Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA IBU HAMIL DENGAN


HIV
OLEH:
CANDRA PUTRA P. SILABAN
NIM : 201941039
RINI NINGTYAS
DEFINISI

AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia dapat
dialihkatakan sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
 Acquired : didapat, bukan penyakit keturunan
 Immune : sistem kekebalan tubuh
 Deficiency : kekurangan
 Syndrome : kumpulan gejala-gejala penyakit.

AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan
dengan infeksi Human Immunodefciency Virus (HIV). (Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare).
Sedangkan di dalam kamus kedokteran Dorlan (2002), menyebutkan bahwa AIDS adalah suatu
penyakit retrovirus epidemik menular, yang disebabkan oleh infeksi HIV, yang pada kasus berat
bermanifestasi sebagai depresi berat imunitas seluler, dan mengenai kelompok risiko tertentu,
termasuk pria homoseksual atau biseksual, penyalahgunaan obat intravena, penderita hemofilia, dan
penerima transfusi darah lainnya, hubungan seksual dari individu yang terinfeksi virus tersebut.
ETIOLOGI

Penularan virus HIV/AIDS terjadi karena beberapa hal, di antaranya ;


1. Penularan melalui darah, penularan melalui hubungan seks (pelecehan seksual). (WHO,
2003)
2. Hubungan seksual yang berganti-ganti pasangan
3. Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
4. Individu yang terpajan ke semen atau cairan vagina sewaktu berhubungan kelamin dengan
orang yang terinfeksi HIV.
5. Orang yang melakukuan transfusi darah dengan orang yang terinfeksi HIV, berarti setiap
orang yang terpajan darah yang tercemar melalui transfusi atau jarum suntik yang
terkontaminasi.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang tampak dibagi menjadi 2, yaitu:
 Manifestasi Klinis Mayor
1. Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
2. Diare kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus-menerus
3. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 tiga bulan
4. TBC
 Manifestasi Klinis Minor

1. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan


2. Infeksi pada mulut dan jamur disebabkan karena jamur Candida Albicans
3. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
4. Munculnya Herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal di seluruh tubuh
PATOFISIOLOGI

 HIV AIDS Pada Ibu hamil


 Etiologi : Infeksi Virus
 Faktor Resiko :

1. Seks Bebas
2. Berganti-ganti pasangan
3. Pengguna Narkoba suntik
4. Penerima transfuse darah
5. Tenaga medis
 Ibu hamil-bayi
 Penularan melalui :

1. Antepartum/ in utero
2. Inpartum
3. Postpartum/ melalui ASI
CARA PENULARAN HIV/AIDS DARI IBU KE ANAK
Penularan HIV dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS sebagian besar masih berusia subur,
sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang terjadi pada saat kehamilan (Richard, et al., 1997). Selain itu juga
karena terinfeksi dari suami atau pasangan yang sudah terinfeksi HIV/AIDS karena sering berganti-ganti pasangan dan
gaya hidup. Penularan ini dapat terjadi dalam 3 periode:
1. Periode kehamilan
Selama kehamilan, kemungkinan bayi tertular HIV sangat kecil. Hal ini disebabkan karena terdapatnya plasenta yang
tidak dapat ditembus oleh virus itu sendiri. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan memang dapat menembus
plasenta, tetapi tidak oleh HIV. Plasenta justru melindungi janin dari infeksi HIV. Perlindungan menjadi tidak efektif
apabila ibu:
Mengalami infeksi viral, bakterial, dan parasit (terutama malaria) pada plasenta selama kehamilan.
Terinfeksi HIV selama kehamilan, membuat meningkatnya muatan virus pada saat itu.
Mempunyai daya tahan tubuh yang menurun
Mengalami malnutrisi selama kehamilan yang secara tidak langsung berkontribusi untuk terjadinya penularan dari ibu
ke anak.
2. Periode persalinan
Pada periode ini, resiko terjadinya penularan HIV lebih besar jika dibandingkan periode kehamilan. Penularan terjadi melalui
transfusi fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan. Semakin lama proses persalinan, maka semakin besar pula resiko penularan terjadi. Oleh karena itu, lamanya
persalinan dapat dipersingkat dengan section caesaria.Faktor yang mempengaruhi tingginya risiko penularan dari ibu ke anak
selama proses persalinan adalah:Lama robeknya membran.
 Chorioamnionitis akut (disebabkan tidak diterapinya IMS atau infeksi lainnya)
 Teknik invasif saat melahirkan yang meningkatkan kontak bayi dengan darah ibu misalnya, episiotomi.
 Anak pertama dalam kelahiran kembar

3. Periode Post Partum


Cara penularan yang dimaksud disini yaitu penularan melalui ASI. Berdasarkan data penelitian De Cock, dkk (2000),
diketahui bahwa ibu yang menyusui bayinya mempunyai resiko menularkan HIV sebesar 10- 15% dibandingkan ibu yang tidak
menyusui bayinya. Risiko penularan melalui ASI tergantung dari:
 Pola pemberian ASI, bayi yang mendapatkan ASI secara eksklusif akan kurang berisiko dibanding dengan pemberian
campuran.
 Patologi payudara: mastitis, robekan puting susu, perdarahan putting susu dan infeksi payudara lainnya.
 Lamanya pemberian ASI, makin lama makin besar kemungkinan infeksi.
 Status gizi ibu yang buruk
FAKTOR RESIKO

Kelompok orang yang berisiko tinggi terinfeksi Virus HIV sebagai berikut :
 Janin dengan ibu yang terjangkit HIV
 Perempuan yang menggunakan obat bius injeksi dan bergantian memakai alat suntik.
 Pekerja seks komersial
 Pasangan yang heteroseks dengan adanya penyakit kelamin
PEMERIKSAAN

1. VCT (Voluntary Counseling Testing)


VCT adalah suatu pembinaan dua arah atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya untuk
mencegah penularan HIV, memberikan dukungan moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga , dan
lingkungannya. Tujuan VCT :
 Upaya pencegahan HIV/AIDS.
 Upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan persepsi/pengetahuan mereka tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang
terinfeksi HIV.Upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara dini mengarahkan mereka menuju ke program pelayanan dan
dukungan termasuk akses terapi antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat.
2. Pemerikasaan Laboratorium
 Tes serologis: tes antibodi serum terdiri dari skrining HIV dan ELISA; Tes blot western untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
beberapa protein spe
 Pemeriksaan histologis, sitologis urin ,darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi.
 Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
 Tes lainnya: sinar X dada menyatakan perkembangan filtrasi interstisial dari PCV tahap lanjut atau adanya komplikasi lain; tes fungsi
pulmonal untuk deteksi awal pneumonia interstisial; Scan gallium; biopsy; branskokopi.
3. TES Antibodi
 Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
 western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV dan
memastikan seropositifitas HIV.
 Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western blot untuk
memastikan seropositifitas.
 Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.
 Pendeteksian HIV
 Dilakukan dengan pemeriksaan P24 antigen capture assay dengan kadar yang sangat
rendah. Bisa juga dengan pemerikasaan kultur HIV atau kultur plasma kuantitatif untuk
mengevaluasi efek anti virus, dan pemeriksaan viremia plasma untuk mengukur beban virus
(viral burden).
PENATALAKSANAAN

Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu :
 Pengendalian infeksi oportunistik
 Bertujuan menghilangkan, mengendalikan dan pemulihan infeksi opurtuniti, nosokomial atau sepsis, tindakan ini harus di pertahankan bagi
pasien di lingkungan perawatan yang kritis.
 Terapi AZT (Azidotimidin) Obat ini menghambat replikasi antiviral HIV denngan menghambat enzim pembalik transcriptase.
 Terapi antiviral baru
 Untuk meningkatkan aktivitas system immune dengan menghambat replikasi virus atau memutuskan rantai reproduksi virus padan proses
nya.obat- obat ini adalah : didanosina, ribavirin, diedoxycytidine, recombinant CD4 dapat larut.
 Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
 Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV.
 Rehabilitasi Bertujuan untuk memberi dukungan mantal-psikologis, membantu mengubah perilaku risiko tinggi menjadi perilaku kurang
berisiko atau tidak berisiko, mengingatkan cara hidup sehat dan mempertahankan kondisi tubuh sehat.
 Pendidikan : Untuk menghindari alkohol dan obat terlarang, makan makanan yang sehat, hindari stres, gizi yang kurang, obat-obatan yang
mengganggu fungsi imunne. Edukasi ini juga bertujuan untuk mendidik keluarga pasien bagaimana menghadapi kenyataan ketika anak
mengidap AIDS dan kemungkinan isolasi dari masyarakat.
PENCEGAHAN

Pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dapat dicegah melalui tiga cara, dan bisa dilakukan mulai saat masa kehamilan, saat
persalinan, dan setelah persalinan. Cara tersebut yaitu:
 Penggunaan obat Antiretroviral selama kehamilan, saat persalinan dan untuk bayi yang baru dilahirkan. Pemberian antiretroviral
bertujuan agar viral load menjadi lebih rendah sehingga jumlah virus yang ada dalam darah dan cairan tubuh kurang efektif
untuk menularkan HIV. Resiko penularan akan sangat rendah (1-2%) apabila terapi ARV ini dipakai. Namun jika ibu tidak
memakai ARV sebelum dia mulai sakit melahirkan, ada dua cara yang dapat mengurangi separuh penularan ini. AZT dan 3TC
dipakai selama waktu persalinan, dan untuk ibu dan bayi selama satu minggu setelah lahir. Satu tablet nevirapine pada waktu
mulai sakit melahirkan, kemudian satu tablet lagidiberi pada bayi 2–3 hari setelah lahir. Menggabungkan nevirapine dan AZT
selama persalinan mengurangi penularan menjadi hanya 2 persen. Namun, resistansi terhadap nevirapine dapat muncul pada
hingga 20 persen perempuan yang memakai satu tablet waktu hamil. Hal ini mengurangi keberhasilan ART yang dipakai
kemudian oleh ibu. Resistansi ini juga dapat disebarkan pada bayi waktu menyusui. Walaupun begitu, terapi jangka pendek ini
lebih terjangkau di negara berkembang.
 Penanganan obstetrik selama persalinan Persalinan sebaiknya dipilih dengan menggunakan metode Sectio caesaria karena
metode ini terbukti mengurangi resiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai 80%. Apabila pembedahan ini disertai dengan
penggunaan terapi antiretroviral, maka resiko dapat diturunkan sampai 87%. Walaupun demikian, pembedahan ini juga
mempunyai resiko karena kondisi imunitas ibu yang rendah yang bisa memperlambat penyembuhan luka. Oleh karena itu,
persalinan per vagina atau sectio caesaria harus dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain.
 Penatalaksanaan selama menyusui Pemberian susu formula sebagai pengganti ASI sangat dianjurkan untuk bayi dengan ibu
yang positif HIV. Karena sesuai dengan hasil penelitian, didapatkan bahwa ± 14 % bayi terinfeksi HIV melalui ASI yang
terinfeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU
HAMIL DENGAN HIV
PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah awal dalam melakukan asuhan keperawatan secara keseluruhan.
Pengkajian terdiri dari tiga tahapan yaitu ; pengumpulan data, pengelompakan data atau
analisa data dan perumusan diagnose keperawatan (Depkes RI, 1991 ).
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam menghimpun imformasi (data-data) dari klien.
Data yang dapat dikumpulkan pada klien yaitu data sebelum dan selama kehamilan
1. Identitas pasien
2. Riwayat Kesehatan : Masa lalu, Sekarang, Menstruasi, Reproduksi
3. Keluhan Utama
4. Data Psikologi : Kondisi ibu hamil dengan HIV /AIDS takut akan penularan pada bayi yang
dikandungnya. Bagi keluarga pasien cenderung untuk menjauh sehingga akan menambah
tekanan psikologis pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
1. Breating
Kaji pernafasan bumil, apabila ibu telah terinfeksi sistem pernafasan maka sepanjang jalan pernafasan akan mengalami gangguan. Misal RR meningkat, kebersihan
jalan nafas.
2. Blood
Pemeriksaan darah meliputi pemeriksaan virus HIV/AIDS. Penurunan sel T limfosit; jumlah sel T4 helper; jumlah sel T8 dengan perbandingan 2:1 dengan sel T4;
peningkatan nilai kuantitatif P24 (protein pembungkus HIV); peningkatan kadar IgG, Ig M dan Ig A; reaksi rantai polymeraseuntuk mendeteksi DNA virus dalam
jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler; serta tes PHS (pembungkus hepatitis B dan antibodi,sifilis, CMV mungkin positif).
3. Brain
Tingkat kesadaran bumil dengan HIV/AIDS terkadang mengalami penurunan karena proses penyakit. Hal itu dapat disebabkan oleh gangguan imunitas pada bumil.
4. Bowel
Keadaan sisitem pencernaan pada bumil akan mengalami gangguan. Kebanyakan gangguan tersebut adalah diare yang lama. Hal itu disebabkan oleh penurunan
sistem imun yang berada di tubuh sehingga bakteri yang ada di saluran pencernaan akan mengalami gangguan. Hal itu dapat menyebabkan infeksi saluran
pencernaan.
5. Bladder
Kaji tingkat urin klien apakah ada kondisi patologis seperti perubahan warna urin, jumlah dan bau. Hal itu dapan mengidentifikasikan bahwa ada gangguan pada
sistem perkemian. Biasanya saat imunitas menurun resiko infeksi pada uretra klien.
6. Bone
Kaji respon klien, apakah mengalami kesulitan bergerak,reflek pergerakan. pada ibu hamil kebutuhan akan kalsium meningkat,periksa apabila ada resiko
osteoporosis. Hal itu dapat memburuk dengan bumil HIV/AIDS.
Data Etiologi Problem
DS: biasanya pasien Buang air besar selama berhari-hari, lemas, pusing
DO: wajah pucat, matanya cowong, kulit dan mukosa kering, tekanan turgor menurun, Diare (infeksi virus HIV yang menyerang usus )
 Kekurangan volume cairan

DS : biasanya pasien mengeluh lemas


DO: pasien terlihat kurus, Mual. Muntah dan diare yang berlebihan
 Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan

DS: biasanya pasien mengeluh nyeri pada bagian perut


DO :
P: nyeri meningkat ketika beraktifitas
Q: nyeri
R: nyeri di daerah abdomen kuadran kiri bawah
S: skala nyeri 8
T: nyeri hilang timbul Infeksi virus HIV pada usus
 Nyeri

S : nyeri pada daerah perianal


O : kulit perianal terlihat merah dan sedikit lecet dan Diare yang berlebihan
 Kerusakan integritas kulit

S : biasnya pasien mengeluh cemas


O : pasien menangis Takut bayi akan tertular virus HIV
 Ansietas

S : merasa cemas dan takut Persepsi ridak dapat diterima masyarakat Resiko tinggi isolasi social
O: -
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Kekurangan volume cairan b.d diare berat


2. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d pengeluaran yang berlebihan
( muntah
dan diare berat )
3. Nyeri b.d infeksi
4. Kerusakan integritas kulit b.d diare berat
5. Ansietas b.d transmisi dan penularan interpersonal ( pada bayi )
6. Resiko tinggi isolasi sosial b.d persepsi tentang tidak akan diterima dalam masyarakat
INTERVENSI KEPERAWATAN
diagnosa Tujuan Intervensi / Rasional
Kekuranga - 1. Pantau tanda-tanda vital, termasuk CVP bila terpasang. Catat
n volume Mempertahan hipertensi, termasuk perubahan postural.
cairan b.d kan hidrasi 2. Catat peningkatan suhu andurasi demam. Berikan kompres hangat
diare berat sesuai indikasi. Pertahankan pakaian tetap kering. Pertahankan
kenyamanan suhu lingkungan, Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan
rasa haus, Ukur haluan urine dan berat jenis urine. Ukur/kaji jumlah
kehilangan diare. Catat kehilangan kasat mata
3. Timbang berat badan sesuai indikasi
4. Pantau pemeriksaan oral dan memasukan cairan sedikitnya
2500ml/hari
1. Buat cairan mudah diberikan pada pasien; gunakan cairan yang
mudah ditoleransi oleh pasien
dan yang mengandung elektrolit yang dibutuhkan, mis., Gatorade, air
daging
2. Hilangkan yang potensial menyebabkan diare, yakni yang
pedas/makanan berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu. Mengatur
kecepatan/konsentrasi yang diberikan perselang, jika diperlukan.
diagnosa tujuan intervensi
Perubahan mempertahanka 1. Tentukan berat badan umum sebelum pasien
nutrisi : kurang n massa otot didiagnosa HIV
dari kebutuhan yang adekuat 2. Buat ukuran antropometri terbaru.
tubuh b.d - 3. Diskusikan/catat efek-efek samping obat-obatan
pengeluaran mempertahanka terhadap nutrisi.
yang berlebihan n berat antara 4. Sediakan informasi ,mengenai nutrisi dengan
( muntah 0,9-1,35 kg dari kandungan kalori, vitamin, protein, dan mineral
dan diare berat sebelum tinggi. Bantu pasien merencanakan cara untuk
berat ) sakit mempertahankan/menentukan masukan.
5. Tekankan pentingnya mempertahankan
keseimbangan/pemasukan nutrisi adekuat.
diagnosa tujuan Intervensi
Nyeri b.d Pasien bisa 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 1-10),
infeksi mengontrol frekuensi, dan waktu. Menandai gejala nonverbal misal
nyeri/rasa sakit gelisah, takikardia, meringitas.
2. Dorong pengungkapan perasaan.
3. Berikan aktivitas hiburan, mis., membaca, berkunjung, dan
menonton televisi.
4. Lakukan tindakan paliatif, mis., pengubahan posisi, masase,
rentang gerak pada sendi yang sakit.
5. Berikan kompres hangat/lembab pada sisi injeksi
pentamidin/IV selama 20 menit setelah pemberian.
6. Instruksikan pasien/dorong untuk menggunakan
visualisasi/bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik
napas dalam.
7. Berikan perawatan oral.
Diagnosa Tujuan Intervensi
Kerusakan Pasien 1. Menentukan garis dasar diamana perubahan pada status
integritas menunjukkan dapat dibandingkan dan melakukan intervensi yang tepat.
kulit perbaikan 2. Secara teratur ubah posisi, ganti seprei sesuai kebutuhan.
berhubunga integritas kulit Dorongan pemindahan berat badan secara periodik.
n dengan Lindungi penonjolan tulang dengan bantal, bantalan
diare berat tumit/siku, kulit. Mengurangi stress pada titik tekannan,
meningkatkan aliran darah ke jaringan dan meningkatkan
proses kesembuhan.
3. Pertahankan seprei bersih, kering, dan tidak berkerut.
Fiksasi kulit disebabkan oleh kain yang berkerut dan basah
yang menyebabkan iritasi dan
potensial terhadap infeksi.
4. Gunting kuku secara teratur.
Kuku yang panjang/kasar meningkatkan risiko kerusakan
dermal.
EVALUASI

1. Pasien menunjukkan tingkah laku/teknik untuk mencegah kerusakan kulit/meningkatkan


kesembuhan.
2. Menunjukkan kemajuan pada luka/penyembuhan lesi.
3. Keluhan hilangnya/terkontrolnya rasa sakit
4. Menunjukkan posisi/ekspresi wajah rileks
5. Dapat tidur/beristirahat adekuat
6. Membran mukosa pasien lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, haluaran urine
adekuat
7. menunjukkan nilai laboratorium dalam batas normal
8. melaporkan perbaikan tingkat energi
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai