Akpem
Akpem
TUGAS
POKOK DAN
FUNGSI
DPRD
KELOMPOK 2
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah
Dasar hukum Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) disebutkan dalam UUD
1945 pasal 18 ayat 3: “Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih
melalui pemilihan umum.” Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) kemudian
diatur lebih lanjut dengan undang-undang, terakhir pada BAB VI Undang-undang
Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan perwakilan Rakyat
Daerah.
Tugas,Fungsi, dan Wewenang
DPRD
– Adapun tugas dan wewenang DPRD adalah:
– Membentuk Peraturan Daerah Kota yang dibahas dengan Walikota untuk mendapat persetujuan
Bersama
– Menetapkan APBD Kota bersama dengan Walikota
– Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-
undangan lainnya, Keputusan Walikota, APBD, kebijakan Pemerintah Kota dalam melaksanakan
program pembangunan. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Walikota/Wakil Walikota
kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur.
– Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah terhadap rencana perjanjian
internasional yang menyangkut kepentingan daerah
– Meminta Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) dalam pelaksanaan tugas desentralisasi.
Tugas,Fungsi, dan Wewenang
DPRD
Fungsi DPRD:
– Legislasi, berkaitan dengan pembentukan peraturan daerah
– Anggaran, Kewenangan dalam hal anggaran daerah(APBD)
– Pengawasan, Pengawasan diartikan sebagai kegiatan mengawasi dalam arti
melihat sesuatu dengan saksama, sehingga tidak ada kegiatan lain di luar itu.
Hubungan antara pengawasan dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah
pada dasarnya adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan
menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai pelaksanaan tugas atau kegiatan,
apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.
Hak dan Kewajiban DPRD
Hak-hak yang dimiliki DPRD dalam menjalankan kegiatannya – Hak mengajukan rancangan Perda
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah APBD memiliki tipikal yang berbeda, seperti bersifat terbuka,
rencana keuangantahunan pemerintah daerah di Indonesia yang melibatkan berbagaiaktor dalam penyusunannya yang memiliki
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD tujuan berbeda-beda, mempergunakan dokumen anggaran
ditetapkan dengan Peraturan Daerah. APBD terdiri atas, sebagai bentuk akuntabilitas publik, dan keterbatasan yang
Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, harus diperhatikan Permalasahan anggaran khususnya APBD
retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan memang menjadi permasalahanyang marak terjadi di berbagai
penerimaan lain-lain. Bagian dana perimbangan, yang meliputi daerah berhubung dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 32
Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Tahun 2004 dimana daerah memiliki kewenangan untuk
Khusus (DAK). Selain itu pendapatan yang sahseperti dana hibah mengurus rumah tangganya. Dengan lahirnya Undang-Undang
atau dana darurat juga memberikan kontribusi terhadap APBD. tentang pemerintahan daerah tersebut,menjadikan daerah
APBD merupakan instrument penting kebijakan ekonomi yang mempunyai hak otonom terhadap wilayahnya sehingga
dimiliki pemerintah dan menggambarkan pernyataan bukanlah hal yang mustahil apabila terjadi tindakan-tindakan
komprehensif tentang prioritas suatu daerah. penyelewengan dalam proses pelaksanaan tata pemerintahan di
daerah.
Bekasi merupakan salah satu cerminan buruk dalam proses Berbagai catatan tentang korupsi yang setiap hari diberitakan
oleh media massa baik cetak maupun elektronik,merupakan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, termasuk dalam
gambaran adanya peningkatan dan pengembangan model-
pengelolaan dana APBD. Banyak terjadi kasus tentang
model korupsi. Hal ini juga menimpa Wali Kota Bekasi non-aktif
penyelewengan dana APBD seperti korupsi dana anggaran, Mochtar Mohamad dituntut hukuman 12 tahun penjara di
penyelewengan anggaran di bidang pendidikan, pelayanan Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi Bandung,Kamis 8
publik seperti pengelolaan sampah, dan masih banyak kasus September 2011 lalu. Jaksa penuntut dari Komisi
lainnya. Permasalahan penyelewengan ini yang kemudian Pemberantasan Korupsi menilai Mochtar terbukti melakukan
mengakibatkan buruk nyanama Bekasi dalam proses empat kasus korupsi dana Anggaran Pendapatandan Belanja
penyelenggaran pemerintahan lokal dan menjadikanstigma Daerah Kota Bekasi Tahun 2009-2010.Mochtar dijerat Pasal 2
ayat (1) atau Pasal 3 dan atau Pasal 5 ayat (1) atau pasal 12
bagi para aparat penyelenggaraan pemerintahan itu sendiri.
huruf e atau pasal 13 jo pasal 15 Undang-Undang Nomor 31
Korupsi merupakan permasalahan yang mendesak yang
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
harus diatasi, agar tercapai pertumbuhan dan geliat Juga pasal 55 ayat (1) ke-1 dan pasal65 ayat (1) Kitab Undang-
ekonomi yang sehat. undang Hukum Pidana.
Dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tersebut dipakai Dari sepuluh kasus tersebut, kalangan birokrat dan
terdakwa untuk melunasihutang pribadinya ke Bank Jabar cabang Kota swasta berimbang dalam hal keterlibatan. Namun dari
Bekasi. Selain itu, Mochtar didakwadalam kasus suap kepada tim
kalangan instansi, Dinas Bina Marga dan Tata Air yang
panitia anggaran DPRD Kota Bekasi untuk penyusunanAPBD 2010
sekitar Rp 4,25 milyar. Juga kasus suap kepada dua anggota tim
paling tinggi potensi korupsinya. Meskipun jumlah kasus
auditkeuangan daerah Badan Pemeriksa Keuangan RI Wilayah Bandung yang ditangani mengalami peningkatan, bukan berarti
Rp 400 juta, dankepada tim Piala Adipura Rp 500 juta.Semangat kejaksaan tak menemukan kesulitan untuk
pengentasan korupsi di wilayah Bekasi baru menggelora di tahun2011. mengungkapnya.Minimnya peran serta masyarakat
Buktinya dapat terlihat dari jumlah kasus yang ditangani Kejaksaan merupakan salah satu alasannya. Selain itu, yang juga
NegeriBekasi dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Tiga kasus sudah
menjadi kendala ialah sulitnya mengakses dokumen dan
sampai vonis, tiga lagi siapdisidangkan, termasuk yang melibatkan Staf
Ahli Wali Kota Bekasi, tiga masihdalam tahap penyidikan, dan satu lagi data pelengkap lain untuk mendukung pengungkapan.
sedang proses persidangan. Hal ini mencerminkan tingginya angka Sempitnya kewenangan yang dimiliki kejaksaan membuat
korupsi dana anggaran di wilayah Bekasi yangsemakin memperburuk pemilik dokumen enggan begitu saja memperlihatkan
proses penyelenggaran pemerintahan lokal di wilayah Bekasi. apalagi menyerahkandata yang dibutuhkan.
Kasus 2
Penyalahgunaan Dana Anggaran dalam
Pelakasanaan Program E-KTP
E-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen Sebab selama ini, keterbatasan dana yang
kependudukan yang memuatsistem dikucurkan Disdukcasip membuat aparatur
keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi kecamatan menalangi berbagai anggaran secara
ataupun teknologiinformasi dengan berbasis pada swadaya. Pelaksana Tugas Walikota Bekasi Rahmat
database kependudukan nasional. Pemberlakuan Effendi menginstruksikan kepadaaparatur
program baru ini tidak lepas dari penyalahgunaan kecamatan dan kelurahan di wilayahnya untuk
dana yang terjadi di Kota Bekasi.Komisi A DPRD Kota mendata besarnya danaanggaran instansi yang
Bekasi mendesak Dinas Kependudukan dan Catatan terpakai untuk menalangi pembiayaan
Sipil(Disdukcapil) Kota Bekasi mengalokasikan dana penyelenggaraan program e KTP. Ia akan
tambahan untuk kecamatan yangmenyelenggarakan mengupayakan alokasi anggaran untuk mengganti
pelayanan pembuatan e-KTP. dana tersebut APBD Perubahan Kota Bekasi 2012.
Hal tersebut disampaikan Rahmat setelah mengetahui petugas Pengadaan awal printer pun tidak ada. Namun nyatanya
kecamatan dan kelurahan banyak yang harus penambahan daya listrik tersebut belumlah cukup. Pada saat
menalangikekurangan pembiayaan program e-KTP karena pelayanan Selasa (14/2), setidaknya empat kali aliran listrik mati
dana dari pemerintah pusat tidak memadai.Seperti yang hingga membuatseluruh perangkat e-KTP harus dinyalakan
dialami Camat Rawalumbu Edi Sutardi. Ia harus menalangi ulang. Akibatnya, banyak waktu yangterbuang. Kecamatan pun
biaya penambahan daya listrik yang memakan dana hingga awalnya harus menyediakan dana tambahan untuk penyewaan
tenda. Tenda diperuntukkan bagi pengantre yang kerap kali
Rp.6 juta. Sementara lurah di wilayahnya menalangi
membeludak hingga tak tertampung di ruang tunggu kantor
kekurangan dana pengadaan alat tulis kantor (ATK). Masing-
kecamatan. Tapi sudah dua bulan initenda tak lagi dipasang
masing lurah mendapatkan dana untuk pengadaan ATK sesuai
karena ketiadaan dana. Masyarakat yang mengantre akhirnya
jumlah penduduk wajib e-KTP. Nilainya bervariasi antara Rp terpaksa berjejalan menunggu di dalam ruangan, Dikarenakan
1,2 juta sampai Rp 2 juta.Printer yang tersedia juga rusak tidak adanya anggaran yang memadai dari pemerintah
sehingga harus diganti prsampai dua kali karena rusak akibat pusat,aparatur kecamatan dan kelurahan akhirnya
terlalu diforsir. Kekuatan hanya sanggup mencetak 500 menggunakan dana operasional yang sesungguhnya tidak
lembar, tapi dalam sehari harus tercetak seribu undangan. diperuntukkan bagi program e-KTP.
Demikian pula dengan tenaga aparatur yang terkuras hingga Akhirnya,anggaran merupakan dana yang sangat
malam demi mengejar target program hingga April nanti. penting terpakai. Dana anggaran tidak hanya
Memang aparatur kecamatan tetap melaksanakan program ini
berorientasi pada policy driven, namun juga butuh
sebaik mungkin demi memenuhi target. Namun baiknya
pemerintah lebih memperhatikankemampuan pelaksanaan di keberpihakan kepada golonganyang masih belum
daerah. Menanggapi temuan tersebut, Sekretaris Komisi A menikmati pembangunan saja atau termarginalkan
DPRD Kota Bekasi Ariyanto Hendrata mendesak Disdukcapil atas nama pembangunan. Rakyat menunggu
menyediakan anggaran yang memadai supaya tidak realisasi dan bukti, tidak hanya retorika dan janji
membebani aparatur kecamatan. Selama ini terkesan
politik yang memberi kenikmatan, kesejahteraan
Disdukcapil tidak menyentuh anggaran-anggaran demikian.
Terlihat dari pengajuan dana pada APBD Perubahan Kota Bekasi
seluruh rakyat merupakan tujuan hakiki
2011 dan APBD 2012. Yang diajukan hanya honor operator dan pembangunan, bukan hanya kesejahteraan
petugas keamanan serta ATK. Jumlahnya mencapai Rp 1,2 aparatur dan elit politik.
miliar dan Rp 400 juta, tapi tetap tidak mencukupi.