering bekerja serabutan. Ternyata F sempat tinggal di
panti asuhan.Namun, ia tidak betah dan kabur. Akhirnya, remaja putri itu kembali
menjadi anak jalanan. F yang kabur lalu bergabung dengan teman-temannya di
jalanan. Kini, F sudah ditampung di yayasan anak. Pihak orang tua asuhpun akan terus
memantau F yang dititipkan di yayasan. Pembinaan akan dilakukan agar remaja putri
tersebut tak kembali ke jalanan.Kedua orang tuanya sudah bercerai dan tak ada yang
mengurusnya. F (15), remaja putri yang mencoba bunuh diri di Jembatan Cimanuk,
Kecamatan Garut Kota mengaku frustasi. Ia yang hidup di jalanan mengaku frustrasi
karena sering mendapat perundungan atau bullying dari temannya.lalu ia ditendang
tanpa alasan yang jelas. Aksi perundungan kerap diterima F selama hidup di jalanan. F
sudah setahun tinggal di jalan dan bergaul dengan anak-anak jalanan di Garut. Upaya
bunuh diri itu jadi puncak kekesalannya. Beruntung aksinya keburu ketahuan oleh
warga yang melintas. F kemudian dibawa ke Polsek Garut Kota untuk dan diberi
nasihat.

Anda mungkin juga menyukai