Anda di halaman 1dari 21

Terapi Metabolik (Nutrisidan

Herbal untuk Kanker Serviks)


Uzlifatul khisbiyatul
khasanah
1610104
Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan suatu neoplasma ganas


primer pada organ serviks uteri.Kanker serviks
merupakan kanker primer serviks yang tumbuh dan
berkembang pada serviks atau mulut rahim,
khususnya berasal dari lapisan epitel atau lapisan
terluar permukaan serviks.
Nutrisi merupakan bagian yang penting pada
pelaksanaan kanker, baik pada pasien yang sedang
menjalani terapi, pemulihan dari terapi, pada keadaan
remisi maupun untuk mencegah kekambuhan.Status
nutrisi pada pasien kanker diketahui berhubungan
dengan respon terapi, prognosis dan kualitas hidup.
Perjalanan Penyakit Kanker
Serviks
Sejak terinfeksi virus hingga menjadi lesi pra kanker
serta akhirnya kanker, rentang waktunya 3 – 14 tahun
dan rata – rata 10 tahun. Infeksi HPV merupakan
factor inisiator dari kanker serviks yang menyebabkan
terjadinya gangguan pada sel serviks. Onkoprotein E6
dan E7 yang berasal dari HPV merupakan penyebab
terjadinya degenerasi keganasan.
Epidemiologi
Kanker serviks merupakan kanker yang menduduki urutan pertama dari
keadian kanker pada wanita di negara berkembang. Di negara maju,
angka kejadian dan angka kematian kanker serviks telah menurun karena
suksesnya program deteksi dini. Akan tetapi, kanker ini masih
menempati posisi kedua terbanyak di seluruh dunia untuk keganasan
pada wanita (setelah kanker payudara) dan diperkirakan diderita oleh
500.000 wanita tiap tahunnya dengan angka kematian 27.000 orang.
Apabila terdeteksi pada stadium awal, kanker serviks merupakan kanker
yang paling berhasil diterapi dengan 5 years survival rate sebesar 92%
untuk kanker lokal. Keterlambatan diagnosa pada stadium lanjut,
keadaan umum yang lemah, status sosial ekonomi yang rendah,
keterbatasan sumber daya, keterbatasan sarana dan prasarana, jenis
histopatologi, dan derajat pendidikan ikut serta dalam menentukan
prognosis dari penderita.
Etiologi

Human papilloma virus dibagi menurut risikonya dalam


menimbulkan kanker serviks, yaitu risiko tinggi risiko
rendah yang tergolong resiko rendah yaitu tipe 6, 11,
42, 43, 44, 54, 61, 72, 81 disebut tipe non-onkogen. Jika
terinfeksi hanya menimbulkan lesi jinak, misalnya
kutil dan jengger ayam, sedangkan untuk resiko tinggi
yaitu tipe 16, 18, 31, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 82
disebut resiko onkogenik. Jika terinfeksi dan tidak
diketahui ataupun tidak diobati, bisa menjadi kanker.
Faktor Resiko

Faktor resiko dibagi menjadi 2 yaitu faktor resiko yang


masih diperkirakan. Faktor resiko yan telah dibuktikan
diantaranya hubungan seksual. Beberapa bukti
menunjukkan adanya keterkaitan antara riwayat
hubungan seksual dan resiko terkena penyakit ini.
Penggunaan obat yang merupakan faktor risiko adalah
Dietilstilbestrol (DES) dan telah terbukti ada
keterkaitan antara clear cell adenocarsinoma serviks
dengan paparan DES. Aen infeksius yang juga
merupakan faktor resiko adalah HPV, herpes simpleks
virus (HSV), serta infeksi bakteri.
Tanda dan Gejala
Gejala awal ditandai oleh adanya perdarahan lewat vagina pasca senggama
atau spontan di luar masa haid. Perdarahan pasca senggama bisa terjadi
bukan disebabkan oleh adanya kanker serviks, melainkan karena mikro lesi
atau luka – luka kecil di vagina saat bersenggama. Serviks yang normal
konsistensinya kenyal dan permukaannya licin, sedangkan serviks yang sudah
berubah menjadi kanker bersifat rapuh, mudah berdarah dan diameternya
biasanya membesar. Serviks yang rapuh tersebut akan mudah berdarah pada
saat aktivitas seksual hingga terjadi perdarahan pasca senggama.
Gejala lain adalah keputihan yan berulang dan tidak sembuh – sembuh
walaupun telah diobati. Keputihan ini terutama terjadi pada tahap nekrosis
lanjut. Nekrosis terjadi karena pertumbuhan tumor yan cepat dan tidak
diimbangi dengan pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) agar
mendapat aliran darah yang cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak
sedap, gatal, panas karena disertai adanya infeksi sekunder
Gangguan Metabolisme pada
Kanker
Metabolisme Karbohidrat
Perubahan glukosa menjadi laktat merupakan suatu
proses yang tidak efisien, dimana untuk
pertumbuhannya sel tumor membutuhkan 40 kali
glukosa lebih banyak dibandingkan dengan oksidasi
melalui siklus asam trikarboksilat. Laktat yang
dihasilkan dari sel tumor selanjutnya akan dibawa ke
hati dimana selanjutnya akan disintesis kembali
menjadi glukosa.
Metabolisme Protoin
Pada kondisi starvasi, penggunaan energi untuk otak
oleh glukosa digantikan dengan benda keton yang
merupakan hasil pemecahan lemak. Protein otot dan
protein visceral dipergunakan sebagai prekursor
glukoneogenesis dari asam aminodi hati. Pada pasien
kanker, asam amino tidak disimpan sehingga terjadi
deplesi dari massa otot dan pada sebagian pasien
terajadi atrofi otot yang berat.
Kehilangan massa otot merupakan akibat dari
peningkatan degradasi protein dan penurunan sintesis
protein karena terpakai untuk pembentukan protein
fase akut dan glukoneogenesis.
Metabolisme Lipid
Lipid mobilizing factor (LMF) yang ditemukan pada
urine pasien kanker dan pada hewan coba yang
penderita kanker, menyebabkan kehilangan massa
lemak karena terjadi peningkatan lipolisis disertai
dengan peningkatan EE. Pada jaringan adiposa, LMF
dapat menyebabkan pemecahan jaringan adiposa
menjadi asam lemak dan gliseril melalui c-AMP.
Penurunan massa lemak pada pasien kanker dapat
disebabkan karena anoreksia, tapi dapat juga
disebabkan karena peningkatan lipolisis yang tidak
diimbangi oleh limpogenesis.
 
Terapi Kanker Serviks

Terapi Operasi
Terapi utama pada kanker serviks stadium I sampai Iia
adalah operasi atau tanpa radiasi. Pada kanker serviks
stadium Ib1-IIa1, tindakan pembedahan, dengan atau
tanpa kemoterapi atau terapi radiasi, tidak ada
pembedahan dalam angka kesembuhan. Tindakan
pembedahan yang standar untuk stadium Ib1-IIa1
adalah radiasi radikal histerektomi radikal dan
limfadenektomi pelvis.
Terapi Radiasi
Terapi radiasi (radioterapi) adalah pengobatan yang
terutama ditujukan untuk penyakit keganasan dengan
menggunakan sinar pengion. Tehnik radioterapi
dibagi dalam radiasi eksterna, radiasi interna atau
brakiterapi dan intrvena. Jenis terapi yang di bagikan
tergantung dari usia, keadaan umum penderita,
luasnya penyebaran dan komplikasi lain yang
menyertai. Satuan unit radiasi dinyatakan dalam gray.
Radiasi eksterna
Radiasi eksterna merupakan terapi pilihan untuk kanker serviks
stadium lanjut. Radiasi eksterna adalah cara penyampain radiasi
dimana terdapat jarak antara sumber radiasi dan target radiasi.
Keuntungan teknik ini dapat dilakukan untuk suatu target atau
lapangan radiasi yang luas sehingga target yang berupa seperti
tumor primer dan kelenjar gettah bening dapat dicakup
sepenuhnya. Tehnik ini dapat digunakan pada saat radiasi pertama
kali diberikan. Kerugian dari radiasi eksterna adalah jaringan sehat
sekitar tumor masuk dalam lapangan radiasi sehingga dapat
menimbulkan efek samping atau komplikasi pasca radiasi
Radiasi eksterna merupakan modal utama pengobatan kanker
serviks. Pada kanker serviks staduim dini, radioterapi merupakan
terapi adjuvan yang dilakukan pasca histerektomi radikal atau
terapi definitif pada pasien dengan kontra indikasi terhadap
tindakan pembedahan. Terapi radiasi dilakukan sebanyak 25 fraksi
selama lima minggu.
Brakiterapi
Radiasi dalam atau Brakiterapi adalah pengobatan
Radiasi dengan mendekatkan sumber radiasi ke tumor
primer. Terapi ini merupakan priode radiasi singkat
yang dibagikan melalui serviks kedalam kavu
intrauterin. Tehnik brakiterapi diberikan dengan
menempatkan aplikator intravaginal sebagai tempat
radio aktif, untuk mendapatkan dosis yang optimal.
Prinsip brakiterapi ini adalah memberikan radiasi
dosis tinggi pada tumor primer serviks, serta
menghindarkan jaringan sehat atau organ lain
(regtosigmoid dan kandung kemih) dari efek radiasi.
Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan
menggunakan obat-obat tan atau hormon. Tujuan
menggunakan obat kemoterapi terhadap kanker
adalah mencegah atau menghambat multiplikasi sel
kanker menghambat invasi serta menghambat
metastase
Efek samping terapi radiasi dan kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau
terapi adjuvan kombinasi operasi atau radioterapi.
Efek kemoterapi bersifat sistematis sehingga dapat
mempengaruhi seluruh tubuh, diantaranya fungsi
gastrointertinal karena kerusakan sel saluran cerna
akibat pelepasan sitokin pro inflamasi. Efek sampai
kemoterapi antara lain adalah mual, muntah, diare
dan gangguan mobilitas lambung.
Kebutuhan Energi
Kebutuhan energy pada pasien kanker didapatkan
bervariasi luas, dimana terapi dan stadium kanker
akan mempengaruhi besarnya kebutuhan tersebut.
Pemenuhan kebutuhan energy merupakan suatu
masalah yang penting untuk mencegah kehilangan BB
pada pasien kanker selama proses penyakit dan
terapinya.
Kebutuhan Cairan
Pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien kanker bertujuan
untuk mencapai status hidrasi dan keseimbangan elektrolit
yang adekuat, mencegah dehidrasi serta keadaan
hipovolemia. Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat adanya
anoreksia, sedangkan kondisi hipovolemia terjadi karena
adnya muntah, diare, dan malabsorpsi.
Tanda dan gejala dehidrasi meliputi fatique, kehilangan BB
akut, hipernatremia, turgor kulit menurun, mukosa oral
yang kering, urin berwarna gelap dan berbau tajam, serta
penurunan produksi urin. Kebutuhan cairan orang dewasa
tanpa adanya kelainan ginjal adalah 30-35 ml/khBB/hari
atau cairan dapat diberikan sebesar 1 ml untuk setiap 1
kalori (kal) kebutuhan energy.

Thank you

Anda mungkin juga menyukai