Anda di halaman 1dari 22

HUKUM PERDATA DAN HUKUM DAGANG

 
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Nama NPM
SARI KIRANI 19110134
SEPKRIYANTI YULANDA 19110033
RISKY FAJAR 19110089
 
 
Kelas / Ruangan :
K3-R3C SORE
 
Dosen Pengampu :
IMELDA MARDAYANTI, SH, M.Kn
 
Mata kuliah :
Aspek Hukum Dalam Bisnis
 
Program studi manajemen

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) BINAKARYA


KOTA TEBING TINGGI
TAHUN AJARAN 2019/2020
PENGERTIAN HUKUM PERDATA

Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak


dan kewajiban/kepentingan antar individu
dalam masyarakat. Hukum perdata Indonesia adalah
hukum perdata yang berlaku dan diberlakukan di
Indonesia. Istilah hukum perdata di negara Indonesia
mulanya dari bahasa Belanda “Burgerlik Recht” yang
sumbernya pada Burgerlik Wetboek atau dalam bahasa
Indonesia nya disebut dengan Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata (KUH Perdata).
Jenis hukum perdata material 1
Hukum
Perdata
hukum perdata formal 2
HUKUM PERDATA MENURUT
AHLI
1 2 3Riduan
Wirjono
Prodjodi R. Syahran
koro Subekti i

Mengatakan, bahwa
Mengatakan, bahwa Mengatakan, hukum perdata adalah
hukum perdata adalah bahwa hukum hukum yang mengatur
sebagai hukum yang perdata hubungan hukum
mengatur kepentingan adalah segala antara orang yang
perseorangan hukum satu dengan orang
(pribadi) yang pookok yang lain didalam
berbeda dengan mengatur masyarakat yang
hukum publik sebagai kepentingan- menitikberatkan
hukum hukum yang kepentingan keapda kepentingan
mengatur kepentingan perseorangan perseorangan
DASAR HUKUM BERLAKUNYA HUKUM
PERDATA DAN HUKUM DAGANG

Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 menentukan,


bahwa “Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang
Dasar ini”.

Pasal 1
“Segala badan-badan negara dan peraturan yang ada sampai berdirinya
Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945,selama belum
diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar masih berlaku asal
saja tidak bertentangan dengan Undang-Undang Dasar tersebut”

Pasal 2
“Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal 17 Agustus 1945”.
Dalam penjelasan Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1945 ini disebutkan
bahwa,diadakannya Praturan Pemerintah tersebut adalah untuk lebih
menegaskan berlakunya Pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar
1945.
SEJARAH HUKUM PERDATA

Hukum perdata yang ada di Indonesia, tidak terlepas dari sejarah


hukum perdata Eropa, utamanya di Eropa kontinental berlaku
Hukum Perdata Romawi sebagai hukum asli dari negara di Eropa,
disamping terdapat hukum tertulis dan kebiasaan setempat.
Secara Umum, kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
yang dikenal dengan istilah Bugerlijk Wetboek (BW) adalah
kodifikasi hukum perdata yang disusun di negeri Belanda. Hukum
Perdata Prancis (Code Napoleon). Code Napoleon sendiri disusun
berdasarkan hukum Romawi (Corpus Juris Civilis) yang pada waktu
itu dianggap sebagai hukum yang paling sempurna.
KUH Perdata (BW) berhasil disusun oleh sebuah panitia yang
diketuai oleh Mr. J.M. Kemper dan sebagian besar bersumber dari
Code Napoleon dan bagian yang lain serta kodifisikasi KUH Perdata
selesai pada 5 Juli 1830, namun diberlakukan di negeri Belanda
pada 1 Oktober 1838.
Pada tanggal 31 Oktober 1837 Scholten van Oud Haarlem
diangkat menjadi ketua panitia kodifikasi dengan Mr. A.A. Van
Vloten dan Mr. Meyer masing-masing sebagai anggota. Panitia
tersebut juga belum berhasil. Akhirnya dibentuk panitia baru
yang diketuai Mr. C.J. scholten van Oud Haarlem lagi, tatapi
anggotanya diganti, yaitu Mr. J. Schneither dan Mr. J. Van Nes.
Kodifikasi KUH Perdata (BW) Indonesia diumumkan pada 30
April 1847 melalui Statsblad No. 23, dan mulai berlaku pada 1
Januari 1848. kiranya perlu dicatat bahwa dalam menghasilkan
kodifikasi KUH Perdata (BW) Indonesia ini Scholten dan kawan-
kawannya berkonsultasi dengan J. Van de Vinne, Directueur
Lands Middelen en Nomein.
Pada mulanya hukum perdata Indonesia merupakan ketentuan-
ketentuan pemerintahan Hindia-Belanda yang di berlakukan di
Indonesia (Algemene Bepalingen van Wetgeving/AB).Sesuai
dengan stbll.No.23 tanggal 30 April 1847 yang terdiri dari 36
pasal.
Dengan konkordansi pada tahun 1848 di undangkan KUH perdata
(BW) oleh pemerintah Belanda.Di samping BW berlaku juga
KUHD (WvK) yang di atur dalam stbl.1847 No.23.
Dalam Perspektif sejarah,hukum perdata yang berlaku di
Indonesia terbagi dalam dua periode, yaitu periode sebelum
Indonesia merdeka dan periode setelah Indonesia Merdeka.
Pertama, Sebelum Indonesia merdeka sebagaimana negara
jajahan, maka hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum
bangsa penjajah. Hal yang sama dengan hukum perdata. Hukum
perdata yang di berlakukan bangsa belanda untuk Indonesia
mengalami adopsi dan penjalanan sejarah yang sangat panjang.
Pada tahun 1848,kodifikasi hukum perdata belanda di berlakukan
di Indonesia dengan stbl.1848.Dan Tujuh tahun kemudian,Hukum
perdata di Indonesia kembali di pertegas lagi dengan stbl.1919.
Kedua, Setelah Indonesia merdeka, hukum Perdata yang berlaku
di Indonesia di dasarkan pada pasal II aturan peralihan UUD
1945, yang pada pokoknya menentukan bahwa segala peraturan di
nyatakan masih berlaku sebelum di adakan peraturan baru
menurut UUD termasuk di dalamnya hukum perdata Belanda yang
berlaku di Indonesia.
SUMBER HUKUM PERDATA
Algemene Bepalingen van Wetgeving (AB), yaitu ketentuan umum
pemerintah Hindia Belanda yang diberlakukan di Indonesia. 1
Burgelik Wetboek (BW) atau KUH Perdata, yaitu ketetapan
hukum produk Hindia Belanda yang diberlakukan di Indonesia 2
menurut asas koncordantie.
KUH Dagang atau Wetboek van Koopandhel (WvK), yaitu KUH dagang
yang terdiri dari 754 pasal mencakup buku I (tentang dagang secara 3
umum) dan Buku II (tentang hak dan kewajiban yang muncul dalam
pelayaran).

Undang-Undang No.5 Tahun 1960 yang mengenai Pokok Agraria, UU ini


mencabut sebuah pemberlakuan Buku II KUHP yang berhubungan dengan
hak atas tanah, kecuali hipotek. Secara umum, UU ini mengatur tentang 4
hukum pertanahan yang memiliki landasan pada hukum adat.

Undang-Undang No.1 Tahun 1996 yang mengenai ketetapan pokok


perkawinan
5
Undang-Undang No.4 Tahun 1996 yang mengenai hak
tanggungan terhadap tanah dan juga benda yang 6
berhubungan dengan tanah

Undang-Undang No. 42 Tahun 1996 yang mengenai


jaminan fidusia. 7

Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 yang mengenai


lembaga jaminan simpanan 8

Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 yang mengenai


kompilasi hukum Islam. 9
ASAS HUKUM PERDATA
1
Asas 6 Asas
Kebebasan Keseimbangan 10
Asas
Berkontrak Kepatutan
Asas Asas
2 7 Kepastian
Konsesualisme
Hukum (Asas
11 Asas
Asas pacta sunt
3 Kepribadian
Kepercayaan servada)

Asas
4 8 Asas Moral
Kekuatan 12 Asas I’tikad
Mengikat Baik

Asas
5 9 Asas
Persamaan
Perlindungan
Hukum
MACAM MACAM HUKUM PERDATA

Berdasarkan Ilmu Pengetahuan Hukum Perdata Di


Indonesia dibagi menjadi 4 bagian

1 2 3 4
Hukum HEADIN
Perorangan Hukum Hukum Hukum
G
(Pribadi) Keluarga Kekayaan Waris
MACAM MACAM HUKUM PERDATA

Berdasarkan KUH Perdata Hukum Perdata Di Indonesia


dibagi dalam 4 buku

Buk Buku II Buk


Buku
uI III u IV

Tentang Tentang Tentang Tentang


Orang(van Kebendaan ( van Perikatan(van Daluarsa dan
persoonen); zaken ) , HEADIN
Pembuktian(van
verbintennisen) G
mengatur mengantur ; mengatur bewijs en
tentang tentang hukum tentang hukum verjaring);
hukum benda , yaitu perikatan (atau mengatur hak
perseorangan hukum yang kadang disebut dan kewajiban
dan hukum mengatur hak juga perjanjian subyek hukum
keluarga dan kewajiban
CONTOH HUKUM PERDATA
Didalam suatu keluarga mempunyai harta benda yang
akan diwariskan saat ketika ajal menjemput?meninggal,
ayah merupakan kepala rumah tangga yang kelak akan
mewariskan harta benda nya kepada anak-anak nya
ketika meninggal kelak. dari keinginan itu pasti akan
menuliskan sebuah surat wasiat warisan. Ketika sudah
meninggal terjadi selisih paham ketika pembagian
warisan terjadi lah selisih paham antara anak anak nya
yang menerima warisan tersebut, dari situ lah berujung
pelaporan salah satu anak tersebut melaporkan kepada
pihak yang berwenang tentang perselisihan tentang
warisan. contoh kasus tersebut salah satu kasus
perdata tentang warisan.
PENGERTIAN HUKUM
DAGANG
Hukum dagang ialah hukum yang mengatur
tingkah laku manusia yang turut melakukan
perdagangan untuk memperoleh keuntungan.
Atau hukum yang mengatur hubungan hukum
antara manusia dan badan-badan hukum satu
sama lainnya dalam lapangan perdagangan.
Hukum dagang juga bisa dikatakan hukum
perdata khusus bagi kaum pedagang.
Hukum dagang, pada mulanya merupakan
hukum yang mempunyai sangkut paut dengan
masalah – masalah dagang yang dimasukkan
dalam Hukum Perdata, akan tetapi karena
sangat luas, maka dilakukanlah pemisahan
dan dihimpun dalam Kitab Undang –
UndangDagang (KUHD). 15
Sejarah Hukum Dagang
Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata.
Namun, seiring berjalannya waktu hukum dagang
mengkodifikasi(mengumpulkan) aturan-aturan hukumnya
sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
( KUHD ) yang sekarang telah berdiri sendiri atau terpisah
dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHPer ).
Pada akhir abad ke-19, Prof. Molengraaff merencanakan suatu
Undang-Undang Kepailitan yang akan menggantikan Buku III
dari KUHD Nederland. Rancangan Molengraaff ini kemudian
berhasil dijadikan Undang-Undang Kepailitan tahun 1893
(berlaku pada 1896).Dan berdasarkan asas Konkordansi pula,
perubahan ini diadakan juga di Indonesia pada tahun 1906.
Pada tahun 1906 itulah Kitab III KUHD Indonesia diganti
dengan Peraturan Kepailitan yang berdiri sendiri (di luar
KUHD); sehingga semenjak tahun 1906 KUHD Indonesia
hanya terdiri atas dua Kitab saja, yakni: “Tentang Dagang
Umumnya” dan Kitab II berjudul “Tentang Hak-hak dan
Kewajiban-kewajiban yang Tertib dari Pelayaran”.
Sumber Hukum Dagang
1 2 3 4 5 6
Kitab Kitab Peratu
Perjanjia Perjanjia
Undang Undang ran
n yang n yang
- Undang Perund
Kebias dibuat dibuat
Undang Hukum ang- aan
para para
Hukum Perdata Undan
pihak pihak
Pidana (KUH gan
(KUHD) Perdata
)
Ruang Lingkup Hukum Dagang

Penanaman
Kontrak Jaminan
Modal Anti Perpajakan.
Bisnis. Hutang.
Asing. Monopoli Penyelesaan
Jual beli. Surat
Kepailitan Perlindungan Sengketa
Bentuk- Berharga.
dan Konsumen. Bisnis.
bentuk Perburuan
Likuidasi. Keagenan Bisnis
Perusahaa Hak atas
. Merger dan dan Internasional.
n. Kekayaan
Akuisisi. Distribusi. Hukum
Perusahaa Intelaktual
Perkreditan Asuransi Pengangkutan
n Go
dan (Darat, Laut,
Public dan
Pembiayaan. Udara dan
Pasar
Multimoda).
Modal.
KEDUDUKAN HUKUM DAGANG
Dengan semakin Pesatnya perkembangan Hukum Dagang yang
kian meningkat tersebut memicu berbagai pihak untuk
menciptakan sebuah pengaturan yang tepat supaya dapat
mengikuti perkembangan dagang yang sangat dinamis hingga
pada akhirnya terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang.
Tapi  terdapat pihak yang berpendapat bahwa sekarang ini
KUH Dagang dan KUH Sipil sudah tidak tepat pada
tempatnya. Hal tersebut disebabkan karena hukum dagang
relatif sama dengan hukum perdata. Terlebih lagi bila
ditelisik lebih dalam, dagang bukanlah suatu pengertian
hukum melainkan pengertian yang berasal dari perekonimian.
CONTOH HUKUM DAGANG
Ada seorang pengusaha sepatu lokal yang
memberi nama produk yang mereka hasilkan
dengan nama merek terkenal. Hal tersebut
dilakukan untuk mendongkrak angka
penjualan karena merek tersebut
sebenarnya yaitu sebuah brand internasional
yang sudah sangat terkenal.
Mungkin memang sepatu produk lokal
tersebut akan lebih laku tapi bila hal
tersebut terendus oleh pihak perusahaan
resmi merek tersebut maka pengusaha lokal
tersebut dapat dikenai sangsi pidana dan
jelas melanggar pasal 90 undang-undang
nomor 15 tahun 2001 tentang merk. Jadi
lebih menciptakan produk dan menciptakan
brand baru yaitu jauh lebih baik
dibandingkan harus berurusan dengan hukum. 20
HUBUNGAN HUKUM PERDATA DAN
HUKUM DAGANG
Adagium ini dirumuskan dalam Pasal 1 KUHD yang berbunyi :
”Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, seberapa jauh dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus diadakan penyimpangan-
penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung dalam
KUHD.”
Artinya apabila terjadi perbuatan hukum dalam bidang hukum
perdata, maka KUHPerdata diterapkan pada perbuatan tersebut,
dengan catatan KUHD tidak mengatur secara khusus untuk perbuatan
hukum tersebut. Dan sebaliknya apabila atas perbuatan hukum itu
tidak diatur atau tidak dijumpai peraturannya dalam KUHPerdata,
maka KUHD harus dipakai (diterapkan) untuk menjadi acuan
peraturan mengenai perbuatan hukum tersebut.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai