Anda di halaman 1dari 31

IMPAKSI MOLAR

KETIGA
Elka Rifqah 130112140593
Preseptor : Laili Aznur drg., Sp.KG
DEFINISI
 Gigi impaksi adalah gigi yang mengalami
kegagalan erupsi secara sempurna untuk
mencapai kedudukannya yang normal.

 Erupsi adalah proses pergerakan gigi dari


tempat perkembangannya dalam rahang
menuju posisi yang fungsional di
permukaan oklusal.
EPIDEMIOLOGI

 Impaksi molar 3 rahang bawah (M3RB)


paling sering terjadi
 Impaksi sangat jarang terjadi pada gigi
susu, jika terjadi pada gigi susu
seringkali mengenai M2
ETIOLOGI

Lokal Sistemik

Stimulas
i Otot
ETIOLOGI
Faktor lokal :
① Tidak tersedianya ruangan yang cukup pada
rahang untuk tumbuhnya gigi,
② Letak maupun bentuk yang tidak benar dari
gigi tersebut,
③ Jalan erupsi normalnya terhalang oleh tulang
dan jaringan lunak,
④ Terblokir (crowding) oleh gigi tetangganya,
⑤ Adanya jaringan patologis (trauma,
neoplasma/odontomas, cysts),
⑥ Infeksi pada benih gigi
⑦ Persistensi dan ankylosis gigi sulung
ETIOLOGI

Faktor Sistemik :
 Prenatal :
› keturunan
› perkawinan antar suku atau bangsa

 Postnatal :
Rakhitis,anemia,congenital syphylis,TBC, gangguan endokrin,malnutrisi 

Faktor stimulasi otot


Makanan lunak dan mudah cerna → mengurangi penggunaan otot mastikasi.
Faktor stimulasi otot yang kurang → pertumbuhan tulang rahang berkurang,
sehingga tidak cukup ruang untuk gigi molar 3 bererupsi.

 
PATOGENESIS

 Gigi yang paling sering mengalami impaksi


adalah gigi M3, (wisdom teeth).
 Gigi M3 adalah gigi yang paling terakhir
tumbuh, dimulai dibentuk ketika seseorang
berusia sekitar 9 tahun, tetapi tidak keluar
dari jaringan gusi sampai remaja akhir atau
usia awal dua puluhan.
 Pada waktu tersebut, rahang telah berhenti
berkembang sehingga mungkin terlalu kecil
untuk dapat mengakomodasi tempat untuk
gigi tambahan.
Cont
 Selama gigi M3 terus bergerak, satu atau lebih
dapat menjadi impaksi, baik erupsi sebagian
atau tetap terhalang dan berada dalam tulang
rahang atau jaringan gusi.

 Gigi yang impaksi sering kali mengalami


diversi atau angulasi dan kehilangan
potensinya untuk mengalami erupsi. Gigi yang
mengalami impaksi dapat menyebabkan
berbagai masalah gigi, termasuk infeksi gusi,
malposisi dari gigi lain, atau kerusakan gigi.
KLASIFIKASI

Rahang Rahan Berdasar


atas &
g atas kan letak
bawah

Pell and ●
Bony
Gregory

Arch ●
impaction
Soft
George
er

tissue
winter impaction
KLASIFIKASI

Klasifikasi M3
Klasifikasi impaksi gigi M3 atas dan bawah
menggunakan klasifikasi dari Pell & Gregory serta
klasifikasi George Winter.

Pell & Gregory


1. Berdasarkan perbandingan ukuran mesiodistal
M3 dengan ruang yang tersedia dari distal M2
sampai ramus asenden mandibula.
Kelas I:
Terdapat ruang yang
cukup untuk
erupsi

Kelas II:
Ruang untuk erupsi
lebih kecil

Kelas III:
Tidak terdapat
ruang untuk
erupsi
2. Berdasarkan letak molar ketiga di dalam
tulang mandibula.(Posisi A,B,C)

 Posisi A : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada


setinggi garis oklusal.

 Posisi B : Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada


di bawah bidang oklusal tapi masih lebih tinggi
daripada garis servikal molar kedua.

 Posisi C : Bagian tertinggi molar ketiga terletak di


bawah garis servikal molar kedua.
Klasifikasi George Winter
Klasifikasi ini berdasarkan perbandingan sumbu
panjang M2 terhadap M3

1. Impaksi mesioangular
2. Impaksi distoangular
3. Impaksi vertikal
4. Impaksi horizontal
5. Impaksi bukoangular
6. Impaksi Linguaangular
7. Inverted
Klasifikasi Archer (rahang atas)
 Sinus approximation (SA)

bila tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan tulang


yang tipis di antara gigi impaksi dengan sinus
maksilaris
 Non Sinus approximation (NSA)
terdapat ketebalan tulang yang lebih dari 2 mm
antara gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris
Klasifikasi lain (berdasarkan letak)
 Bony impaction, dimana seluruh bagian
seluruh bagian M3 masih tertanam
dalam tulang mandibula.
 Soft tissue impaction, dimana mahkota
gigi M3 sebagian sudah menembus
gusi.
MANIFESTASI KLINIS
1. Sistemik
- sakit kepala
- telinga berdengung
- sakit leher
- trismus
2. Lokal
• Inflamasi  operkulitis, perikoronitis yang lanjutannya menjadi abses
perikoronal bahkan osteomyelitis. Terjadi akibat penumpukan sisa makanan
diantara operkulum dan gigi impaksi  pertumbuhan kuman anaerob 
infeksi.

• Dapat juga terjadi akibat trauma gigitan pada operkulum.

• Terjadi pembentukan kista  Benih gigi tersebut mengalami rintangan


sehingga pembentukannya terganggu menjadi tidak sempurna dan dapat
menimbulkan primordial kista dan folikular kista.

• Menimbulkan karies gigi pada impaksi parsialis, sisa makan berkumpul


dan sulit dibersihkan sehingga menimbulkan demineralisasi dan
pembentukan karies.

• Pembentukan kista  karena degenrasi kistik dari kantung benih gigi dari
gigi yang erupsinya kurang sempurna.

• Resorpsi tulang  Menimbulkan fraktura rahang bawah


Komplikasi Inflamasi akibat
impaksi
Operkulitis Perikoronitis Pericoronal abses
Peradangan sebagian Peradangan jaringan Perikoronitis + pus
kecil gusi yang terdapat lunak di sekeliling gigi
di permukaan oklusal yang akan erupsi (M3)
gigi (M3)

Manifestasi klinis: Manifestasi klinis: Manifestasi klinis:


- Nyeri - nyeri (lebih berat dari -Gejala dan tanda
- gingiva hiperemis, operkulitis) perikoronitis
bengkak, sakit -gingiva bengkak, -Palpasi  + pus,
- malposisi M3 hiperemis, saat di +fluktuasi
palpasi nyeri - trismus
- pipi bengkak dan nyeri -Halitosis
bisa menyebar jadi - sulit mengunyah dan
diffuse disfagia
- pembesaran KGB
- febris
DIAGNOSIS
 Gejala atau tanda klinis dan riwayat medis

 Pemeriksaan langsung untuk melihat


kemungkinan impaksi juga adanya tanda
infeksi dan pembengkakan gusi.

 Pemeriksaan melalui dental photo untuk


konfirmasi adanya gigi impaksi (radiograf
periapikal, radiograf bitewing, film occlusal,
radiograf lateral).
PENATALAKSANAAN
Konservatif
 gigi impaksi tidak menyebabkan masalah
 tidak mungkin mengeluarkan gigi karena alasan
kesehatan
 perawatan dengan berkumur menggunakan
mouthwash, air garam atau obat penghilang rasa sakit,
dan antibiotik pada proses infeksi.

Ekstraksi/Pembedahan
• Operkulektomi  pengangkatan operkulum yang
menutupi gigi yang diprediksi dapat muncul ke
permukaan gingiva
• Odontektomi  pengangkatan gigi yang impaksi
PENATALAKSANAAN

Indikasi Odontektomi
 Perikoronitis
 Karies yang sulit disembuhkan
 Adanya kelainan pulpa atau periapikal
 Adanya kelaianan periodontal
 Selulitis/ abses/ osteomielitis
 Resorpsi gigi
 Fraktur gigi
PENATALAKSANAAN

Kontraindikasi Odontektomi
 Terdapat peradangan akut
 Terletak di garis fraktur rahang
 Gigi belum terbentuk sempurna
 Pada pasien dengan keadaan umum yang
lemah atau dengan penyakit sistemik yang
tidak terkontrol
 Pada pasian dengan gigi M3 masih tertanam
dalam serta tidak ada gejala serta tanda –
tanda patologis.
PENATALAKSANAAN
Komplikasi selama pembedahan :

 Perdarahan
 Laserasi jaringan
 Kerusakan gigi sebelahnya
 Fraktur tulang alveolar
 Fraktur tulang mandibula
 Dislokasi kondilus mandibula
 Emfisema
 Gigi tertelan
 Cedera syaraf
Komplikasi setelah pembedahan :

 Biasanya gigi, gusi, lidah, dan pipi akan mengalami mati


rasa untuk beberapa waktu setelah operasi.

 Dry socket (tidak terbentuk bekuan darah yang


diinginkan di bekas pencabutan gigi tersebut)

 Pembengkakan dan memar (bruising)

 Infeksi bakteri atau sisa makanan yang mengganggu.

 Masalah sinus, jika gigi yang dicabut berada di dekat


sinus.
Prognosis

Sangat baik apabila dilakuan


ekstraksi gigi impaksi pada
orang yang masih muda dan
sehat tanpa menimbulkan
komplikasi.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai