CUSHING Disusun oleh: Erma Zuly Hardiyanti Jefry Bayu Sri Puji Lestari Noor Riyanto DEFINISI
Sindrom Cushing adalah gambaran
klinis yang timbul akibat peningkatan glukortikoid plasma jangka panjang dalam dosis farmakologik (latrogen). (Wiliam F. Ganang, Fisiologi Kedokteran, Hal. 364) ETIOLOGI 1. Latrogenik Pemberian glukokortikoid jangka panjang dalam dosis farmakologik 2. Spontan Sekresi kortisol yang berlebihan akibat gangguan aksis hipotalamus- hipofisis-adrenal MANIFESTASI KLINIK Wajah yang khas Kelemahan dan (moon face) atropi otot Penipisan rambut Osteoporosis kepala disertai Kulit yang rapuh jerawat dan dan penyembuhan hirsutisme luka yang lama (pertumbuhan Ulkus peptikum rambut berlebihan Hipertensi pada wajah dan tubuh seperti Kelabilan emosi layaknya pria) PATOFISIOLOGI
Sindrom cushing dapat disebabkan oleh
beberapa mekanisme, yang mencakup tumor kelenjar hipofisis yang menghasilkan ACTH dan menstimulasi korteks adrenal untuk meningkatkan sekresi hormonnya meskipun hormon tersebut tersebut telah diproduksi dengan jumlah yang adekuat. Umpan baliknya mengalami kegagalan dan hipofisis terus mensekresi ACTH dan menghadapi kortisol plasma tinggi KLASIFIKASI
Tergantung ACTH Tak tergantung ACTH PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorik diagnostik
Tes- tes khusus untuk membedakan hiperplasi- adenoma atau karsinoma PENATALAKSANAAN
Operasi pengangkatan tumor
Radiasi kelenjar hipofisis Adrenalektomi Preparat penyekat enzim adrenal (metyrapon, aminoglutethimide, mitotone, ketokonazol) KONSEP KEPERAWATAN PENGKAJIAN Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. Lanjutan !!!!!!!!! Kaji kulit klien terhadap trauma, infeksi, lecet- lecet, memar dan edema. Amati adanya perubahan fisik dan dapatkan respon klien tentang perubahan dini. Lakukan pengkajian fungsi mental klien, termasuk suasana hati, respon terhadap pertanyaan, kewaspadaan terhadap lingkungan, dan tingkat depresi. Keluarga klien merupakan sumber terbaik untuk mendapatkan informasi tentang perubahan ini. Diagnosa dan Intervensi Dx 1 Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kelemahan dan perubahan metabolisme protein. Kaji tanda-tanda ringan infeksi Ciptakan lingkungan yang protektif Bantu klien ambulasi Berikan diet tinggi protein, kalsium, dan vitamin D Dx2 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema. Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskular Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa Inspeksi area tergantung edema Berikan perawatan kulit. Berikan salep atau krim Anjurkan menggunakan pakaian katun longgar Kolaborasi dalam pemberian matras busa Dx3 Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik. tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan Diskusikan arti perubahan pada pasien Anjurkan orang terdekat memperlakukan pasien secara normal dan bukan sebagai orang cacat Rujuk ke perawatan kesehatan Dx4 Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan suasana hati, mudah tersinggung dan depresi. Evaluasi tingkat stress individu dan hadapi dengan tepat Panggil pasien dengan namanya Catat perubahan siklik dalam mental/tingkah laku. Ikutsertakan dalam latihan rutin dan program aktivitas Dukung keikutsertaan pasien dalam perawatan diri sendiri Dx5 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan natrium Ukur masukan dan haluaran, catat keseimbangan positif Awasi tekanan darah Kaji derajat perifer/edema dependen Awasi albumin serum dan elektrolit Batasi natrium dan cairan sesuai indikasi Dx6 Resiko perdarahan berhubungan dengan melemahnya jaringan penyokong perivaskuler Kaji adanya perdarahan Observasi tanda-tanda vital Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan Dx7 Nyeri berhubungan dengan terjadinya perlukaan pada mukosa lambung Catat keluhan nyeri Kaji ulang faktor yang meningkatkan dan menurunkan nyeri Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi Dx8 Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intak in adekuat Kaji riwayat nutrisi Catat berat badan Diskusikan makanan yang disukai oleh pasien dan masukan dalam diet murni Matur Nuwun