Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR

DIAGNOSTIK KESULITAN
BELAJAR
Disusun oleh:
1. Dina maharani nasution ( A1F017050 )
2. Salsabila aulia umami ( A1F0170 )
 Defenisi diagnostik kesulitan belajar
 Prosedur diagnostik kesulitan belajar

 Langkah- langkah diagnostik kesulitan


belajar
MENURUT KBBI DAN PARA AHLI
LAINNYA
 diagnosis /di•ag•no•sis/  adalah penentuan
jenis penyakit dengan cara meneliti
(memeriksa) gejala-gejalanya. Banyak ahli
mengemukakan pendapatnya mengenai
pengertian diagnostik antara lain, menurut
Harriman dalam bukunya Handbook of
Psychological Term, diagnostik adalah suatu
analisis terhadap kelainan atau salah
penyesuaian dari pola gejala-gejalanya. Jadi
diagnostik merupakan proses pemeriksaan
terhadap hal-hal yang dipandang tidak beres
atau bermasalah. 
 “Diagnosis berarti kefasihan dalam
membedakan penyakit yang satu dengan
yang lain atau penentuan penyakit dengan
menggunakan ilmu” (Busono, 1988: 1).

 Dilihat dari akar katanya, “diagnosa atau


diagnosis berasal dari kata Yunani atau Greek
“dia (“apart”) dan gigno skein yang berarti
mengetahui. “Gnosis” berarti pengetahuan/
pengenalan/ ilmu” (Busono, 1988: 1).
PENGERTIAN KESULITAN BELAJAR
Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian
yang luas, diantaranya:
 (a) learning disorder;

 (b) learning disfunction;

 (c) underachiever;

 (d) slow learner, dan

 (e) learning diasbilities.


(A) LEARNING DISORDER;
 Learning Disorder atau kekacauan belajar
adalah keadaan dimana proses belajar
seseorang terganggu karena timbulnya
respons yang bertentangan. Pada dasarnya,
yang mengalami kekacauan belajar, potensi
dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi
belajarnya terganggu atau terhambat oleh
adanya respons-respons yang bertentangan,
sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih
rendah dari potensi yang dimilikinya.
(B) LEARNING DISFUNCTION;
 Learning Disfunction merupakan gejala
dimana proses belajar yang dilakukan siswa
tidak berfungsi dengan baik, meskipun
sebenarnya siswa tersebut tidak
menunjukkan adanya subnormalitas mental,
gangguan alat indra, atau gangguan
psikologis lainnya.
(C) UNDERACHIEVER;
 Under Achiever mengacu kepada siswa yang
sesungguhnya memiliki tingkat potensi
intelektual yang tergolong di atas normal,
tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah.
(D) SLOW LEARNER
 Slow Learner atau lambat belajar adalah
siswa yang lambat dalam proses belajar,
sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan sekelompok siswa lain
yang memiliki taraf potensi intelektual yang
sama.
(E) LEARNING DIASBILITIES
 Learning Disabilities atau ketidakmampuan
belajar mengacu pada gejala dimana siswa
tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil belajar di bawah
potensi intelektualnya.
MENURUT AHLI
        Burton (1952:622-624) mengidentifikasi
seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat
diduga mengalami kesulitan belajar jika yang
bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu
dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya.
Seseorang diduga mengalami kesulitan belajar
jika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai
taraf kualifikasi hasil belajar tertentu
(berdasarkan ukuran kriteria keberhasilan seperti
yang dinyatakan dalam TIK atau ukuran tingkat
kapasitas atau kemampuan dalam program
pelajaran time allowed dan atau tingkat
perkembangannya).
 
PENGERTIAN DIAGNOSTIK KESULITAN
BELAJAR
 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
diagnostik kesulitan belajar ialah suatu
proses upaya untuk memahami atau
mengetahui jenis dan karakteristik serta latar
belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan
menghimpun dan mempergunakan sebagai
data/informasi selengkap dan se-objektif
mungkin sehingga memungkinkan untuk
mengambil kesimpulan dan keputusan serta
mencari alternatif kemungkinan
pemecahannya.
PROSEDUR DIAGNOSTIK KESULITAN
BELAJAR
 Secara umum langkah-langkah pelaksanaan
diagnostic kesulitan belajar selaras dengan
langkah-langkah pelaksanaan bimbingan
belajar. Namun secara khusus langkah-
langkah diagnostic kesulitan belajar dapat
diperinci lebih lanjut, mengingat pada
hakikatnya hanya merupakan salah satu
bagian atau jenis layanan bimbingan belajar.
 Burton (1952:640-652) menggariskan
tahapan-tahapan diagnosis berdasarkan
teknik dan instrumen yang digunakan dalam
pelaksanaannya sebagai berikut :
1) General diagnosis
Pada tahap ini biasanya digunakan tes baku,
seperti yang dipergunakan untuk evaluasi
dan pengukuran psikologis dan hasil belajar.
Sasarannya, untuk menemukan siapakah
siswa yang mengalami kelemahan tertentu.

2) Analytic diagnostic
Pada tahap ini biasanya digunakan tes
diagnositik. Sasarannya, untuk mengetahui
dimana letak kelemahan tersebut.
3) Psychological diagnosis
Pada tahap ini teknik pendekatan dan
instrument yang digunakan antara lain :
a) observasi
b) analisis karya tulis
c) analisis proses dan respons lisan
d) analisis berbagai catatan objektif
e) wawancara
f) pendekatan laboratories dan klinnis
g) studi kasus
 Sasaran kegiatan diagnosis pada langkah ini
pada dasrnya ditujukan untuk memahami
karakteristik dan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kesulitan.
 Sedangkan menurut Ross dan Stanley
(1956:332-341) menggariskan tahapan-
tahapan diagnostic sebagai berikut :
 1. Siapa siswa yang mengalami gangguan?
(who are the pupils having trouble?)
 2. Dimanakah kelemahan-kelemahan itu
dapat dilokalisasikan? (where are the errors
located?)
 3. Mengapa kelemahan-kelemahan itu
terjadi? (why are the errors occur?)
 4. Penyembuhan-penyembuhan apakah yang
disarankan? (what remedies are suggested?)
 5. Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?
(How can errors be prevented?)
 Dari skema tersebut, tampak bahwa keempat
langkah yang pertama dari diagnosis itu
merupakan usaha perbaikan atau
penyembuhan. Sedangkan langkah yang
kelima merupakan usaha pencegahan.
LANGKAH- LANGKAH DIAGNOSTIK
KESULITAN BELAJAR
 Sebelum adanya suatu pemecahan masalah
kesulitan belajar, perlu diadakannya identifikasi.
Upaya ini disebut dengan diagnostik. Ada banyak
langkah-langkah diagnostik, salah satunya adalah
prosedur Weerner dan Senf (Syah, 2008:187),
diantaranya:

 Melakukan observasi kelas untuk melihat


perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran.

 Memeriksa penglihatan dan pendengaran


siswa khususnya yang diduga mengalami
kesulitan belajar.
 Mewawancarai orangtua atau wali siswa
untuk mengetahui hal ihwal keluarga
yang mungkin menimbulkan kesulitan
belajar.

 Memeberikan tes diagnostik bidang


kecakapan tertentu untuk mengetahui
hakikat kesulitan belajar yang dialami
siswa.

 Memberikan tes kemampuan intelegensi


(IQ) khususnya kepada siswa yang
diduga mengalami kesulitan belajar.
 Hasil belajar Sejarah yang dicapai  Ojan lebih
rendah dibawah rata-rata.
 Hasil belajar Sejarah yang dicapai Ojan sekarang
lebih rendah dibanding sebelumnya.
 Hasil belajar Sejarah yang dicapai oleh Ojan
tidak seimbang dengan usaha yang telah
dilakukan.
 Lambatnya Ojan dalam melakukan tugas-tugas
belajar.
 Ojan menunjukkan sikap yang kurang wajar,
misalnya masa bodoh dengan proses belajar dan
pembelajaran, mendapat nilai kurang tidak
menyesal, dst.
 Ojan menunjukkan perilaku yang
menyimpang dari norma, misalnya
membolos, pulang sebelum waktunya, dst.
 Ojan menunjukkan gejala emosional yang
kurang wajar, misalnya mudah tersinggung,
suka menyendiri, bertindak agresif, dst.
 Berkaitan dengan mengidentifikasi secara
fisik. Dimana guru juga harus peka akan hal
ini. Karena pada dasarnya setiap siswa
memiliki kelebihan dan kelemahan yang
berbeda-beda dalam penglihatan dan
pendengarannya dalam proses
pembelajaran.
 Hal itu berkaitan dengan latar belakang dan
faktor penyebab. Menurut Umar dan Sartono
(Umar dan Sartono, 2001 : 55) mengungkapkan
latar belakang kesulitan, dengan cara :
 a.Menganalisis dokomen-dokumen tentang
siswa yang bersangkutan yang mencakup :
identitas pribadi, riwayat pendidikan, prestasi
belajar, latar belakang kehidupan keluarga,
bakat dan minatnya, kecerdasan, cita-citanya,
pribadi serta lingkungannya ( social dan
kulturalnya), kesehatan dan hobinya dst.
 b.Melakukan wawancara dengan siswa, orang
tua siswa yang bersangkutan, dst.
 Tes dalam bidang tertentu misalnya dalam
bidang mata pelajaran Sejarah dengan
materi Hindu-Budha yang diberikan kepada
Ojan berupa soal-soal Pilihan Ganda dan soal
Esay
 Biasanya dalam sekolah mengadakan tes
psikologi yang dibantu oleh klinik psikologi
dalam mengukur kemampuan intelegensi
(IQ) siswa termasuk Ojan. Selain itu juga bisa
dilakukan sendiri-sendiri, sesuai dengan
pernyataan bahwa “untuk keperluan tes IQ,
guru dan orangtua siswa dapat berhubungan
dengan klinik psikologi” (Syah, 1999: 175).
Dari hasil tes tersebut dapat ditindak lanjuti
berkaitan pemecahan masalah sesuai
dengan kesulitan belajar siswa. 

Anda mungkin juga menyukai