Referat Konjungtivitis Terfix
Referat Konjungtivitis Terfix
KONJUNGTIVITIS
Irma Putri Hariyani 21804101017
Lina Budiarti 21804101018
Elva Maulidya 21804101019
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan maupun sumber
pustaka praktis sebagai dasar untuk melakukan manajemen diagnosa dari kasus
konjungtivitis dalam praktek klinis sehari-hari.
TINJAUAN
PUSTAKA
ANATOMI
VASKULARISASI
PERSARAFAN
HISTOLOGI
Secara histologis, konjungtiva terdiri atas lapisan :
Lapisan epitel konjungtiva, terdiri dari 2-5 lapisan
sel epitel silinder bertingkat, superficial dan basal.
Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas
karankula, dan di dekat persambungan mukokutan
pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel
skuamosa.
Sel epitel supercial, mengandung sel goblet bulat
atau oval yang mensekresi mukus. Sel epitel basal
berwarna lebih pekat daripada sel superficial.
Lapisan adenoid
mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung
struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid mulai
berkembang saat usia > 2 atau 3 bulan.
Lapisan fibrosa
Tersusun dari connective tissue yang melekat pada lempeng tarsus. Terdapat
kelenjar air mata asesori (kelenjar krause dan wolfring), yang struktur dan
fungsinya mirip kelenjar lakrimal. Sebagian besar kelenjar krause berada di
forniks atas. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas
FISIOLOGI
Epitel konjungtiva memiliki
beberapa fungsi. Selain menjadi
barier fisik, sel goblet konjungtiva
mengeluarkan musin, yang
membentuk bagian dari lapisan air
mata. Hal ini memungkinkan
permukaan mata untuk
mempertahankan kelembaban.
Konjungtiva juga memiliki beberapa
sel imun yang membantu pertahanan
permukaan mata (Shumway dan
Wade, 2018).
Terdapat banyak sel langerhans, sel dendritik dan
makrofag yang berperan sebagai APC. Konjungtiva juga
memiliki struktur khusus untuk memproses antigen secara
terlokalisir (Peyer’s patches atau tonsil) dan sel efektor
(sel T intraepitelial dan sel mast).
Mikroorganisme masuk ke dalam tubuh dengan cara adhesi, evasi, dan invasi. Adhesi
adalah penempelan molekul mikroorganisme ke epitel mata yang dimediasi oleh protein
permukaan mikroorganisme. Evasi adalah upaya mikroorganisme untuk menembus
pertahanan sistem imun. Hampir semua mikroorganisme hanya menginvasi bila terdapat
kerusakan epitel.
Pada infeksi virus, adhesi sekaligus memfasilitasi proses invasi,
melalui interaksi molekul virus dengan sel hospes, seperti interaksi
kapsul adenovirus dengan integrin sel hospes yang menyebabkan
proses endositosis virus oleh sel. Mikroorganisme juga dapat bertahan
melewati sistem pertahanan tubuh dan bereplikasi seperti pada infeksi
HSV, virus varisela serta herpes zoster namun sebagian besar infeksi
lainnya dapat dieradikasi oleh sistem imun tubuh (Cantor et al. 2014)
PENEGAKAN DIAGNOSA
• Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik.
Infeksi virus biasanya menyerang satu mata kemudian menyebar ke
mata yang lain dalam kurun waktu beberapa hari, biasanya disertai
mata merah, pembesaran kelenjar limfe dan edema palpebra. Tajam
penglihatan dapat terganggu karena sekret mata (Chrisyanti et al. 2011;
Leibowitz, 2000).
• Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium (antigen) untuk adenovirus
kultur sekret konjungtiva (tiga hari menunda terapi) (Khurana,
2007; Lambert, 2017; Sendrowski et al. 2016).
KLASIFIKASI
Akut Kronis
• Pharyngoconjunctival Fever • Blefarokonjungtivitis Molluskum
• Keratokonjungtivitis Epidemika Kontagiosum
• Konjungtivitis Virus Herpes Simpleks • Blefarokonjungtivitis Varisela-Zoster
• Konjungtivitis Newcastle • Keratokonjungtivitis Morbilli/
• Konjungtivitis Hemoragik Akut Keratokonjungtivitis Campak
• Demam Faringokonjungtival/ Pharyngoconjunctival Fever
Penularan
adenovirus tipe 3, 4, 7
berklor rendah
Manifestasi klinis
Merupakan sebuah nodul molluscum pada tepian atau kulit palpebra dan alis
mata yang dapat menimbulkan konjungtivitis folikular kronik unilateral,
keratitis superior, dan pannus superior (Paul & John., 2009; Sitompul, 2017)
Ciri khas pada konjungtivitis jenis ini yaitu memiliki lesi bulat,
berombak, putih-mutiara, non-inflamatorik dengan bagian pusat yang
melekuk (Paul & John., 2009; Sitompul, 2017).
Terapi yang dapat diberikan yaitu, acyclovir oral dosis tinggi (800 mg
per oral 5x sehari selama 10 hari), jika diberi pada awal perjalanan
penyakit, kemungkinan akan mengurangi dan menghambat keparahan
penyakit (Azari, 2013; Khurana, 2007; Paul & John., 2009; Tsai et al.
2011).
• Keratokonjungtivitis Morbili
Keradangan pada kornea dan konjungtiva.
Chlamydia trachomatis
Staphylococcus aureus
Haemophilus influenzae
Neonates
Streptococcus pneumoniae
H. influenzae
S. pneumoniae
Children
S. aureus
S. aureus
Coagulase-negative Staphylococci
H. influenzae
Adults S. pneumoni
Moraxella species
Konjungtivitis bakteri akut
konjungtivitis yang berlangsung kurang dari 3 minggu.
S. aureus, Staphylococcus epidermidis, H. influenzae, Streptococcus pneumoniae, Streptococus viridans, Moraxella catarrhalis dan bakteri gram negative dari usus
kemerahan, rasa mengganjal, perih dan timbul secret mukopurulent, pada saat bangun tidur kelopak mata sering lengket dan susah untuk membuka mata,
hiperemi konjungtiva difus
Gambaran klinis konjungtivitis
bakteri
kemerahan
Sekret
mukopurulent
PENULARAN
PENGOBATAN
• Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa
diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, sedangkan jika
diobati memadai berlangsung 1-3 hari
• Antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisisn,
kloramfenicol, tobramisisn, eritromisisn, dan sulfa
Trakoma
keradangan konjungtiva yang akut, sub akut atau kronis yang
disebabkan oleh Chlamidia trachomatis
• Gejalanya yaitu bola mata sakit dan pegal; mata mengeluarkan belek
atau kotor dalam bentuk purulen atau mukoid, dan mukopurulen
tergantung penyebabnya; konjungtiva hiperemi dan kemotik, dengan
kelopak mata biasanya bengkak
Pada orang dewasa terdapat 3 stadium yaitu penyakit infiltratif,
supuratif dan penyambuhan
• Stadium penyakit infiltratif : ditemukan kelopak dan konjungtiva kaku
disertai rasa sakit pada perabaan. Kelopak mata membengkak dan
kaku sehingga sulit dibuka. Terdapat pseudomembran pada
konjungtiva tarsal superior serta konjungtiva bulbi merah, kemotik,
dan menebal
• Supuratif : sekret yang sangat kental.
• penyembuhan
• Diagnosa pasti penyakit ini adalah pemeriksaan sekret dengan
pewarnaan metylen blue dimana akan terlihat diplokokus didalam sel
leukosit. Dengan pewarnaan gram akan terdapat sel intraseluler atau
ekstraseluler dengan sifat gram negatif
Pengobatan
• Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penisilin salep dan
suntikan, pada bayi diberikan 50.000 IU/KgBB selama 7 hari dan
kloramphenicol tetes mata (0,5-1,0%)
• Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (air hangat)
atau dengan garam fisiologik setiap ¼ jam
Konjungtivitis Angular Konjungtiva Mukopurulen
• Konjungtivitis angular terutama • Konjungtivitis mukopurulen
didapatkan didaerah kantus merupakan konjungtivitis dengan
interpalpebra, disertai ekskoriasi kulit gejala umum konjungtivitis kataral
disekitar daerah meradang. ukoid. Penyebabnya adalah
Konjungtivitis angular disebabkan oleh Streptococus pneumoniae atau basil
basil Moraxella axenfeld. Pada Koch Weeks. Penyakit ini ditandai
konjungtivitis angular terdapat sekret dengan hiperemia konjungtiva dengan
mukopurulent dan pasien sering sekret mukopurulen yang
mengedip. Pengobatan yang sering mengakibatkan kedua kelopak melekat
diberikan adalah tetrasiklin atau terutama pada waktu bangun pagi
basitrasin.
KONJUNGTIVITIS
ALERGI
DEFINISI
Konjungtivitis alergi adalah peradangan
konjungtiva yang disebabkan oleh reaksi alergi
atau hipersensitivitas. Konjungtivitis alergi
biasanya terjadi pada seseorang yang memiliki
riwayat atopi
Konjungtivitis alergi merupakan reaksi antibody humoral yang dimediasi oleh IgE
terhadap alergen, biasanya terjadi pada individu dengan riwayat atopi. Pada konjungtivitis
alergi umumnya terjadi reaksi hipersensitivitas tipe 1 (tipe cepat) yang berlaku apabila
individu yang sudah tersentisisasi sebelumnya berkontak dengan antigen yang spesifik.
GATAL VASODILATASI PENINGKATAN
PRODUKSI
CAIRAN
Ketika histamin dilepaskan oleh sel mast. Histamin akan berikatan dengan
reseptor H1 pada ujung saraf dan menyebabkan gejala pada mata berupa gatal.
Histamin juga akan akan berikatan dengan reseptor H1 dan H2 pada pembuluh
darah konjungtiva dan menyebabkan vasodlatasi.
Sitokin yang dipicu oleh sel mast seperti chemokin, interleukin IL-8 terlibat
dalam memicu netrofil. Sitokin TH2 seperti IL-5 akan memicu eosinofil dan
IL-4, IL-6,IL-13 yang akan memicu peningkatan sensitivitas
KONJUNGTIVITIS
SIMPLEKS
Merupakan konjungtivitis alergi ringan yang
berkarakteristik gatal, hiperemis, dan respon papillar
yang ringan (Konjuntivitis hay fever, Seasoanal
allergic conjuntivitis (SAC), Perennial allergic
conjunyivitis (PAC).