Anda di halaman 1dari 39

KAMIS 29 MARET 12.30 - 13.

20
  5 APRIL SISTEM INTEGUMENTUM
  12 APRIL  
  19 APRIL  
  26 APRIL LATIHAN UTS
  3 MEI LATIHAN UTS
     
  14 s/d 20 MEI 2018
  UJIAN TENGAH SEMESTER
 
  24 MEI SIATEM RESPIRATORI
  31 MEI  
  7 JUNI  
  14 JUNI SISTEM GENITOURINARIA
  21 JUNI  
  28 JUNI  
  5 JULI LATIHAN SEMESTER
  12 JULI LATIHAN SEMESTER
  19 JULI LATIHAN SEMESTER

23 s/d 29Sistem
JULII 2018 by dr. Maryata
Respiratory UJIAN SEMESTER
ILMU PENYAKIT
SISTEM INTEGUMENTUM SISTEM GENITO
URINARIA
SISTEM RESPIRATORY

Sistem Respiratory by dr. Maryata


TUGAS & KEWENANGAN BIDAN
Permenkes Pasal 9
1464/MENKES/PER/X/2010 Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk
Ttg izin dan penyelenggaraan memberikan pelayanan yang meliputi :
praktek bidan a. Pelayanan kesehatan Ibu;
b. Pelayanan Kesehatan Anak; dan
c. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
SEHAT keluarga berencana.

 Panas
KENYATAAN YANG  Pusing
DIHADAPI SEHARI HARI  Diare
 Muntah, dll

SAKIT
Sistem Respiratory by dr. Maryata
SISTEM INTEGUMENTUM

LANGKAH LANGKAH

SISTEM RESPIRATORY KENALI GEJALA DAN TANDA

PENANGANAN SEMENTARA
SISTEM GENITO URINARIA
NASEHAT PERAWATAN

Sistem Respiratory by dr. Maryata


Sinusitis SISTEM RESPIRATORI
Influenza

Faringitis

Bronkitis

Asma

Tuberkulosis

Sistem Respiratory by dr. Maryata


Definisi
Rinosinusitis adalah

SINUSITIS
penyakit akibat Kriteria diagnosis rinosinusitis menurut
peradangan pada American Academy of Otolaryngology
mukosa sinus paranasal
dan rongga hidung. Faktor MAYOR Faktor MINOR
 Hidung  Sakit kepala
Faktor Risiko tersumbat  Demam
1. Riwayat kelainan anatomis  Keluar sekret  Halitosis
kompleks osteomeatal, dari hidung atau  Lemah ( fatique )
seperti deviasi septum
postnasal  Sakit atau rasa
2. Rinitis alergi
3. Rinitis non-alergi, misalnya discharge yang penuh di telinga
vasomotor, medikamentosa purulen  Batuk
4. Polip hidung  Nyeri pada wajah
5. Riwayat kelainan gigi atau  Hiposmia /
gusi yang signifikan Keluhan anosmia
6. Asma bronkial  Gejala yang dialami, sesuai dengan kriteria
7. Riwayat infeksi saluran  Onset timbulnya gejala, dibagi menjadi:
pernapasan atas akut yang  Akut : < 12 minggu
sering berulang  Kronis : ≥ 12 minggu
8. Kebiasaan merokok  Khusus untuk sinusitis dentogenik:
9. Pajanan polutan dari  Salah satu rongga hidung berbau busuk
lingkungan sehari-hari  Dari hidung dapat keluar ingus kental atau tidak
10. Kondisi imunodefisiensi, beringus
misalnya HIV/AIDS  Terdapat gigi di rahang atas yg berlubang / rusak
Sistem Respiratory by dr. Maryata
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
1. Suhu dapat meningkat 4. Rinoskopi posterior
2. Pemeriksaan rongga mulut dapat ditemukan Ada sekret purulen pada nasofaring.
karies profunda pada gigi rahang atas.  Bila sekret terdapat di depan muara tuba
3. Rinoskopi anterior Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus
bagian anterior (maksila, frontal, etmoid
a. Edema dan / atau obstruksi mukosa di anterior),
meatus medius  bila sekret mengalir di belakang muara tuba
b. Sekret mukopurulen. Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus
Bila sekret tersebut nampak pada bagian posterior (sfenoid, etmoid posterior)
meatus medius, kemungkinan sinus 5. Otoskopi
yang terlibat adalah maksila, frontal,
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
atau etmoid anterior.
adanya komplikasi pada telinga, misalnya tuba
Pada sinusitis dentogenik, dapat pula
oklusi, efusi ruang telinga tengah, atau kelainan
tidak beringus.
pada membran timpani (inflamasi, ruptur).
c. Kelainan anatomis yg mempredisposisi,
6. Foto polos sinus paranasal dengan Water’s view (AP
misalnya: deviasi septum, polip nasal,
/ lateral)
atau hipertrofi konka
 penebalan mukosa (perselubungan), air-fluid
level, dan opasifikasi sinus yang terlibat.
 Foto polos sinus tidak direkomendasikan untuk
anak berusia di bawah 6 tahun
Sistem Respiratory by dr. Maryata
sar Penegakkan Diagnosis Rinosinusitis Akut (RSA)
Pada Orang Dewasa Pada Anak
Kriteria Sekurangnya 2 faktor mayor, di mana salah satu harus: Sekurangnya 2 faktor mayor, di mana salah satu harus:
a. hidung tersumbat, atau a. hidung tersumbat, atau
b. keluar sekret dari hidung atau post-nasal discharge yang purulen b. keluar sekret dari hidung atau postnasal discharge yang purulen
c. dan dapat disertai: nyeri pada wajah , hiposmia / anosmia c. dan dapat disertai: nyeri pada wajah , batuk
Onset Tiba – tiba Tiba – tiba
Durasi gejala < 12 minggu < 12 minggu
Bila rekurens, terdapat interval bebas gejala yang jelas Bila rekurens, terdapat interval bebas gejala yang jelas
Pemeriksaan Rinoskopi anterior: Rinoskopi anterior (bila dapat dilakukan):
Fisik a. Edema dan hiperemia konka a. Edema dan hiperemia konka
b. Sekret mukopurulen b. Sekret mukopurulen Inspeksi rongga mulut:
c. Sekret pada faring
d. Eksklusi infeksi pada gigi

Rinosinusitis akut dapat dibedakan lagi menjadi : Dasar Penegakkan Diagnosis Rinosinusitis
1. Rinosinusitis akut viral (common cold): Bila durasi gejala < 10 hari Kronik
Dewasa dan(RSK)
Anak
2. Rinosinusitis akut pasca-viral:
a. Bila terjadi peningkatan intensitas gejala setelah 5 hari, atau
b. Bila gejala persisten > 10 hari namun masih < 12 minggu Kriteria Sekurangnya 2 faktor mayor, di mana salah satu harus:
3. Rinosinusitis akut bakterial: Bila terdapat sekurangnya 3 tanda / gejala a. hidung tersumbat, atau
berikut ini: b. keluar sekret dari hidung atau post-nasal discharge yg
a. Sekret berwarna atau purulen dari rongga hidung purulen
b. Nyeri yang berat dan terlokalisasi pada wajah Durasi Gejala c. Dan dapat disertai: nyeri pada wajah,hiposmia / anosmia
c. Demam, suhu > 38oC Pemeriksaan Fisik ≥ 12 minggu
d. Peningkatan LED / CRP
Rinoskopi anterior:
e. Double sickening, yaitu perburukan setelah terjadi perbaikan
sebelumnya d. Edema konka, dapat disertai hiperemia
e. Sekret mukopurulen Inspeksi rongga mulut:
f. Sekret pada faring
Sistem Respiratory by dr. Maryata g. Eksklusi infeksi pada gigi
Pem Penunjang Dianjurkan, bila tidak sembuh setelah 2 minggu terapi
Komplikasi

1. Kelainan orbita
 Penyebaran infeksi ke orbita paling sering terjadi pada sinusitis etmoid, frontal, dan
maksila
 Gejala dan tanda yang patut dicurigai sebagai infeksi orbita adalah: edema periorbita,
selulitis orbita, dan nyeri berat pada mata.
 Kelainan dapat mengenai satu mata atau menyebar ke kedua mata.
2. Kelainan intrakranial
 Penyebaran infeksi ke intrakranial dapat menimbulkan meningitis, abses ekstradural, dan
trombosis sinus kavernosus.
 Gejala dan tanda yang perlu dicurigai adalah: sakit kepala (tajam, progresif, terlokalisasi),
paresis nervus kranial, dan perubahan status mental pada tahap lanjut.
3. Komplikasi lain, terutama pada rinosinusitis kronik, dapat berupa: osteomielitis sinus maksila,
abses subperiosteal, bronkitis kronik, bronkiektasis

Sistem Respiratory by dr. Maryata


Penatalaksanaan
Konseling dan Edukasi
1. Pasien dan atau keluarga perlu mendapatkan penjelasan yang
adekuat mengenai penyakit yang dideritanya, termasuk faktor
risiko yang diduga mendasari.
2. Dokter bersama pasien dapat mendiskusikan hal-hal yang
dapat membantu mempercepat kesembuhan, misalnya:
a. Pada pasien perokok, sebaiknya merokok dihentikan.
Dokter dapat membantu pasien berhenti merokok dengan
melakukan konseling (dengan metode 5A Ask, Advise, Tujuan dan Prinsip
Assess, Assist, dan Arrange) atau anjuran (metode  Tujuan penatalaksanaan RSA adalah
pengurangan, penundaan, atau cold turkey, sesuai mengeradikasi infeksi, mengurangi
preferensi pasien).
severitas dan durasi gejala, serta
b. Bila terdapat pajanan polutan sehari-hari, dokter dapat
membantu memberikan anjuran untuk meminimalkannya, mencegah komplikasi.
misalnya dengan pasien menggunakan masker atau ijin  Prinsip utama tatalaksana adalah
kerja selama simtom masih ada. memfasilitasi drainase sekret dari sinus
c. Pasien dianjurkan untuk cukup beristirahat dan menjaga ke ostium di rongga hidung..
hidrasi.
d. Pasien dianjurkan untuk membilas atau mencuci hidung
secara teratur dengan larutan garam isotonis (salin). Algoritma tatalaksana RSA

Sistem Respiratory by dr. Maryata


RINOSINUSITIS AKUT RINOSINUSITIS KRONIS

Gejala < 5 hari, Gejala persisten > 10


atau membaik hari atau meningkat KS topikal
setelah 5 hari setelah 5 hari Irigasi nasal dengan
salin

Common cold  Severitas sedang  Severitas berat


 Gejala / tanda  Gejala / tanda Evaluasi setelah
infeksi bakterial (-) infeksi bakteri 4 minggu
Terapi simtomatik (+)**
a. Analgetik
b. Irigasi nasal RSA Pasca Viral RSA Pasca Bakterial
dengan salin Perbaikan Perbaikan
c. Dekongestan (-) (+)
+ KS* topikal + antibiotik + KS topikal

10 hari 10 hari 10 hari

Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan Perbaikan


(+) (-) (+) (-) (-) (+)
Rujuk segera !
 Edema / eritema periorbital
 Perubahan posisi bola mata
Rujuk THT  Diplopia
 Oftalmoplegia
 Penurunan visus
Lanjutkan Terapi 7 – 14 hari
 Sefalgia frontal uni/bilateral hebat
Sistem Respiratory by dr. Maryata  Pembengkakan area frontal
TERAPI  Tanda meningitis
TERAPI
DOSIS
GOLONGAN OBAT PENGGUNAAN
DEWASA ANAK
Irigasi Nasal Salin fisiologis (NaCl 0,9%)     Sebagai ajuvan
2 X 2 spray sehari,
Dekongestan Oxymetazolin 0,05% nasal tidak lebih dari 3 X
di tiap rongga 2 X 2 spray sehari, di tiap rongga hidung
topikal spray dalam 24 jam
hidung
Umumnya
pseudoefedrin lepas
Dekongestan 4 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis per hari · Usia < 2 tahun:
Pseudoefedrin 4 X 40 mg per hari lambat dikombinasikan
sistemik (per oral) belum ada data efikasi dan keamanan
dengan zat aktif lain
(antihistamin).
1500 – 3000 mg /
Analgetik Parasetamol hari, dibagi 3 – 4 10 - 15 mg/kgBB/kali, 4 – 4 dosis per hari Bila perlu
dosis per hari
Mukolitik Bromhexin-HCl 3 x 30 mg / hari Belum ada data efikasi dan keamanan Bila perlu
4 x 100 – 400 mg /
  Guaiafenesin hari Belum ada data efikasi dan keamanan Bila perlu
2 – 3 x 300 mg /
  Erdostein hari Belum ada data efikasi dan keamanan Bila perlu
usia < 6 tahun belum ada data efikasi dan keamanan Usia
Kortikosteroid 1 - 4 spray / hari /
Budesonide 6 – 11 tahun: 1 – 2 spray/hari/rongga hidung
topikal (intranasal) rongga hidung
Usia ≥ 12 tahun: 1 – 4 spray/hari/rongga hidung  
1 – 2 spray/hari/ Usia < 4 tahun: belum ada data efikasi dan keamanan
Fluticasone propionate Sistem Respiratory by dr. Maryata
  rongga hidung Usia ≥ 4 tahun: 1 – 2 spray/hari/rongga hidung  
DOSIS
GOLONGAN OBAT PENGGUNAAN
DEWASA ANAK
Antibiotik
Lini 1 Amoxillin 3 X 500 mg / hari 25 – 50 mg/kgBB/hari, 3 dosis per hari Selama 7 – 10 hari
Trimetoprim -
  Sulfametoxazol 2 X 160/480 / hari8 – 20 mg TMP/kgBB/hari, 2 dosis per hari Selama 7 – 10 hari
  Eritromisin 4 X 500 mg / hari 50 – 100 mg/kgBB/hari, 4 dosis per hari Selama 7 – 10 hari
Amoxicillin – Asam
Lini 2 2 x 2000 mg / hari 25 – 50 mg/kgBB/hari, 2 dosis per hari Selama 7 – 10 hari
Clavulanat
Usia < 1 tahun: belum ada data efikasi dan keamanan
  Ciprofloxacin 2 x 500 mg / hari Selama 7 – 10 hari
Usia ≥ 1 tahun: 10 – 20 mg/kgBB/hari, 2 dosis per hari
  Levofloxacin 1 x 750 mg / hari Belum ada data efikasi dan keamanan Selama 7 – 10 hari
1 x 500 mg / hari
(untuk 3 hari) atau
  Azithromycin 10 mg/kgBB/hari, 1 dosis per hari, untuk 3 hari  
2000 mg dosis
tunggal

Sistem Respiratory by dr. Maryata


INFLUENSA Keluhan
Keluhan yang sering
muncul adalah :
 demam,
 bersin,
 batuk,
 sakit tenggorokan,
 hidung meler,
 nyeri sendi dan badan,
Definisi  sakit kepala,
 Influenza, sering dikenal dengan flu adalah penyakit  lemah badan.
menular disebabkan oleh virus RNA yaitu virus Faktor Risiko
influenza A, B dan lebih jarang C. 1. Daya tahan tubuh menurun
 Virus influenza terus mengalami perubahan, sehingga 2. Kepadatan hunian dan kepadatan
dalam beberapa waktu akan mengakibatkan wabah penduduk yang tinggi
(pandemik) yang parah. 3. Perubahan musim/cuaca
 Virus ini menyerang saluran napas atas dan paru-paru 4. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Tanda Patognomonis 5. Usia lanjut
Tanda Patognomonis 1. Febris Faktor Resiko
2. Rinore
3.Sistem
Mukosa hidung
Respiratory edema
by dr. Maryata
Penatalaksanaan
1. Tatalaksana influenza umumnya tanpa obat(self-
limited disease). Hal yang perlu ditingkatkan adalah
daya tahan tubuh. Tindakan untuk meringankan
gejala flu adalah beristirahat 2-3 hari, mengurangi
kegiatan fisik berlebihan, meningkatkan gizi makanan
dengan makanan berkalori dan protein tinggi, serta
buah-buahan yang tinggi vitamin.

2. Terapi simptomatik per oral


a. Antipiretik. 3. Konseling dan Edukasi
− Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500
mg/hari (10-15 mg/kgBB), atau 1. Edukasi terutama ditujukan untuk individu dan lingkungannya.
− ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari (5-10 Penyebaran penyakit ini melalui udara sehingga lingkungan rumah harus
mg/kgBB). memenuhi persyaratan rumah sehat terutama ukuran jendela untuk
b. Dekongestan, pencahayaan dan ventilasi serta kepadatan hunian. Untuk mencegah
− pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam) penyebaran terhadap orang-orang terdekat perlu diberikan juga
c. Antihistamin, edukasi untuk memutuskan mata rantai penularan seperti etika batuk
− klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 dan pemakaian masker.
kali/hari, atau Selain edukasi untuk individu, edukasi terhadap keluarga dan orang-
− difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam, orang terdekat juga penting seperti peningkatan higiene dan sanitasi
atau lingkungan
− loratadin atau cetirizine 10 mg dosis 2. Pencegahan
tunggal (pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB a. Imunisasi influenza, terutama bagi orang-orang risiko tinggi.
dan setirizin 0,3 mg/kgBB). b. Harus diwaspadai pasien yang baru kembali dari daerah terjangkit
d. Dapat pula diberikan antitusif atau epidemi influenza
Sistem Respiratory by dr. Maryata
ekspektoran bila disertai batuk
FARINGITIS
Definisi
 Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang
disebabkan oleh virus (40 - 60%), bakteri (5-40%),
alergi, trauma, iritan, dan lain-lain.
 Anak-anak dan orang dewasa umumnya mengalami 3-5 kali
infeksi virus pada saluran pernafasan atas termasuk
faringitis setiap tahunnya

Keluhan
Faktor Resiko Keluhan yang sering muncul adalah :
1. Usia 3 – 14 tahun. 1. Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
2. Menurunnya daya tahan tubuh. 2. Demam
3. Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring 3. Sekret dari hidung
4. Gizi kurang 4. Dapat disertai atau tanpa batuk
5. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, 5. Nyeri kepala
makanan, refluks asam lambung, inhalasi 6. Mual . Muntah
uap yang merangsang mukosa faring. 7. Rasa lemah pada seluruh tubuh
6. Paparan udara yang dingin 8. Nafsu makan berkurang
Sistem Respiratory by dr. Maryata
Klasifikasi faringitis
Faringitis Akut Faringitis Kronik Faringitis Spesifik
Faringitis Viral Faringitis Faringitis Faringitis Faringitis Faringitis Faringitis Faringitis Luetika
(umumnya oleh Bakterial Fungal Candida Gonorea Kronik Kronik Atropik Tuberculotik
Rhinovirus ) Infeksi grup A Hiperplastik

GEJALA
diawali dengan nyeri kepala terutama nyeri ada riwayat mula-mula umumnya nyeri hebat pada ada riwayat
gejala rhinitis dan hebat, muntah, tenggorok dan hubungan seksual, tenggorok kering, tenggorokan faring dan tidak hubungan seksual,
beberapa hari kadang demam nyeri menelan terutama seks gatal dan akhirnya kering dan tebal berespon dengan terutama seks oral
kemudian timbul dengan suhu yang oral batuk yang serta mulut pengobatan
faringitis. Gejala tinggi, jarang berdahak berbau bakterial non
lain demam disertai batuk, spesifik
disertai rinorea dan seringkali
dan mual terdapat
pembesaran KGB
leher

Sistem Respiratory by dr. Maryata


PEMERIKSAAN FISIK
Faringitis Akut Faringitis Kronik Faringitis Spesifik
Faringitis Viral Faringitis Faringitis Fungal Faringitis Gonorea Faringitis Faringitis Kronik Faringitis Faringitis Luetika
(umumnya oleh Bakterial Infeksi Candida Kronik Atropik Tuberculotik
Rhinovirus ) grup A Hiperplastik
pada pemeriksaan tonsil membesar, plak putih di tergantung stadium kelenjar limfa mukosa faring granuloma tergantung stadium
tampak faring dan faring dan tonsil orofaring dan penyakit: di bawah ditutupi oleh perkejuan pada penyakit:
hiperemis dan pangkal lidah, mukosa faring dan a. Stadium primer
tonsil hiperemis, a. Stadium primer mukosa faring lendir yang kental
Pada lidah palatum
eksudat (virus terdapat eksudat sedangkan mukosa Pada lidah palatum dan hiperplasia dan bila diangkat laring
mole, tonsil, dan mole, tonsil, dan
influenza, di permukaannya. faring lainnya lateral band. tampak mukosa dinding posterior
hiperemi dinding posterior
coxsachievirus, Beberapa hari Pada kering faring berbentuk
faring berbentuk
cytomegalovirus kemudian timbul bercak keputihan. pemeriksaan bercak keputihan.
tidak bercak petechiae Bila infeksi tampak mukosa Bila infeksi
menghasilkan pada palatum dan berlanjut timbul dinding berlanjut timbul
faring. Kadang ulkus pada daerah
eksudat). Pada ulkus pada daerah posterior tidak
faring seperti ulkus
coxsachievirus ditemukan faring seperti ulkus rata dan pada genitalia yaitu
dapat timbul lesi kelenjar limfa pada genitalia yaitu bergranular
tidak nyeri. Juga tidak nyeri. Juga
vesikular di leher anterior didapatkan
didapatkan (cobble stone).
orofaring dan lesi membesar, kenyal pembesaran pembesaran
kulit berupa dan nyeri pada kelenjar mandibula kelenjar mandibula
maculopapular penekan b. Stadium sekunder b. Stadium sekunder
rash Stadium ini jarang Stadium ini jarang
ditemukan. Pada ditemukan. Pada
dinding faring dinding faring
terdapat eritema terdapat eritema
yang menjalar ke yang menjalar ke
arah laring. arah laring.
c. Stadium tersier c. Stadium tersier
Terdapat guma. Terdapat guma.
Predileksi pada Predileksi pada
tonsil dan palatum tonsil dan palatum

Sistem Respiratory by dr. Maryata


PENATALAKSANAAN
Faringitis Akut Faringitis Kronik Faringitis Spesifik
Faringitis Viral Faringitis Faringitis Fungal Faringitis Gonorea Faringitis Faringitis Kronik Faringitis Faringitis Luetika
(umumnya oleh Bakterial Infeksi Candida Kronik Atropik Tuberculotik
Rhinovirus ) grup A Hiperplastik
1. Istirahat cukup
2. Minum air putih yang cukup
3. kumur dengan air yang hangat dan berkumur dengan obat kumur antiseptik
4. Jika diperlukan dapat diberikan obat batuk antitusif atau ekspektoran
5. Analgetik-antipiretik
6. Antibiotik,
7. Kortikosteroid juga diberikan untuk menekan reaksi inflamasi sehingga mempercepat perbaikan
klinis.
Deksametason 3 x 0,5 mg pada dewasa selama 3 hari dan pada anak-anak 0,01 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 3 x/hari selama 3 hari
 Dewasa  Dewasa 3x500 antiseptik Sefalosporin dilakukan
Isoprinosine mg selama 6-10 Nistatin 100.000- generasi ke-3, kaustik dengan
dengan dosis hari, atau 400.000 IU, 2 seperti Seftriakson larutan Nitras
60100mg/kgBB Eritromisin x/hari 2 gr IV/IM single Argentin 25% 1
dibagi dalam 4- 4x500 mg/hari dose x/hari selama
6 x/hari  Anak 3-5 hari
 pada anak <5 Amoksisilin 50
tahun diberikan mg/kgBB
50mg/kgBB dosisdibagi 3 Konseling dan Edukasi
dibagi dalam 4- kali sehari 1. Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makan bergizi dan olahraga teratur.
6 x/hari 5 selama 10 hari 2. Berhenti merokok bagi anggota keluarga yang merokok.
3. Menghindari makan makanan yang dapat mengiritasi tenggorok.
4. Selalu menjaga higiene mulut dan tangan

Sistem Respiratory by dr. Maryata


BRONKITIS
infeksi pada saluran
pernapasan utama dari paru-
paru atau bronkus

BRONKITIS BRONKITIS
AKUT KRONIS

 Bronkitis akut pada umumnya pada anak < 2 tahun dan ringan  Bronkitis kronik dapat terjadi pada
 Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata- semua umur namun lebih banyak
rata 10-14 hari. pada orang diatas 45 tahun.
 umumnya disebabkan oleh virus.  Lebih sering di musim dingin (di
 Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma daerah non-tropis) atau musim hujan
pneumonia, Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheria
Sistem Respiratory by dr. Maryata
(didaerah tropis)
Keluhan :
 Keluhan utama : batuk
 diawali dengan gejala seperti pilek,
yaitu hidung meler, lelah, menggigil,
sakit punggung, sakit otot, demam
ringan dan nyeri tenggorokan
 batuk tidak berdahak, tetapi 1-2
hari kemudian akan mengeluarkan
dahak berwarna putih atau kuning.
Selanjutnya dahak akan bertambah
banyak, berwarna kuning atau hijau

PEMERIKSAAN FISIK
 Pharing normal, kadang hiperemi
 limfadenopati lokal, dan
 rhinorrhea.
Sistem Respiratory by dr. Maryata
Penatalaksanaan
1. Istirahat yang cukup, kelembaban udara yang cukup,
masukan cairan yang adekuat
2. Terapi simptomatik per oral
a. Antipiretik.
− Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500
mg/hari (10-15 mg/kgBB), atau
− ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari (5-10
mg/kgBB).
b. Dekongestan,
− pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
c. Antihistamin, Konseling dan Edukasi
− klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 1. Membatasi aktivitas anak
kali/hari, atau 2. Hindari makanan yang merangsang batuk
− difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam, 3. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan
atau anak dengan air hangat
− loratadin atau cetirizine 10 mg dosis 4. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
tunggal (pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB 5. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polus
dan setirizin 0,3 mg/kgBB).
d. Ekspektorant : GG (glyceryl guaiacolate),
bromhexine, ambroxol
e. Bronkodilator (melongarkan napas): salbutamol,
terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin

Sistem Respiratory by dr. Maryata


ASMA BRONKIALE

 Gangguan inflamasi kronik pada saluran napas


 Melibatkan banyak sel-sel radang (eosi-nofil, sel mast, leukotrien, makrofag, ne-trofil, limfosit T, dll)
 Terjadi hiperresponsif jalan napas thd ber-bagai rangsangan
 Ditandai dg obstruksi jalan napasSistem
yg ber-sifat reversibel
Respiratory dengan atau tanpa pengo-batan
by dr. Maryata
Gejala khas untuk Asma, GEJALA Faktor Pejamu Prediposisi genetik
Atopi
1. Terdapat lebih dari satu Hiperesponsif jalan napas
gejala Jenis kelamin
− Sesak napas / dada terasa Ras/etnik

penuh (chest tightness) Faktor lingkungan Alergen di luar ruangan (tepung sari
bunga, jamur)
− Napas berbunyi ( mengi / mempengaruhi Bahan di lingkungan kerja (Asap rokok
wheezing) pada perokok aktif dan pasif)
berkembangnya
− Batuk (terutama malam Polusi udara(dalam dan luar ruangan)
dan dini hari) asma pada individu Infeksi pernapasan (Hipotesis higiene)
Infeksi parasit
− Dahak kental sulit dengan predisposisi
Status sosioekonomi
dikeluarkan asma Besar keluarga
2. Gejala timbul secara episodik Diet dan obat
Obesitas
berulang , sering memburuk di
malam hari atau pagi dini hari. Faktor lingkungan Alergen di dalam dan di luar ruangan
Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
3. Gejala bervariasi waktu dan mencetuskan
Infeksi pernapasan
intensitasnya. eksaserbasi dan
Exercise dan hiperventilasi
4. Gejala dipicu oleh infeksi atau menyebabkan Perubahan cuaca
virus, latihan, pajanan gejala-gejala asma Sulfur dioksida
Makanan,
allergen, perubahan cuaca, menetap aditif (pengawet, penyedap, pewarna
tertawa atau iritan seperti makanan),
asap kendaraan, rokok atau
bau yang sangat tajam
FAKTOR obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
RESIKO
Sistem Respiratory by dr. Maryata Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan
DERAJAD GEJALA GEJALA FAAL PARU
PEMERIKSAAN FISIK ASMA MALAM
Intermiten Seminggu ≤ 2 kali  APE ≥ 80%
• Dpt normal, kadang wheezing (+), eks- serangan < 1 kali sebulan  VEP1≥ 80%
pirasi memanjang Tanpa gejala nilai prediksi
diluar serangan  APE ≥ 80%
• Serangan ringan  wheezing akhir eks-
pirasi paksa K Serangan singkat nilai terbaik
 Variabiliti APE
• Serangan berat  wheezing dapat L < 20%
tidak terdengar, sianosis, gelisah, taki- A Persisten Seminggu > 2 kali  APE > 80%
kardi, retraksi ics, penggunaan otot ringan serangan 1 - 6 sebulan  VEP1≥ 80%
bantu napas S kali
Serangan dapat
nilai prediksi
 APE ≥ 80%
I mengganggu nilai terbaik

F
aktivitas dan  Variabiliti APE
PEMERIKSAAN PENUNJANG tidur 20% - 30%

• Foto toraks  normal diluar serangan, I Persisten Gejala setiap hari >1 x  APE 60 – 80 %
hi-perinflasi saat serangan, adanya K sedang Serangan
mengganggu
seminggu  VEP160 – 80%
nilaiprediksi
penyakit lain
• Faal paru (spirometri / PEFR)  menilai
A aktivitas dan
tidur
 APE 60 – 80%
nilaiterbaik
berat obstruksi, reversibilitas, S Membutuhkan  Variabiliti APE
bronkodilator > 30%
variabilitas I setiap hari
• Uji provokasi bronkus  membantu dx
Persisten Gejala terus sering  APE ≤ 60%
• Status alergi  skin prick test, Ig E berat menerus  VEP1≤ 60%
total, eosinofil count, Ig E Atopy Sering kambuh nilai prediksi
Aktivitas fisik  APE ≤ 60%
Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) alias puncak laju aliran pernapasan adalah SistemArus Puncak Ekspirasi
Respiratory (APE)
by dr. Maryata terbatas nilai terbaik
tes yang mengukur seberapa cepat seseorang bisa menghembuskan napas Volume Ekspirasi Paru ( VEP )  APE > 30%
 Tujuan:  Diluar serangan:
Saat Serangan:  Menghilangkan & mengendalikan gejala asma
 Mencegah eksaserbasi akut  Menjauhi alergen, bila perlu
 Gol. Adrenergik:
 Adrenalin/epinephrine 1 :  Me & mempertahankan faal paru optimal desensitisasi
1000  0,3 cc/sc  Mengupayakan aktivitas normal (exercise)  Menghindari kelelahan
 Ephedrine: oral  Menghindari ESO  Menghindari stress psikis
 Short Acting 2-agonis  Mencegah airflow limitation irreversible  Mencegah/mengobati ISPA sedini
(SABA)  Mencegah kematian
− Salbutamol (Ventolin): mungkin
oral, inj., inh.
− Terbutaline (Bricasma): Penatalaksanaan  Olahraga (renang, senam asma)
 Vaksinasi influenza
oral, inj., inh.
− Fenoterol (Berotec): DERAJAD MEDIKASI PENGONTROL HARIAN ALTERNATIF / PILIHAN LAIN ALTERNATIF
inh. ASMA LAIN
− Procaterol (Meptin):
oral, inh. Intermiten Tidak perlu
− Orciprenaline (Alupent):
oral, inh Persisten Glukokortikosteroid inhalasi (200-400 µg  Teofilin lepas lambat
 Gol. Methylxantine: ringan BB/hari atau ekuivalennya)  Kromolin
 Aminophylline: oral, inj.  Leukotriene modifiers
 Theophylline: oral
 Gol. Antikolinergik: Persisten Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid  Glukokortikosteroid inhalasi (400-800  Ditambah
 Atropin: inj sedang (400-800 µg BB/hari atau ekuivalennya) µg BB atau ekuivalennya) ditambah agonis
 Ipratropium bromide: inh. dan agonis beta-2 kerja lama Teofilin lepas lambat, atau beta2
 Gol. Steroid:  Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 kerja lama
 Methylprednisolone: oral, µg BB/hari atau ekuivalennya) ditambah oral, atau
inj. Persisten Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid agonis beta-2 kerja lama oral, atau  Ditambah
 Dexamethasone: oral, inj. berat (> 800 µg BB dan agonis beta-2 kerja  Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi teofilin
 Beclomethasone (Beclomet): lama. + ≥ 1 di bawah ini : (>800 µg BB atau ekuivalennya) atau lepas
inh.  Teofilin lepas lambat  Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 lambat
 Budesonide (Pulmicort): inh.  Leukotriene modifiers µg BB atau ekuivalennya) ditambah
 Fluticasone (Flixotide): inh  Glukokortikosteroid oral leukotriene modifiers

Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali seha
ANAK
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap
sampai mencapaiSistem
terapi Respiratory by dr.dengan
seminimal mungkin Maryata
kondisi asma tetap terkontrol
Global initiative for asthma (GINA) inhalasi B2agonis kerja cepat sebanyak
membagi tatalaksana serangan asma 2 kali dengan selang waktu 20 menit 1. Tatalaksana di rumah
menjadi dua yaitu : − dilakukan oleh pasien (atau orang
Membaik tuanya) sendiri di rumah.
Tidak
2. Tatalaksana di rumah sakit / Fasilitas − Hal ini dapat dilakukan oleh pasien
yang sebelumnya telah menjalani
plelayanan kesehatan Selesai terapi dengan teratur

Serangan Ringan Serangan Sedang Serangan Berat

nebulisasi 1x nebulisasi 2x Serangan berat


Berikan Oksigen (bila telah nebulisasi 3x, respons buruk)
• Sejak awal berikan O2 saat/di luar nebulisasi
Observasi 1-2 jam
• Pasang jalur parenteral, nilai ulang keadaan
Nilai kembali derajat serangan
jika sesuai dengan serangan sedang klinis, jika seuai dgn serangan berat, rawat di
Membaik Tidak / serangan Ruang Rawat Inap
berulang / respon parsial • Foto rontgen toraks
Observasi
Ruang rawat sehari/observasi selama 12 jam
Boleh pulang
• Teruskan pemberian oksigen
• Bekali dengan obat βagonis (hirupan/oral) Ruang rawat inap
• Lanjutkan steroid oral
• Jika sudah ada obat pengendali, teruskan • Teruskan oksigen
• Nebulisasi tiap 2 jam
• Jika pencetusnya adalah infeksi virus, dapat • Atasi dehidrasi dan asidosis jika ada
• Bila dalam 12 jam perbaikan klinis stabil, boleh
diberikan steroid oral • Steroid IV tiap 6-8 jam
• Dalam 24-48 jam control ke klinik rawat pulang. Tetapi jika klinis tetap belum
membaik/memburuk, alih rawat ke Ruang rawat inap • Nebulisasi tiap 1-2 jam
jalan • Aminofilin IV awal, lanjutkan rumatan
• Jika membaik dalam 4-6x nebulisasi, interval
Klinis klinis tetap belum jadi 4-6 jam
Catatan: Stabil membaik/memburuk • Jika dalam 24 jam perbaikan klinis stabil, boleh
 Jika menurut penilaian serangannya sedang/berat, nebulisasi pertama kali
pulang
langsung dengan β-agonis + antikolinergik
Pulang • Jika dengan steroid dan aminofilin parenteral
 Bila terdapat tanda ancaman henti napas segera ke Ruang Rawat Intensif
 Jika alat nebulisasi tidak tersedia, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin tidak membaik, bahkan timbul ancaman henti
subkutan 0,01 ml/kgBB/kali, maksimal 0,3 ml/kali napas, alih rawat ke Ruang rawat intensif
 Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 L/menit diberikan sejak
awal, termasuk pada saat nebulisasi Sistem Respiratory by dr. Maryata
Kontrol Asma Gejala Asma Eksaserbasi
Inflammasi

Otot halus Bronkokonstriksi

Kunci dari keberhasilan


kontrol asma adalah
mengobati inflamasi
sesegera mungkin pada
saat gejala timbul untuk
menghindari eksaserbasi
Konseling dan Edukasi
KUNCI 1.
Memberikan informasi kepada individu dan keluarga mengenai seluk
KEBERHASILAN beluk penyakit, sifat penyakit, perubahan penyakit (apakah membaik
KONTROL ASMA atau memburuk), jenis dan mekanisme kerja obat-obatan dan
mengetahui kapan harus meminta pertolongan dokter.
2. Kontrol secara teratur antara lain untuk menilai dan monitor berat
asma secara berkala (asthma control test/ ACT)
3. Pola hidup sehat.
4. Menjelaskan pentingnya melakukan pencegahan dengan:
a. Menghindari setiap pencetus.
b. Menggunakan bronkodilator/steroid inhalasi sebelum melakukan
exercise untuk mencegah exercise induced asthma
Sistem Respiratory by dr. Maryata
TUBERKULOSIS (TB)
 Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberkulosa
 Suspek TB adalah seseorang dengan gejala atau tanda TB

 Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,


TB ekstraparu − kaku kuduk pada Meningitis TB,
− nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis),
− pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis TB
− deformitas tulang belakang (gibbus) pada spondilitis TB dan
lain-lainnya.
 Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan dengan
− pemeriksaan klinis,
− bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh uji yang
diambil dari organ tubuh yang terkena.
 Pemeriksaan mikroskopis dahak wajib dilakukan untuk memastikan
kemungkinan TB Paru.
 Pemeriksaan TCM
− uji cairan serebrospinal (Cerebro Spinal Fluid/CSF) pada
kecurigaan TB meningitis,
− uji kelenjar getah bening melalui pemeriksaan Biopsi Aspirasi
TB paru
Jarum Halus/BAJAH (Fine Neddle Aspirate Biopsy/FNAB)
pada pasien dengan kecurigaan TB kelenjar,
− uji jaringan pada pasien dengan kecurigaan TB jaringan
lainnya.
Sistem Respiratory by dr. Maryata
 Gejala umum TB Paru adalah
 batuk produktif lebih dari 2 minggu, yang disertai:
TB paru − Gejala pernapasan (nyeri dada, sesak napas, hemoptisis) dan/atau  Untuk TB ekstraparu, spesimen
− Gejala sistemik (demam ( > 1 bulan ), tidak nafsu makan, penurunan dapat diambil dari
berat badan, keringat malam dan mudah lelah)  bilas lambung,
 cairan serebrospinal,
 Pemeriksaan Fisik  cairan pleura ataupun
 Kelainan pada TB Paru tergantung luas kelainan  biopsi jaringan.
struktur paru.
 Pada awal permulaan perkembangan penyakit
umumnya sulit sekali menemukan kelainan.
 Pada auskultasi terdengar suara napas Pemeriksaan mikroskopis kuman TB
bronkhial/amforik/ronkhi basah/suara napas (Bakteri Tahan Asam/BTA) atau kultur
kuman dari spesimen sputum/dahak
melemah di apex paru, tanda-tanda penarikan paru,
sewaktu-pagi-sewaktu.
diafragma dan mediastinum

Pemeriksaan Penunjang
Darah: Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/
 limfositosis/ monositosis,
top lordotik.
 LED meningkat,  Pada TB, umumnya di apeks paru
 Hb turun.
terdapat gambaran bercak-bercak
awan dengan batas yang tidak jelas
atau bila dengan batas jelas
membentuk tuberkuloma.
 Gambaran lain yang dapat menyertai
yaitu, kavitas (bayangan berupa cincin
berdinding tipis),
 pleuritis (penebalan pleura),
 efusi pleura (sudut kostrofrenikus
tumpul)
Sistem Respiratory by dr. Maryata
 Standar Diagnosis
1. Untuk memastikan diagnosis lebih awal, waspadai individu dan grup dengan faktor risiko TB dengan
melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaaan diagnostik yang tepat pada mereka dengan gejala TB.
2. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas
penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.
3. Semua pasien yang diduga menderita TB dan mampu mengeluarkan dahak,
 harus diperiksa mikroskopis spesimen apusan sputum/dahak minimal 2 kali atau 1 spesimen sputum
untuk pemeriksaan Xpert MTB/RIF*, yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya terjamin,
salah satu diantaranya adalah spesimen pagi.
 Pasien dengan risiko resistensi obat, risiko HIV atau sakit parah sebaiknya melakukan pemeriksan
Xpert MTB/RIF* sebagai uji diagnostik awal.
4. Semua pasien yang diduga tuberkulosis ekstra paru,
 spesimen dari organ yang terlibat harus diperiksa secara mikrobiologis dan histologis.
 Uji Xpert MTB/RIF direkomendasikan sebagai pilihan uji mikrobiologis untuk pasien terduga
meningitis karena membutuhkan penegakan diagnosis yang cepat.
5. Pasien terduga TB dengan apusan dahak negatif, sebaiknya dilakukan pemeriksaan Xpert MTB/RIF
dan/atau kultur dahak. Jika apusan dan uji Xpert MTB/RIF* negatif pada pasien denga gejala klinis
yang mendukung TB, sebaiknya segera diberikan pengobatan anti tuberkulosis setelah pemeriksaan
kultur

ALGORITMA TUBERKULOSIS PARU


DEWASA Sistem Respiratory by dr. Maryata
 Pasien baru,  Pasien dengan riwayat pengobatan TB,
 tidak ada riwayat pengobatan TB,
Terduga TB  pasien dengan riwayat kontak erat dengan pasien
 tidak ada riwayat kontak erat dengan pasien TB RO, TB RO,
 pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui status  pasien dengan HIV (+)
HIV nya

Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)

Tidak memiliki akses untuk TCM TB Memiliki akses untuk TCM TB Pemeriksaan TCM TB

Pemeriksaan Mikroskopis BTA

TB Terkonfirmasi MTB Pos MTB Neg


(- -) (+ +) (+ -) Bakteriologis

Tidak bisa dirujuk Pengobatan TB Lini 1 Rif Sensitive Rif Indeterminate Rif Resistance Foto Toraks
(Mengikuti
alur yang
Foto Toraks Terapi Antibiotika Non OAT Ulangi pemeriksaan TCM TB RR
sama dengan
alur pada
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan hasil
Gambaran Tidak Ada Tidak Ada
pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan pemeriksaan
Mendukung Mendukung Perbaikan Perbaikan Klinis,
OAT Lini 1 dan Lini 2 mikrokopis
TB TB; Bukan TB; Klinis ada faktor risiko
BTA negatif (-
Cari TB, dan atas
-) )
kemungkinan pertimbangan
TB Bukan TB; Cari dokter TB RR; TB MDR TB Pre XDR TB XDR
penyebab kemungkinan penyebab
Terkonfirmas
penyakit lain penyakit lain
i Klinis
Lanjutkan Pengobatan TB RO dengan
Pengobatan Paduan Baru
Pengobatan TB Lini 1 SistemTB Terkonfirmasi
Respiratory Klinis
by dr. Maryata TB RO
 Tujuan pengobatan:  Prinsip-prinsip terapi:
1. Menyembuhkan, mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas pasien.
2. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan. 1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
3. Mencegah kekambuhan TB. harus diberikan dalam bentuk
4. Mengurangi penularan TB kepada orang lain. kombinasi dari beberapa jenis obat,
5. Mencegah terjadinya resistensi obat dan penularannya dalam jumlah cukup dan dosis tepat
sesuai dengan kategori pengobatan (
Kombinasi Dosis Tepat (KDT) /
Fixed Dose Combination (FDC)
Penatalaksanaan 2. Obat ditelan sekaligus (single dose)
dalam keadaan perut kosong.
3. Semua pasien (termasuk mereka
yang terinfeksi HIV) yang belum
Maksud pemberian obat tahap awal dan tahap Lanjutan adalah : pernah diobati harus diberi paduan
obat lini pertama.
TAHAP AWAL TAHAP LANJUTAN 4. Untuk menjamin kepatuhan pasien
berobat hingga selesai, diperlukan
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, suatu pendekatan yang berpihak
pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh kepada pasien (patient centered
kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak dan mencegah terjadinya kekambuhan approach) dan dilakukan dengan
sebelum pasien mendapatkan pengobatan pengawasan langsung (DOT= directly
observed treatment) oleh seorang
pengawas menelan obat ( PMO )
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia 5. Semua pasien harus dimonitor
Kategori 1 2 ( RHZE ) 4 ( RH ) atau respons pengobatannya.
6. Indikator penilaian terbaik adalah
4 ( RH ) 3
pemeriksaan dahak berkala yaitu
Kategori 2 2 ( RHZE ) S dan 1 ( RHZE ) 5 ( RHE ) atau pada :
5 ( RHE ) a. akhir tahap awal,
Kategori Anak 2 ( RHZ ) atau 4 ( RH ) atau b. bulan ke-5 dan
c. akhir pengobatan.
2 ( RHZE ) S 4 – 10 ( RH )
7. Rekaman tertulis tentang
Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat ( RO ): pengobatan, respons bakteriologis
 OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol dan efek samping harus tercatat
Sistem Respiratory by dr. Maryata
 OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin, PAS, dan tersimpan
Obat untuk Pengobatan
TB Lini 1 GRUP GOLONGAN JENIS OBAT
A Florokuinolon  Levofloksasin (Lfx)
 Moksifloksasin (Mfx)
JENIS SIFAT EFEK SAMPING  Gatifloksasin (Gfx)
B OAT Suntik lini kedua  Kanamisin (Km)
Isoniazid ( H ) Bakterisidal Neuropati perifer (Gangguan
 Amikasin (Am)*
saraf tepi), psikosis toksik,
 Kapreomisin (Cm) Streptomisin (S)**
gangguan fungsi hati, kejang
C OAT Oral lini Kedua  Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)*
Rifampisin ( R ) Bakterisidal Flu syndrome(gejala influenza  Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)*
berat), gangguan  Clofazimin (Cfz)
gastrointestinal, urine  Linezolid (Lzd)
berwarna merah, gangguan D D1 OAT lini − Pirazinamid (Z)
fungsi hati, trombositopeni, pertama − Etambutol (E)
demam, skin rash, sesak − Isoniazid (H) dosis tinggi
nafas, anemia hemolitik D2 OAT Baru − Bedaquiline (Bdq)
− Delamanid (Dlm)*
Pirazinamid ( Z ) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal,
− Pretonamid (PA-824)*
gangguan fungsi hati, gout
D3 OAT − Asam para aminosalisilat
arthritis
Tambahan (PAS)
Etambutol ( E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta − Imipenemsilastatin (Ipm)*
warna, neuritis perifer − Meropenem (Mpm)*
(Gangguan saraf tepi) − Amoksilin clavulanat (Amx-
Streptomosin ( S ) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan, Clv)*
− Thioasetazon (T)*
gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia, Obat untuk Pengobatan
agranulositosis, TB Lini 2
trombositopeni Sistem Respiratory by dr. Maryata
Harian 3 X per minggu
Nama Obat
Dosis rekomendasi OAT Lini Rifampisin ( R )
(mg/kgBB/ hari) Max ( mg )
10 ( 8 – 12 ) 600
(mg/kgBB/ hari) Max ( mg )
10 ( 8 – 12 ) 900
pertama untuk dewasa Isoniazid ( H ) 5(4-6) 300 10 ( 8 – 12 ) 600
Pirazinamid ( Z ) 25 ( 20 – 30 )   35 ( 30 – 40 )  
Etambutol ( E ) 15 ( 15 – 20 )   30 ( 25 – 35 )  

Kategori 1 Kategori 2
OAT Kombinasi Dosis Tetap ( KDT )
Tahap Intensif Tahap Lanjutan Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Setiap hari Setiap Hari 3 kali seminggu Setiap hari Setiap Hari 3 kali seminggu
BERAT BADAN
RHZE (150/75/400/275) RH ( 150/75 ) RH (150/150) RHZE (150/75/400/275) + S RHE (150/75/275) RH (150/150) + E(400)
selama 56 hari selama 16 minggu selama 20 minggu selama 56 hari selama 28 hari selama 20 minggu selama 20 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 tablet + 2 KDT 2 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 500 mg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 tablet + 2 tab Etambutol
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 3 tablet + 2 KDT 3 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 750 mg 3 tablet 4KDT 3 tablet 3 tablet + 3 tab Etambutol
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4 tablet + 2 KDT 4 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 1000 mg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4 tablet + 4 tab Etambutol
> 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 5 tablet + 2 KDT 5 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 1000 mg 5 tablet 4KDT 5 tablet 5 tablet + 5 tab Etambutol

Dosis Paduan OAT Kombipak Dosis Paduan OAT Kombipak


Dosis per hari / kali Dosis per hari / kali
Jumlah
Jumlah
Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Tablet hari/kali Tahap Lama Tablet Kaplet Tablet Tablet Tablet
Streptomisi hari/kali
Pengobatan Pengobatan Isoniasid Rifampisin Pirazinamid Etambutol menelan Pengobatan Pengobatan Isoniasid Rifampisin Pirazinamid Etambutol Etambutol
n inj menelan obat
@300 mgr @450 mgr @ 500 mgr 250 mg obat @300 mgr @450 mgr @ 500 mgr 250 mg 400 mg

Intensif 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75 gr 56


Intensif 2 bulan 1 1 3 3 56
  1 bulan 1 1 3 3 - - 28
Lanjutan 4 bulan 2 1 0 0 48 Lanjutan 5 bulan 2 1 - 1 2 - 60
Sistem Respiratory by dr. Maryata
3 kali − BTA positif  Pasien TB paru terkonfirmasi
Setiap hari Setiap hari − hasil biakan M.tb positif
BERAT seminggu bakteriologis.
RHZE − hasil tes cepat M.tb positif  Pasien TB paru terdiagnosis
BADAN
(150/75/400/275) RH (150/75)
RH (150/150) − anak yang terdiagnosis dengan klinis.
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 tablet 2KDT pemeriksaan bakteriologis  Pasien TB ekstra paru
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 3 tablet 2KDT
 Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4 tablet 2KDT Kategori 1 foto toraks mendukung TB
> 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 5 tablet 2KDT  Pasien TB paru BTA negatif dengan tidak ada
perbaikan klinis setelah diberikan antibiotika non
Tahap Intensif ( 56 hari ) Tahap Lanjutan OAT, dan mempunyai faktor risiko TB
 Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis
- Konversi - SEMBUH
maupun laboratoris dan histopatologis tanpa
Bulan 1 Bulan 2 BT Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 BT Bulan 6 BT konfirmasi bakteriologis.
A A A  TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring
+ Tidak BT + GAGAL + GAGAL
Konversi A
Tidak Diulang lagi pada bulan kelima − Pasien kambuh.
Pengobatan diulang diulang Konversi +
Diulang lagi pada bulan kelima
ALGORITMA − Pasien gagal pada
pengobatan dengan
Kategori 2 diulang + paduan OAT kategori 1
+ Tidak sebelumnya.
Konversi BT GAGAL + GAGAL + − Pasien yang diobati
A kembali setelah putus
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 BT Bulan 4 Bulan 5 BT Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 BT
A A A berobat (lost to follow-
up).
Tahap Intensif ( 56 hari ) Tahap Lanjutan

tes cepat molekuler TB


Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Resistensi Rifampisin
Setiap hari Setiap Hari 3 kali seminggu
BERAT BADAN
RHZE (150/75/400/275) + S RHE (150/75/275) RH (150/150) + E(400) Positip Negatif
selama 56 hari selama 28 hari selama 20 minggu selama 20 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 500 mg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 tablet + 2 tab Etambutol
rujuk ke RS Pengobatan
rujukan MDR dilanjutkan
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 750 mg 3 tablet 4KDT 3 tablet 3 tablet + 3 tab Etambutol
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 1000 mg 4Sistem
tablet 4KDT
Respiratory by4dr.
tablet
Maryata 4 tablet + 4 tab Etambutol
> 71 kg 5 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 1000 mg 5 tablet 4KDT 5 tablet 5 tablet + 5 tab Etambutol
*) Dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan sputum Anak dengan satu atau lebih gejala TB:
**) Kontak TB Paru Dewasa dan Kontak TB Paru Anak terkonfirmasi bakteriologis
***) Evaluasi respon pengobatan. Jika tidak merespon baik dengan pengobatan
• Batuk ≥ 2 minggu
adekuat, evaluasi ulang diagnosis TB dan adanya komorbiditas atau rujuk • Demam ≥ 2 minggu
• BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya

• Malaise ≥ 2 minggu Gejala-gejala tersebut


menetap walau sudah diberikan terapi yang
adekuatcepat dahak
Pemeriksaan mikroskopis/tes

Positif Negatif Tidak Diperiksa

Ada akses foto rontgent toraks Tidak ada akses foto rontgent
dan / atau ujituberkulin*) toraks dan / atau ujitu berkulin*)

Sistem skoring

Skor ≥6 Skor < 6

Uji tuberkulin Uji tuberkulin


(+) dan/atau (-) dan/atau
Ada kontak Ada kontak
TB paru ** TB paru ** Tidak ada/
TB anak Ada kontak tidak jelas
terkonfirmasi TB anak TB paru ** kontak TB
bakteriologis klinis paru **

Sistem Respiratory by dr. Maryata


Terapi OAT*** Observasi gejala selama 2 minggu, bila persisten rujuk untuk evaluasi
Sistem skoring
Parameter 0 1 2 3 SCOR
Laporan keluarga, BTA
Kontak TB Tidak jelas (-) atau BTA tidak BTA ( + )
jelas/ tidak tahu
(+) (≥10mm, atau
≥5mm pd keadaan
Uji Tuberkulin (-)
immunocom
promised
Klinis gizi buruk atau
BB/TB < 90% atau
Berat badan/ keadaan gizi BB/TB <70% atau
BB/U < 80%
BB/U < 60%
Demam yang tidak
> 2 minggu
diketahui penyebabnya
Batuk kronik ≥3 minggu
 1 cm
Pembesaran kelenjar limfe
 Lebih dari 1 KGB,
kolli, aksila, inguinal
tidak nyeri
Pembengkakan tulang/
Ada pembengkakan
sendi panggul lutut, falang
Normal, kelainan tidak
Foto toraks SistemGambaran sugestif TB
jelas Respiratory by dr. Maryata
OAT yang dipakai dan dosisnya
Nama Obat Dosis harian (mg/kgBB/ hari) Efek Samping
Rifampisin ( R ) 15 (10-20) ( maks 600 mg / hari ) Gastrointestinal, reaksi kulit, hepatitis, trombositopenia, peningkatan enzim hati, cairan tubuh
berwarna oranye kemerahan

Isoniazid ( H ) 10 (7-15) ( maks 300 mg / hari ) Hepatitis, neuritis perifer, hipersensitivitis


Pirazinamid ( Z ) 35 (30-40) Toksisitas hepar, artralgia, gastrointestinal
Etambutol ( E ) 20 (15–25) Neuritis optik, ketajaman mata berkurang, buta warna merah hijau, hipersensitivitas,
gastrointestinal

Paduan OAT pada anak Dosis kombinasi pada TB anak


Fase Fase 2 Bulan 4 Bulan
Kategori Diagnostik Berat badan
Intensif Lanjutan (kg) RHZ (75/50/150) (RH (75/50)
TB Paru BTA negatif 2HRZ 4HR
TB Kelenjar    
5-7 1 Tablet 1 Tablet
Efusi Pleura TB    
8 - 11 2 Tablet 2 Tablet
TB Paru BTA positif 2HRZE 4HR
TB paru dengan kerusakan luas     12 - 16 3 Tablet 3 Tablet
TB ekstraparu (selain TB Meningitis dan TB 17 - 22 4 Tablet 4 Tablet
   
Tulang/sendi) 23 - 30 5 Tablet 5 Tablet
TB Tulang/sendi   10HR > 30 OAT Dewasa  
TB Millier    
TB Meningitis    

Sistem Respiratory by dr. Maryata

Anda mungkin juga menyukai