Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

OTONOMI DAERAH

DISUSUN OLEH:
 MARISA YUSRO ASRI (1914301069)
 ALFIATURAHMI (19143010
 FEBRY ANI CESARIA (19143010
 SRI WAHYUNI LUBIS (19143010
 VERONICA ANGGRAINI (19143010
 YENNI NUR JAMIL AZIZAH (19143010
 MUHAMMAD LUTHFAN (19143010
 Pengertian Otonomi Daerah
Otonomi Daerah adalah penyerahan kewenangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi
urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan
aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan
Republik Indonesia. dengan adanya desentralisasi maka
muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah.
 Latar Belakang Otonomi Daerah
Latar belakang otonomi daerah di Indonesia berdasarkan beberapa referensi dapat dilihat dari 2 aspek, yaitu aspek
internal yakni kondisi yang terdapat dalam negara Indonesia yang mendorong penerapan otonomi daerah di Indonesia dan aspek
eksternal yakni faktor dari luar negara Indonesia yang mendorong dan mempercepat implementasi otonomi daerah di Indonesia.
 Latar belakang otonomi daerah secara internal, timbul sebagai tuntutan atas buruknya pelaksanaan mesin pemerintahan yang
dilaksanakan secara sentralistik.
 Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah
 Tujuan Otonomi Daerah
 Dibawah ini merupakan tujauan dari dilakukannya Otonomi Daerah diantaranya sebagai berikut :
 Keadilan Nasional
 Mendorong pemberdayaan masyarakat.
 Menjaga hubungan baik diantara pusat dengan daerah, antar pusat, dan juga antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI.
 Pemerataan wilayah daerah.
 Guna mengembangkan kehidupan yang demokrasi.
 Guna mengembangkan peran serta juga fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
 Guna meningkatkan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
 Guna meningkatkan peran masyarakat didalam menumbuhkan prakarsa serta juga kreativitas.
 Tujuan Otonomi Daerah Secara Konsteptual
Sedangkan Apabila ditinjau dengan secara konsteptual, tujuan dari Otonomi Daerah ini diantaranya
untuk :
 Tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah ialah upaya untuk dalam mewujudkan demokratisasi politik
dengan melalui partai politik dan juga DPRD.
 Tujuan administratif dalam pelaksanaan otonomi daerah ini ialah adanya pembagian urusan pemerintahan antara
pusat dengan daerah, termasuk pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah, dan juga sumber
keuangan.
 Tujuan ekonomi dalam pelaksanaan otonomi daerah ialah terwujudnya peningkatan indeks pembangunan
manusia ialah sebagai sarana peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
 Prinsip Otonomi Daerah
Prinsip-prinsip Otonomi Daerah ini diantaranya ialah sebagai berikut :
 Prinsip Otonomi Seluas-luasnya
 Dalam Otonomi daerah, daerah diberikan kebebasan didalam mengurus dan juga dalam mengatur berbagai urusan
pemerintahan yang melingkup kewenangan pada seluruh bidang pemerintahan, kecuali pada kebebasan terhadap
bidang politik luar negeri, keamanan, moneter, peradilan, agama, keamanan, dan juga fiskal nasional.
 Prinsip Otonomi Nyata
 Prinsip Otonomi Nyata ini maksudnya ialah daerah diberikan kebebasan didalam menangani berbagai urusan
pemerintahan itu dengan berdasarkan tugas, wewenang, dan juga kewajiban yang senyatanya telah ada serta
berpotensi dapat tumbuh, hidup, berkembang serta sesuai dengan potensi yang ada dan juga ciri khas daerah.
 Prinsip Otonomi yang Bertanggung Jawab
 Prinsip otonomi yang dalam sistem penyelenggaraannya itu harus sejalan dengan tujuan yang ada serta maksud
dari pemberian otonomi, yang pada dasarnya ini guna untuk memberdayakan daerahnya masing-masing termasuk
dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat.
 Pedoman pemerintahan itu diatur Pasal 20 UU No. 32 Tahun 2004. Suatu penyelenggaraan pemerintahan yang
berpedoman pada asas-asas umum di dalam suatu penyelenggaraan negara itu terdiri diantaranya sebagai berikut :
 Asas-asas Otonomi Daerah
 Dibawah ini merupakan asas-asas yang digunakan didalam Otonomi Daerah yang
terkadung dan diatur pada Pasal 20 UU No.32 Tahun 2004:
 Asas kepastian hukum
 Asas kepastian hukum omo merupakan asas yang lebih mengutamakan pada
landasan peraturan perundang-undangan serta juga keadilan dalam kebijakan
penyelenggara negara.
 Asas tertib penyelenggara
 Asas tertib penyelenggara ini merupakan asas yang menjadi landasan keteraturan,
keseimbangan, dan juga keserasian dalam pengendalian penyelenggara negara.
 Asas kepentingan umum
 Asas kepentingan umum ini ialah asas yang lebih mengutamakan kesejahteraan
umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif, serta juga  selektif.
 Asas keterbukaan
 Yang dimaksud dengan asas keterbukaan ini ialah yang membuka diri terhadap hak-hak masyarakat supaya
memperoleh berbagai informasi yang benar, nyata, jujur, dan juga tidak diskriminatif mengenai atau tentang
penyelenggara negara dan juga masih tetap memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi, golongan, dan
juga rahasia negara.
 Asas proporsinalitas
 Asas proporsinalitas ini merupakan asas yang lebih mementingkan keseimbangan hak serta juga kewajiban
 Asas profesionalitas
 Pada Asas profesionalitas ini lebih mengutamakan pada keadilan dengan berlandaskan kode etik dan juga
berbagai ketentuan peraturan perundang-undangan yang masih berlaku.
 Asas akuntabilitas
 Asas akuntabilitas ini merupakan asas yang menentukan tiap-tiap kegiatan atau aktivitas dan juga hasil akhir
dari suatu aktivitas penyelenggara negara itu harus dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat ialah sebagai
pemegang kedaulatan yang tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Asas efisiensi dan efektifitas
 Fungsi dari asas efisiensi serta efektifitas ini ialah untuk dapat menjamin terselenggaranya kepada masyarakat
menggunakan sumber daya yang tersedia dengan secara optimal dan juga bertanggung jawab.
 Model Desentralisasi Otonomi Daerah
Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan
aspirasi dari rakyatnya dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. dengan adanya
desentralisasi maka muncullan otonomi bagi suatu pemerintahan daerah. Desentralisasi
sebenarnya adalah istilah dalam keorganisasian yang secara sederhana di definisikan sebagai
penyerahan kewenangan.
Desentralisasi juga dapat diartikan sebagai pengalihan tanggung
jawab, kewenangan, dan sumber-sumber daya (dana, manusia dll) dari
pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Dasar pemikiran yang
melatarbelakanginya adalah keinginan untuk memindahkan pengambilan
keputusan untuk lebih dekat dengan mereka yang merasakan langsung
pengaruh program dan pelayanan yang dirancang dan dilaksanakan oleh
pemerintah
 Implementasi otonomi Daerah
Semenjak awal kemerdekaan sampai sekarang telah terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang kebijakan Otonomi Daerah. UU 1/1945 menganut sistem otonomi daerah rumah tangga formil. UU
22/1948 memberikan hak otonomi dan medebewind yang seluas-luasnya kepada Daerah. Selanjutnya UU 1/1957
menganut sistem otonomi ril yang seluas-luasnya. Kemudian UU 5/1974 menganut prinsip otonomi daerah yang
nyata dan bertanggung. UU 22/1999 menganut prinsip otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab.
Sedangkan saat ini di bawah UU 32/2004 dianut prinsip otonomi seluas – luasnya, nyata dan bertanggung jawab.
 Kajian Kasus untuk otonomi Daerah
a. Permasalahan Dalam Otonomi Daerah Di Indonesia
Sejak diberlakukannya paket UU mengenai Otonomi Daerah, banyak orang sering
membicarakan aspek positifnya. Memang tidak disangkal lagi, bahwa otonomi daerah
membawa perubahan positif di daerah dalam hal kewenangan daerah untuk mengatur diri
sendiri. Kewenangan ini menjadi sebuah impian karena sistem pemerintahan yang
sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai pelaku pembangunan yang tidak begitu
penting atau pinggiran.
 Masalah-masalah tersebut antara lain :
 Adanya eksploitasi Pendapatan Daerah 
 Pemahaman terhadap konsep desentralisasi dan otonomi daerah yang belum mantap
 Penyediaan aturan pelaksanaan otonomi daerah yang belum memadai
 Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang sepenuhnya pelaksanaan otonomi daerah
 Korupsi di Daerah
 Adanya potensi munculnya konflik antar daerah
 Permasalahan tersebut dibahas lebih lanjut sebagai berikut :

Adanya eksploitasi Pendapatan Daerah


 Salah satu konsekuensi otonomi adalah kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengelolaan
keuangannya, mulai dari proses pengumpulan pendapatan sampai pada alokasi pemanfaatan pendapatan
daerah tersebut.
Korupsi di Daerah
Fenomena lain yang sejak lama menjadi kekhawatiran banyak kalangan berkaitan dengan
implementasi otonomi daerah adalah bergesernya praktik korupsi dari pusat ke daerah.
 Berikut ini beberapa modus korupsi di daerah:
 Korupsi Pengadaan Barang
 Modus :
 a. Penggelembungan (mark up) nilai barang dan jasa dari harga pasar.
 b. Kolusi dengan kontraktor dalam proses tender.
 Penghapusan barang inventaris dan aset negara (tanah)
 Modus :
 a. Memboyong inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
 b. Menjual inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
 Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan pangkat, pengurusan
 pensiun dan sebagainya.
 Modus : Memungut biaya tambahan di luar ketentuan resmi.
 Pemotongan uang bantuan sosial dan subsidi (sekolah, rumah ibadah, panti
 asuhan dan jompo)
 Modus :
 a. Pemotongan dana bantuan sosial
 b. Biasanya dilakukan secara bertingkat (setiap meja).
 Bantuan fiktif
 Modus : Membuat surat permohonan fiktif seolah-olah ada bantuan dari pemerintah ke pihak luar.
 Penyelewengan dana proyek
 Modus : a. Mengambil dana proyek pemerintah di luar ketentuan resmi.
 b. Memotong dana proyek tanpa sepengtahuan orang lain.
 . Penyelesaian permasalahan otonomi daerah di Indonesia
Pada intinya, masalah – masalah tersebut seterusnya akan menjadi persoalan tersendiri,
terlepas dari keberhasilan implementasi otonomi daerah. Pilihan kebijakan yang tidak populer
melalui intensifikasi pajak dan perilaku koruptif pejabat daerah sebenarnya sudah ada sejak lama
dan akan terus berlangsung.
Untuk menyiasati beratnya beban anggaran, pemerintah daerah semestinya bisa
menempuh jalan alternatif, selain intensifikasi pungutan yang cenderung membebani rakyat dan
menjadi disinsentif bagi perekonomian daerah, yaitu (1) efisiensi anggaran, dan (2) revitalisasi
perusahaan daerah. Saya sepenuhnya yakin bahwa banyak pemerintah daerah mengetahui
alternatif ini. Akan tetapi, jika keduanya bukan menjadi prioritas pilihan kebijakan maka
pemerintah pasti punya alasan lain.
 Membuat masterplan pembangunan nasional untuk membuat sinergi Pembangunan di daerah. Agar menjadi
landasan pembangunan di daerah dan membuat pemerataan pembangunan antar daerah.
 Memperkuat peranan daerah untuk meningkatkan rasa nasionalisme dengan mengadakan kegiatan menanaman
nasionalisme seperti kewajiban mengibarkan bendera merah putih.
  Melakukan pembatasan anggaran kampanye karena menurut penelitian korupsi yang dilakukan kepala daerah
akibat pemilihan umum berbiaya tinggi membuat kepala daerah melakukan korupsi.
  Melakukan pengawasan Perda agar sinergi dan tidak menyimpang dengan peraturan diatasnya yang lebih tinggi.
 Melarang anggota keluarga kepala daerah untuk maju dalam pemilihan daerah untuk mencegah pembentukan
dinasti politik.
 Meningkatkan kontrol terhadap pembangunan di daerah dengan memilih mendagri yang berkapabilitas untuk
mengawasi pembangunan di daerah.
 Melaksanakan Good Governence dengan memangkas birokrasi (reformasi birokrasi), mengadakan pelayanan satu
pintu untuk masyarakat. Melakukan efisiensi anggaran.
 Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dari sektor SDA dan Pajak serta mencari dari sektor lain seperti jasa dan
pariwisata digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai