TERHADAP KONSUMEN
JASA KEUANGAN
Kelompok 11
Rohmad Krismanto (11160480000022)
Dina Oktavia (11160480000026)
Rizal Habibunnajar (11160490000069)
Kedudukan Nasabah Menurut UU Perbankan
3. Nasabah penerima fasilitas adalah nasabah yang memperoleh fasilitas dana atau yang
dipersamakan dengan itu, berdasarkan prinsip syariah.
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan oleh seorang nasabah dalam hubungannya
dengan sebuah bank adalah sebagai berikut:
1. Menilai kewajaran terhadap tingkat suku bunga produk tabungan dan deposito, yang
dikaitkan dengan tingkat suku bunga pasar yang umumnya berlaku. Apabila tingkat suku
bunga tinggi produk tabungan dan deposito terlalu tinggi bila dibandingkan dengan
tingkat suku bunga pasar pada umumnya, maka semakin besar resiko yang harus dipikul
oleh seorang nasabah.
2. Nasabah harus menilai akan kemampuan bank tersebut dalam mencetak laba setelah
kena pajak selama 2 tahun berturut-turut. Laba tersebut harus merupakan laba yang
didapat dalam pendapat bank, bukan dari penjualan aktiva bank tersebut.
3. Nasabah juga harus memperhatikan ekspansi kredit yang dilakukan bank tersebut, juga
harus dengan net interest margin (selisih antara pendapatan dan biaya bunga). Artinya
bila ekspansi kreditnya tinggi dan NIMnya rendah, berarti bank tersebut dalam kondisi
yang tidak baik, begitu sebaliknya.
4. Nasabah juga harus memerhatikan loan deposit ratio (perbandingan antara
peminjam yang diberikan sebelum dikurangi perselisihan piutang ragu-ragu dan
sumber dana pihak ketiga). LDR yang baik sesuai dengan ketentuan Bank
Indonesia, yakni antara 70 – 80%. Bila LDR-nya lebih dari 110% berarti bank
tersebut kurang baik.
5. Lihat pula apakah dana pihak ketiga yang ditempatkan oleh bank tersebut
Hubungan hukum antara bank dan nasabah penyimpan dana Hubungan hukum antara bank dan nasabah
debitur
Artinya bank menempatkan dirinya sebagai peminjam Artinya bank sebagai lembaga
dana milik masyarakat (para penanam dana). Bentuk penyedia dana bagi para debiturnya.
hubungan hukum anatara bank dan nasabah penyimpan Bentuknya dapat berupa kredit, seperti
dana dapat terlihat dari hubungan hukum yang muncul dari kredit modal kerja, kredit investasi, atau
produk-produk perbankan, seperti deposito, tabungan, giro
dan sebagainya. Bentuk hubungan hukum itu dapat tertuang kredit usaha kecil
dalam bentuk peraturan bank yang bersangkutan dan syarat-
syarat umum yang harus dipatuhi oleh setiap nasabah
penyimpan dana. Syarat-syarat tersebut harus disesuaikan
dengan produk perbankan yang ada, karena syarat suatu
produk perbankan tidak akan sama dengan syarat dari
produk perbankan yang lain, dalam produk perbankan seperti
tabungan dan deposito, maka ketentuan-ketentuan dan
syarat-syarat umum yang berlaku adalah ketentuan-
ketentuan dan syarat-syarat umum hubungan rekening
deposito dan rekening tabungan
Perlindungan Konsumen Jasa Keuangan Menurut UU Nomor
21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan
Pasal 28 Undang-Undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, mengatur
mengenai perlindungan konsumen dan masyarakat Otoritas Jasa Keuangan berwenang
melakukan tindakan pencegahan kerugian konsumen dan masyarakat yang meliputi :
1. Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat atas karakteristik sektor jasa
keuangan, layanan, dan produknya;
2. Meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk menghentikan kegiatannya apabila kegiatan
tersebut berpotensi merugikan masyarakat; dan
3. Tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di sektor jasa keuangan
Selain upaya pencegahan pelanggaran, dalam Pasal 29 Undang-Undang No. 21
Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, terdapat beberapa instrument untuk
pelayanan pengaduan konsumen atas pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku
usaha, yakni meliputi:
1. Menyiapkan perangkat yang memadai untuk pelayanan pengaduan konsumen yang
dirugikan oleh pelaku di lembaga jasa keuangan.
2. Membuat mekanisme pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di lembaga
jasa keuangan; dan
3) Ganti kerugian sebagaimana dimaksud ayat 1 huruf b angka 2 hanya digunakan untuk pembayaran
ganti kerugian kepada pihak yang dirugikan
Penyelesaian Sengketa melalui Inernal Dispute Rosolution
menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) No. 1 Tahun
2013 dan POJK No. 1 Tahun 2014
Latar Belakang Lahirnya POJK Pertama
POJK No.1/POJK.07/2013
5 prinsip dalam menangani masalah konsumen
Transparansi
penanganan
perlakuan pengaduan serta
yang adil penyelesaian
sengketa
kerahasiaan
dan keamanan
keandalan data/informasi
konsumen
Tujuan Lahirnya POJK No.1/POJK.07/2013