Anda di halaman 1dari 20

“DISTOSIA BAHU”

OLEH :
TANTI KRUSITA DEWI (P17331195007)
ADENIN DWI PRIYASTUTI (P17331195015)
KASUS
Ny.Melati mengatakan hamil pertama usia kehamilan 9
bulan datang ke PMB tanggal 23 Januari 2020 pukul
15.00 wib mengeluh kenceng-kenceng sejak semalam,
keluar cairan bening dari kemaluan tanggal 23 januari
2020 pukul 14.30 wib, HPHT 20 April 2019 HPL 27
Januari 2020, dan sekarang ingin meneran. Setelah
diperiksa oleh bidan Mawar hasilnya terdapat tanda-
tanda persalinan kala 2 (pembukaan lengkap), ketuban
negatif selanjutnya dipimpin persalinan. Setelah
kepala lahir tampak kepala seperti kura-kura tidak
dapat melakukan putar paksi luar.
DEFINISI

• Distosia bahu adalah kelahiran kepala janin dengan


bahu anterior macet diatas sacral promontory
karena itu tidak bisa lewat masuk ke dalam panggul,
atau bahu tersebut bisa lewat promontory tetapi
mendapat halangan dari tulang sacrum (tulang ekor)
(Anik Maryunani, 2013).
• Distosia bahu adalah presentasi janin yaitu kepala,
kepala telah lahir tetapi bahu tidak dapat dilahirkan
dengan cara-cara biasa (Harry & William, 2010).
PENYEBAB DISTOSIA BAHU
Distosia bahu terutama disebabkan
oleh deformitas panggul, kegagalan
bahu untuk “melipat” kedalam panggul
(misal: pada makrosomia) disebabkan
oleh fase aktif dan persalinan kala 2
yang pendek pada multipara.
Pada keadaan menyebabkan penurunan
kepala yang terlalu cepat yang
menyebabkan bahu tidak melipat pada
saat melalui jalan lahir atau kepala
telah melalui pintu tengah panggul
setelah mengalami pemanjangan kala 2
sebelah bahu berhasil melipat masuk
kedalam panggul.
FAKTOR RESIKO
• Ibu dengan diabetes
• Janin besar (makrosomia)
• Riwayat obstetri/ persalinan dengan bayi besar
• Ibu dengan obesitas
• Multiparitas
• Kehamilan posterm dapat menyebabkan distosia bahu
karena janin terus tumbuh hingga usia 42 minggu
• Riwayat obstetri dengan persalinan lama/ riwayat
distosia bahu
• Cephalopelvic disproportion
• The American College Of Obstetrician And Gynecologist (2000)
meninjau penelitian-penelitian yang diklasifikasikan menurut metode
evidance-based yang dikeluarkan oleh united states preventive
service task force menyimpulkan bahwa :
 Sebagian besar kasus distosia bahu tidak dapat diramalkan atau
dicegah karena tidak ada metode yang akurat untuk
mengidentifikasikan janin mana yang akan mengalami komplikasi ini.
 Pengukuran ultrasonic untuk memperkirakan makrosomia memiliki
akurasi yang terbatas.
 Seksio sesarea elektif yang didasarkan atas kecurigaan makrosomia
bukan merupakan strategi yang beralasan. Seksio sesarea elektif
dapat dibenarkan pada wanita non-diabetik dengan perkiraan berat
janin lebih dari 5000 gram atau wanita diabetik dengan berat
lahirnya diperkirakan melebihi 4500 gram.
PENILAIAN KLINIK

• Kepala janin telah lahir


namun masih erat berada di vulva
• Kepala bayi tidak melakukan
putaran paksi luar
• Dagu tertarik dan menekan perineum
• Tanda kepala kura-kura yaitu penarikan kembali kepala
terhadap perinium sehingga tampak masuk kembali
kedalam vagina
• Penarikan kepala tidak berhasil melahirkan bahu yang
terperangkap dibelakang simfisis
KOMPLIKASI

Perdarahan post partum

• Kecacatan pleksus brachialis transien


adalah cidera yang paling sering
dijumpai
• Selain itu juga terjadi fraktur
klavikula, fraktur humerus, dan
kematian neonatal (Harry & William,
2010).
PATOFISIOLOGI
• Mekanisme normal
• Umumnya bahu masuk panggul
dalam diameter obligue. Dengan
demikian majunya persalinan maka
bahu turun dan sesuai dengan
bentuk jalan lahir diameter
bisacromialis akan berputar ke
diameter anteroposterior
panggul. Dengan mekanisme ini
bahu depan ada dibawah simpisis
pubis sedikit disamping garis
tengah dan kemudian lahir (Harry
& William, 2010).
• Mekanisme pada distosia bahu
• Tertahannya bahu lebih mudah terjadi bila bahu memasuki
panggul dengan diameter bisacrominalis pada diameter
anteroposterior PAP, tidak pada salah satu diameter oblique.
Jarang terjadi kedua bahu tertahan disisi PAP. Biasanya bahu
belakang dapat melewati promontorium tetapi yang bahu
depan tertahan oleh simpisis pubis. bahu memasuki panggul
dengan diameter bisacrominalisnya pada diameter
anteroposterior PAP (Harry & William, 2010).
• Saat ibu meneran akan menyebabkan bahu
depan (anterior) berada dibawah pubis, apabila
bahu gagal untuk mengadakan putaran
menyesuaikan dengan sumbu miring dan tetap
berada pada posisi anteroposterior, pada bayi
besar akan terjadi benturan bahu depan
terhadap simfisis sehingga bahu tidak bisa lahir
mengikuti kepala
PENATALAKSANAAN

Langkah penanganan pertama “hindari 4 P”


• Panic (panik)
• Pulling (menarik kepala)
• Pushing (mendorong fundus)
• Pivoting (memutar kepala secara tajam, dengan
koksigis sebagai tumpuan)
Prinsip tatalaksana distosia bahu :
• Bebaskan bahu depan dari tahanan simfisis
• Kecilkan diameter biakromion
• Perluas kapasitas panggul
TEKNIK PENATALAKSANAAN

• Ask for help


Meminta bantuan keluarga, sejawat, bidan team
dengan dokter
• Lifting the legs and buttocks (Mc. Robert)
• Manuver Mc.Robert (kedua kaki hiperfleksi)
• Fleksikan kedua paha ke arah abdomen
• Membutuhkan asisten
• Anterior disimpaction of shoulder

• Ekternal : Suprapubic pressure (manuver massanti )


• Tidak boleh menekan fundus
• Penanganan abdomen : penekanan dilakukan pada suprapubik
dengan ujung genggaman tangan pada bagian belakang bahu depan
untuk membebaskan dari tahanan simfisis.
• Internal : Manuver rubin
• Melalui pendekatan pervaginam
• Abduksikan bahu depan dengan menekan bagian belakang bahu
(bahu didorong ke arah dada)
• Pertimbangkan tindakan episiotomy
• Tidak boleh menekan fundus
• Rotation of posterior shoulder (rotasi bahu
belakang)
• Manuver wood dengan memutar bahu belakang
secara progresif sebesar 180˚ dengan gerakan
seperti membuka tutup botol, bahu depan yang
terjepit dapat dibebaskan. Tindakan ini sering
disebut sebagai Manuver Corkscrew Woods
• Manual removal of posterior arm
• (Manuver schwartz fleksikan tangan pada siku)
lengan belakang dikeluarkan secara manual
• Fleksikan tangan pada siku (tekan fosa ante cubiti
untuk memfleksikan tangan). Usapkan tangan
sepanjang dada, raih lengan kebelakang, dan
keluarkan tangan secara perlahan.
• Episiotomi
Membantu wood’s memberi ruang untuk mengeluarkan
pergelangan tangan belakang
• Roll over / merangkak / gaskin
Fleksibilitas sendi sakroiliaka bisa meningkatkan
diametersagital pintu atas panggul sebesar 1-2 cm dan
pengaruh gravitasi akan membantu bahu posterior melewati
promontorium (modul PPGDON.2016).
SOAP

Anda mungkin juga menyukai