Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.

N DENGAN LABIOPALATOSCHIZIS
DI RUANG PERINA RSU ADHYAKSA PADA TANGGAL
12 DESEMBER 2019 S/D 14 DESEMBER 2019

Disusun Oleh :
Astriet Pujiati
Nip. 199701212019022004
BAB I
A. LATAR BELAKANG

Labioskisis; 0.6

Labiopalatoskisis; 1.85

Berdasarkan Asian Congress of Oral dan Maxillofacial Surgeons (ACOMS) ke-10


yang dilaksanakan di Kuta , Bali pada 15-18 November 2012 didapati bahwa
penderita kelainan labiopalatoskisis di Indonesia setiap tahun bertambah rata-rata
7500 orang yang mana kira-kira dijumpai 1 anak yang menderita labiopalatoskisis
dari sekitar 700 kelahiran anak di Indonesia. ( Antara News, 2012).

Insiden labioskizis dengan atau tanpa palatoskizis lebih kurang 1 dalam


800 kelahiran hidup. Insidensi palatoskizis saja adalah 1 dalam 2000
kelahiran hidup. Labioskizis saja atau tapa palatoskizis lebih sering pada
wanita. (Wong, 2008
C. Ruang Lingkup
B. Tujuan
ASUHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
KEPERAWATAN PADA
PADA BY.
BY. N
N
DENGAN LABIOPALATOSCHIZIS
DENGAN LABIOPALATOSCHIZIS
DI
DI RUANG
RUANG PERINA
PERINA RSU
RSU ADHYAKSA
ADHYAKSA
PADA
PADA TANGGAL
TANGGAL
Umum Khusus 12
12 DESEMBER
DESEMBER 2019
2019 S/D
S/D 14
14 DESEMBER
DESEMBER
2019
2019

Mengetahui dan Diharapkan


memahami mampu
konsep Labiopalato melakukan
skizis  serta Kami menggunakan metode
1. pengkajian
asuhan deskriptif dan kepustakaan
keperawatannya. keperawatan
2. Diagnosa
keperawatan E. Sistem Penulisan
3. Intervensi
keperawatan BAB I Pendahuluan
4. Implementasi BAB II Tinjauan Teori
keperawatan BAB III Tinjauan Kasus
5. Evaluasi BAB IV Pembahasan
keperawatan BAB V Penutup
BAB II
A. Pengertian

Labiapalatoskizis adalah kelainan bawaan berupa bibir palatum (langit-langit)


sumbing, akibat dari kegagalan proses penutupan maxila dan premaxila selama
embrio, kelainan ini diduga terjadi akaibat infeksi virus yang diterima ibu pada
kehamilan trimester I tepatnya minggu ke 7 - 12. (Dwienda R, dkk. 2014).

1. Belum diketahui secara jelas.


2. akibat kelainan kromosom
3. Faktor Genetik
B. Etiologi Palatoskiziz terjadi lebih sering
ditemukan pada perempuan

(Dwienda R, dkk. 2014).


Sebelum Operasi :
1. Resiko
Komplikasi Gawat Darurat aspirasi
2. Pola makan

Pemberian informasi tentang cara


1. Promotif
menyusu dengan baik dan benar

Menghindari faktor resiko antara lain,


2. Preventif
Peran Perawat pola nafas

Perawatan dirumah
3. Kuratif

Menjaga Pola Makan,


4. Rehabilitatif Penkes/pemberian informasi dalam
memberikan asuhan dirumah.
PATHWAY
Insufisiensi zat Toksikosis
untuk tumbuh selama Infeksi Genetic
kembang kehamilan

Kegagalan fungsi palatum kegagalan fungsi palatum


Resti
trauma
sisi
Perubahan Resti trauma pembed
nutrisi kurang sisi ahan
dari kebutuhan pembedahan
tubuh
Pada garis tengah dengan septum
nasi

Adany
Adanya a
disfungsi tuba ganggu
Reflex mengisap Bayi rewel, Adanya an
ASI, yang eustachi yang
menangis, sumbing
dapat pertum
terganggu akibat tidak dapat pada bibir buhan
adanya patologis, mengakibatkan
beristirahat dan
terjadinya otitis anatom
pucat, turgor dengan tenang palatum i
kulit jelek, kulit media serta
dan nyaman,
gangguan nasofar
kering, perut sulit menhisap
pendengaran, ing,
kembung, BB dan menelan
adanya sifat adanya
menurun ASI.
kurang garis
menerima, jahitan
pada
KLASIFIKASI
Menurut (Janti, 2008) umumnya, sumbing bibir dan palatum dibagi dalam empat kelompok besar,
yaitu :
1. Celah bibir (labioskizis)
2. Celah di gusi (gnatoskizis)
3. Celah dilangit (Palatoskizis)
4. Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misalnya terjadi di bibir dan langit – langit
(labiopalatoskizis).

(A) Celah bibir unilateral tidak komplit, (B) Celah bibir unilateral (C) Celah bibir bilateral
dengan celah langit-langit dan tulang alveolar, (D) Celah langit-langit. (Stoll et al. BMC
Medical genetics. 2004, 154.)
MANIFESTASI KLINIS
1. kesulitan dalam koordinasi, pengolahan nafas berhenti nafas, malas makan
dan
2. kesulitan menghisap saat menyusui bingung saat sedang makan atau minum,
tersedak

Komplikasi
1. Pneumonia aspirasi
2. Gangguan pertumbuhan gigi, gangguan bicara
3. Gangguan pertumbuhan karena infeksi saluran pernafasan
akibat aspirasi

Cara pencegahan terjadinya bibir sumbing menurut (Rizki, 2013) :


1. Konsumsi asam folat sebanyak 400 mikrogram setiap hari selama satu bulan
sebelum konsepsi dan selama dua bulan pertama kehamilan.
2. Memperhatikan konsumsi obat-obatan (obat anti-epilepsi).
3. Hindari konsumsi minuman beralkohol dan merokok.
BAB III

TINJAUAN KASUS

  
A.    Kasus
• By. N lahir secara SC pukul 15.20 WIB a/i BSC 1x, jenis kelamin perempuan, A/S 9/10 BBL 2512 gr PB: 46 cm, LK: 33 cm, LD: 31 cm, LP:
30 cm LLA: 10 cm, cacat bawaan ada (Labiopalatoschizis).
•  
• B.    Pengkajian
• Identitas klien
• Nama : By. N
• Usia : 2 jam
• Jenis kelamin : perempuan
• Agama: islam
• Diagnosa medis : labiopalatoschizis

• Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : sadar penuh
• Antropometri
• Panjang badan : 46 cm
• Lingkar perut : 30 cm
• Lingkar kepala : 33 cm
• Lingkar dada 31 cm
• LLA : 10 cm
• BBL : 2512 gram
• TTV
• RR : 48 x/menit
• HR : 152 x/menit
• TD : -
• Suhu : 37 ℃
• Inspeksi : terdapat celah pada bagian bibir dan langit-langit mulut
• Palpasi: -
• Perkusi : -
• Auskultasi : Sonor
RENCANA KEPERAWATAN

Tanggal/ Diagnosa Keperawatan / Rencana Keperawatan


Jam Masalah Kolaborasi
No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi

12-12-19 Defisit NOC NIC


17.00 WIB nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi :
  dengan: Ketidakmampuan keperawatan selama 3 x 24 1. Monitor asupan makanan
1 menelan ditandai dengan jam, maka status nutrisi 2. Pantau respon menelan
labiopalatoshizis membaik dengan kriteria hasil pasien
  : 3. Monitor berat badan
1. Tidak ada tanda Pemantauan nutrisi :
malnutrisi 4. Identifikasi faktor yang
2. Menunjukkan fungsi mempengaruhi asupan gizi
pengecap dan menelan 5. Identifikasi pola makan,
3. Tidak terjadi penurunan kemampuan menelan, dan
berat badan yang berarti kelainan mulut
Tanggal/Jam Diagnosa Keperawatan / Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi
No. Dx Tujuan dan Kriteria hasil Rencana intervensi

12-12-19 Defisit NOC : NIC : 


pengetahuan berhubungan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan :
18.00 WIB
dengan kurang terpapar keperawatan selama 3 x 24 jam 1.  Identifikasi kesiapan
  informasi ditandai dengan : maka tingkat pengetahuan dan kemampuan
DS : meningkat dengan kriteria hasil: menerima informasi
2
1. Perilaku sesuai dengan 2. Ajarkan keluarga
1. Orangtua menanyakan
anjuran dalam melakukan
masalah yang dihadapi
2. Keluarga menyatakan asuhan
(cara pemberian ASI)
pemahaman tentang 3. Berikan kesempatan
DO : penyakit, kondisi, untuk bertanya
prognosis, dan program
2. Orangtua tampak
pengobatan meningkat
bingung
3. Keluarga mampu
melaksanakan prosedur
yang dijelaskan secara benar
Tanggal/ Diagnosa Keperawatan / Rencana keperawatan
Jam Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria hasil Rencana intervensi
NO. Dx

12-12-2019 Resiko Aspirasi NOC NIC


berhubungan degan Setelah dilakukan tindakan
18.00 WIB Manajemen jalan nafas;
adanya celah di palatum keperawatan selama 3 x 24
Pencegahan Aspirasi :
3 jam maka tingkat
pengetahuan meningkat 1. Monitor pola nafas
dengan kriteria hasil: (frekuensi, kedalaman,
1. Kemampuan menghisap usaha nafas)
dan menelan meningkat 2. Pertahankan kepatenan
2. 2. Menolerasnsi jalan nafas
pemberian makan per 3. Monitor kesadaran, batuk,
enteral tanpa aspirasi. muntah, menelan
 
3.Memiliki bunyi paru yang 4. Kaji reflek hisap
bersih dan jalan nafas yang 5. Berikan ASI atau susu
paten formula menggunakan alat
makan khusus (dot khusus)
Diagnosa Keperawatan
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan/
kesukaran dalam makan sekunder akibat kecacatan dan
pembedahan.
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan teknik pemberian
makan dan perawatan di rumah.
3. Resiko aspirasi berhubungan dengan adanya celah di palatum
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama: By. N No. RM: 06-99-41
Usia: 2 hari Ruangan: Perina

TANGGAL NO IMPLEMENTASI EVALUASI


/JAM DIAGNOSA
14-12-19 1 S: tidak ada
1. Monitor asupan makanan
12.00 WIB    
    R: Memberi minum susu formula per O: kesadaran compos mentis, akral
   
   
2-3 jam, Pasien mampu menyusui / hangat, CRT <3 detik,
     minum susu hingga 15cc / 3 jam tanda-tanda vital dalam batas normal,
    motorik aktif, mampu menghisap dan
  2. Pantau respon menelan pasien
menelan dengan baik
    R: memberi nutrisi lewat dot khusus
 
  3. Monitor berat badan
  A: Defisit nutrisi belum teratasi
 
 
R: Menimbang BB : 2512 gr  
  4. Identifikasi faktor yang mempengaruhi  
  P : Intervensi dilanjutkan
  asupan gizi
  1. Monitor berat badan
R: mengkaji reflek hisap dan menelan,
  2. Identifikasi faktor yang
  hasil reflek hisap dan menelan baik
  5. Identifikasi pola makan, kemampuan mempengaruhi asupan gizi
  menelan, dan kelainan mulut 3. Identifikasi pola makan,
  R: Pola makan baik, kemampuan kemampuan menelan, dan kelainan
  menelan baik (pasien dapat menelan) mulut
 
 
14-12- 2 1.  Identifikasi kesiapan dan kemampuan S: tidak ada
2019    
12.00   menerima informasi O: kesadaran compos mentis, akral
WIB   R: Memberikan informasi terkait kondisi hangat, CRT <3 detik,
    bayi kepada keluarga, keluarga menerima tanda-tanda vital dalam batas normal
    Pasien menerima asuhan dari
dengan kondisi yang dialami pada bayinya
    keluarga dengan baik, keluarga
    2. Ajarkan keluarga dalam melakukan asuhan mampu memberi asuhan dengan
    R: mengajarkan cara pemberian susu melalui baik
   
dot khusus, memberitahu keluarga bahwa
  A: Defisit pengetahuan teratasi
  harus hati-hati dalam memberi minum susu,  
  keluarga mampu memberi asuhan kepada P: Intervensi dihentikan
  pasien.
  3. Berikan kesempatan untuk bertanya
  R: Menanyakan kembali informasi yang telah
diberikan mengenai cara pemberian minum.
Nama : By. N No. Register : 06-99-41
Usia : 2 Hari Ruang : Perina

TANGGAL NO IMPLEMENTASI EVALUASI


/ JAM DIAGNOS
A
14-12-2019 3 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha S: tidak ada
 
12.00 WIB   nafas) O: kesadaran compos mentis, akral
R: HR: 130 x/m, RR: 44 x/m, S: 36,7℃, nafas cuping hangat, CRT <3 detik, tanda-tanda vital
 
hidung tidak ada, retraksi tidak ada, sianosis tidak dalam batas normal, nafas cuping
  hidung tidak ada, retraksi tidak ada,
ada.
sianosis tidak ada, motorik aktif , hidung
  2. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan mulut bersih, auskultasi suara nafas
R: sumbatan pada hidung tidak ada, sianosis tidak sonor.
   
ada, nafas cuping hidung tidak ada, retraksi tidak
  A: Resiko Aspirasi belum teratasi
ada.
  3. Monitor kesadaran, batuk, muntah, menelan P: Intervensi dilanjutkan

  R: Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis


1. Monitor pola nafas (frekuensi,
E4V5M6, HR: 130 x/m, RR: 44 x/m, S: 36,7℃, batuk
  kedalaman, usaha nafas)
tidak ada, muntah tidak ada
2. Pertahankan kepatenan jalan nafas
  4. Kaji reflek hisap
3. Monitor kesadaran, batuk, muntah,
  R: mealtih reflek hisap (oromotor), reflek hisap baik
5. Berikan ASI atau susu formula menggunakan alat menelan
minum khusus (dot khusus) 4. Kaji reflek hisap
R: Menganjurkan keluarga untuk mempuyai dot 5. Berikan ASI atau susu formula
khusus, beri ASI / susu formula 15-20cc / 3 jam. menggunakan alat makan khusus
(dot khusus)
BAB IV
Pengkajian Diagnosa
Pada tahap pengkajian, Tidak ada kesenjangan pada diagnosa teori dan
pengkajian keperawatan pada kasus
kasus dan teori tidak terdapat
Diagnosa prioritas pre op pada kasus : Nyeri
kesenjangan yaitu diantaranya
sedangkan kasus adalah ansietas
adanya celah pada bibir dan
Post op : Nyeri
langit mulut. Penulis
membandingkan atara Faktor pendukung analisa data yang ditemukan
pengkajian secara teori dengan mengacu pada data-data diagnosa keperawatan
yang muncul.
pelaksanaan ditemukan data
yang sama, tidak ada Faktor penghambat nya yaitu kurang nya
kesenjangan. referensi. Solusinya yaitu dengan mencari di
jurnal dan toko buku.
Intervensi
Perencanaan yang diberikan dikasus sama
dengan yang ada di teori.

Penghambat : kesulitan untuk menganalisa


dan memilih intervensi yang efektif untuk
pasien.
Next...
Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan
tindakan keperawatan yang sudah direncanakan.
Namun tidak semua dilakukan karena melihat
kondisi pasien yang ada pada kasus dan teori
Faktor pendukung pada tahap ini yaitu adanya
sikap koopertaif pasien dan keluarga saat
dilakukan tindakan keperawatan.
Evaluasi
Pada tahap evaluasi dari 3 diagnosa keperawatan
, hanya ada 1 masalah teratasi, dan 2 teratasi
sebagian.

Faktor penghambat pada tahap ini yaitu


keterbatasan sarana, prasarana. Sedangkan
faktor pendukungnya yaitu kerjasama antara
penulis, pasien dan perawat ruangan
BAB V
KESIMPULAN
Celah bibir dan langit-langit (Cleft lip and palate) adalah suatu cacat/kelainan bawaan
berupa celah pada bibir, gusi, dan langit-langit. Labio / Palato skisis merupakan kongenital
yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur wajah (Ngastiah, 2005 : 167).
Klasifikasi labiopalatoskisis dibagi menjadi palatum primer dan palatum sekunder.
Penyebab labiopalatoskisis diantaranya faktor genetik, insufisiensi zat untuk tumbuh kembang
organ, pengaruh obat teratogenik, dan faktor lingkungan.
Manifestasi klinis labiopalatoskisis antara lain deformitas pada bibir, kesukaran dalam
menghisap/makan, kelainan susunan archumdentis.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan penunjang dan
pemeriksaan diagnosis.
Asuhan keperawatan pada labiopalatoskisis meliputi pengkajian (biodata, riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik) , diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Adapun diagnosa keperawatan prioritas pre operasi lumpectomy pada teori adalah
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkait penyakit : nyeri, sedangkan pada
kasus diagnosa keperawatan prioritas pre operasi lumpectomy yang muncul adalah ansietas
berhubungan dengan prosedur operasi. Rencana & tindakan keperawatan dilakukan sesuai
dengan masalah keperawatan dan kebutuhan pasien. Evaluasi keperawatan yang dicapai dari 5
(lima) diagnosa sudah teratasi.
SARAN

Setelah mengetahui dan membahas secara rinci mengenai asuhan keperawatan,


maka penulis memberikan saran kepada beberapa pihak, yaitu :

Karyawan
• Diharapkan dapat lebih rajin mencari informasi mengenai kasus, sehingga tahu
cara penanganan yang benar dalam melakukan asuhan keperawatan
Institusi
• Untuk institusi diharapkan dapat menambahkan refrensi terbaru yang lebih luas

Rumah Sakit Marinir Cilandak


• Untuk Rumah Sakit Umum Adhyaksa khususnya Ruang Perina diharapkan
dokumentasi keperawatan yang sudah baik agar dapat dipertahankan. Serta
dapat bekerja sama dengan baik untuk tindakan keperawatan yang selanjutnya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai