PERPINDAHAN KALOR
[MEKANISME DAN PERHITUNGAN HEAT EXCHANGER]
Kelompok 7
B A’
Dimana:
• Nu : bil. Nusselt
• k : koefisien perpindahan kalor konduksi
• d : diameter penampang Alat Penukar Kalor
Bilangan Nusselt (Nu)
Berdasarkan bilangan Reynold yang telah dikalkulasi, akan dapat dapat ditentukan jenis aliran (laminar/turbulen).
• Untuk aliran laminar dalam dapat digunakan rumus:
Dimana:
• D atau d : adalah diameter penampang dari tube (APK)
• Re : bilangan Reynold
• L : panjang dari tube (APK)
• Pr : bilangan Prandtl
Bilangan Prandtl (Pr) Bilangan Reynold (Re)
Dimana: Dimana:
• Cp : panas spesifik • v : laju alir fluida
• λ : koef perpindahan panas konduksi • 𝛒 : densitas fluida
• 𝛍 : viskositas fluida • 𝛍 : viskositas fluida
Sehingga :
• Nilai koefisien kalor konveksi berbanding lurus dengan koefisien termal konduksi dan bilangan
Nusselt, semakin besar nilai kedua variabel tersebut maka semakin besar pula nilai koefisien kalor
konveksi.
• Nilai koefisien kalor konveksi berbanding terbalik dengan besar diameter penampang, dimana
semakin besar diameter maka semakin kecil nilai koefisien kalor konveksi.
Kesimpulan
Properti dan Suhu Fluida
Sifat-sifat fisik fluida mempengaruhi kemampuan perpindahan panasnya yang tergambarkan dalam
bilangan Re dan Pr.
Bentuk Geometris Heat Exchanger
Bentuk geometri suatu heat exchanger berperan dalam menentukan persamaan bilangan Nusselt
yang akan digunakan untuk menghitung koefisien konveksi.
Laju Alir Fluida
Laju alir fluida akan mempengaruhi nilai bilangan Re pada perpindahan panas.
Jenis Aliran
Jenis aliran mempengaruhi persamaan bilangan Nusselt yang digunakan dalam perhitungan.
Referensi