20
5 APRIL SISTEM INTEGUMENTUM
12 APRIL
19 APRIL
26 APRIL LATIHAN UTS
3 MEI LATIHAN UTS
14 s/d 20 MEI 2018
UJIAN TENGAH SEMESTER
24 MEI SIATEM RESPIRATORI
31 MEI
7 JUNI
14 JUNI SISTEM GENITOURINARIA
21 JUNI
28 JUNI
5 JULI LATIHAN SEMESTER
12 JULI LATIHAN SEMESTER
19 JULI LATIHAN SEMESTER
23 s/d 29Sistem
JULII 2018 by dr. Maryata
Respiratory UJIAN SEMESTER
ILMU PENYAKIT
SISTEM INTEGUMENTUM SISTEM GENITO
URINARIA
SISTEM RESPIRATORY
Panas
KENYATAAN YANG Pusing
DIHADAPI SEHARI HARI Diare
Muntah, dll
SAKIT
Sistem Respiratory by dr. Maryata
SISTEM INTEGUMENTUM
LANGKAH LANGKAH
PENANGANAN SEMENTARA
SISTEM GENITO URINARIA
NASEHAT PERAWATAN
Faringitis
Bronkitis
Asma
Tuberkulosis
SINUSITIS
penyakit akibat Kriteria diagnosis rinosinusitis menurut
peradangan pada American Academy of Otolaryngology
mukosa sinus paranasal
dan rongga hidung. Faktor MAYOR Faktor MINOR
Hidung Sakit kepala
Faktor Risiko tersumbat Demam
1. Riwayat kelainan anatomis Keluar sekret Halitosis
kompleks osteomeatal, dari hidung atau Lemah ( fatique )
seperti deviasi septum
postnasal Sakit atau rasa
2. Rinitis alergi
3. Rinitis non-alergi, misalnya discharge yang penuh di telinga
vasomotor, medikamentosa purulen Batuk
4. Polip hidung Nyeri pada wajah
5. Riwayat kelainan gigi atau Hiposmia /
gusi yang signifikan Keluhan anosmia
6. Asma bronkial Gejala yang dialami, sesuai dengan kriteria
7. Riwayat infeksi saluran Onset timbulnya gejala, dibagi menjadi:
pernapasan atas akut yang Akut : < 12 minggu
sering berulang Kronis : ≥ 12 minggu
8. Kebiasaan merokok Khusus untuk sinusitis dentogenik:
9. Pajanan polutan dari Salah satu rongga hidung berbau busuk
lingkungan sehari-hari Dari hidung dapat keluar ingus kental atau tidak
10. Kondisi imunodefisiensi, beringus
misalnya HIV/AIDS Terdapat gigi di rahang atas yg berlubang / rusak
Sistem Respiratory by dr. Maryata
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Sederhana (Objective)
1. Suhu dapat meningkat 4. Rinoskopi posterior
2. Pemeriksaan rongga mulut dapat ditemukan Ada sekret purulen pada nasofaring.
karies profunda pada gigi rahang atas. Bila sekret terdapat di depan muara tuba
3. Rinoskopi anterior Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus
bagian anterior (maksila, frontal, etmoid
a. Edema dan / atau obstruksi mukosa di anterior),
meatus medius bila sekret mengalir di belakang muara tuba
b. Sekret mukopurulen. Eustachius, maka berasal dari sinus-sinus
Bila sekret tersebut nampak pada bagian posterior (sfenoid, etmoid posterior)
meatus medius, kemungkinan sinus 5. Otoskopi
yang terlibat adalah maksila, frontal,
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi
atau etmoid anterior.
adanya komplikasi pada telinga, misalnya tuba
Pada sinusitis dentogenik, dapat pula
oklusi, efusi ruang telinga tengah, atau kelainan
tidak beringus.
pada membran timpani (inflamasi, ruptur).
c. Kelainan anatomis yg mempredisposisi,
6. Foto polos sinus paranasal dengan Water’s view (AP
misalnya: deviasi septum, polip nasal,
/ lateral)
atau hipertrofi konka
penebalan mukosa (perselubungan), air-fluid
level, dan opasifikasi sinus yang terlibat.
Foto polos sinus tidak direkomendasikan untuk
anak berusia di bawah 6 tahun
Sistem Respiratory by dr. Maryata
sar Penegakkan Diagnosis Rinosinusitis Akut (RSA)
Pada Orang Dewasa Pada Anak
Kriteria Sekurangnya 2 faktor mayor, di mana salah satu harus: Sekurangnya 2 faktor mayor, di mana salah satu harus:
a. hidung tersumbat, atau a. hidung tersumbat, atau
b. keluar sekret dari hidung atau post-nasal discharge yang purulen b. keluar sekret dari hidung atau postnasal discharge yang purulen
c. dan dapat disertai: nyeri pada wajah , hiposmia / anosmia c. dan dapat disertai: nyeri pada wajah , batuk
Onset Tiba – tiba Tiba – tiba
Durasi gejala < 12 minggu < 12 minggu
Bila rekurens, terdapat interval bebas gejala yang jelas Bila rekurens, terdapat interval bebas gejala yang jelas
Pemeriksaan Rinoskopi anterior: Rinoskopi anterior (bila dapat dilakukan):
Fisik a. Edema dan hiperemia konka a. Edema dan hiperemia konka
b. Sekret mukopurulen b. Sekret mukopurulen Inspeksi rongga mulut:
c. Sekret pada faring
d. Eksklusi infeksi pada gigi
Rinosinusitis akut dapat dibedakan lagi menjadi : Dasar Penegakkan Diagnosis Rinosinusitis
1. Rinosinusitis akut viral (common cold): Bila durasi gejala < 10 hari Kronik
Dewasa dan(RSK)
Anak
2. Rinosinusitis akut pasca-viral:
a. Bila terjadi peningkatan intensitas gejala setelah 5 hari, atau
b. Bila gejala persisten > 10 hari namun masih < 12 minggu Kriteria Sekurangnya 2 faktor mayor, di mana salah satu harus:
3. Rinosinusitis akut bakterial: Bila terdapat sekurangnya 3 tanda / gejala a. hidung tersumbat, atau
berikut ini: b. keluar sekret dari hidung atau post-nasal discharge yg
a. Sekret berwarna atau purulen dari rongga hidung purulen
b. Nyeri yang berat dan terlokalisasi pada wajah Durasi Gejala c. Dan dapat disertai: nyeri pada wajah,hiposmia / anosmia
c. Demam, suhu > 38oC Pemeriksaan Fisik ≥ 12 minggu
d. Peningkatan LED / CRP
Rinoskopi anterior:
e. Double sickening, yaitu perburukan setelah terjadi perbaikan
sebelumnya d. Edema konka, dapat disertai hiperemia
e. Sekret mukopurulen Inspeksi rongga mulut:
f. Sekret pada faring
Sistem Respiratory by dr. Maryata g. Eksklusi infeksi pada gigi
Pem Penunjang Dianjurkan, bila tidak sembuh setelah 2 minggu terapi
Komplikasi
1. Kelainan orbita
Penyebaran infeksi ke orbita paling sering terjadi pada sinusitis etmoid, frontal, dan
maksila
Gejala dan tanda yang patut dicurigai sebagai infeksi orbita adalah: edema periorbita,
selulitis orbita, dan nyeri berat pada mata.
Kelainan dapat mengenai satu mata atau menyebar ke kedua mata.
2. Kelainan intrakranial
Penyebaran infeksi ke intrakranial dapat menimbulkan meningitis, abses ekstradural, dan
trombosis sinus kavernosus.
Gejala dan tanda yang perlu dicurigai adalah: sakit kepala (tajam, progresif, terlokalisasi),
paresis nervus kranial, dan perubahan status mental pada tahap lanjut.
3. Komplikasi lain, terutama pada rinosinusitis kronik, dapat berupa: osteomielitis sinus maksila,
abses subperiosteal, bronkitis kronik, bronkiektasis
Keluhan
Faktor Resiko Keluhan yang sering muncul adalah :
1. Usia 3 – 14 tahun. 1. Nyeri tenggorokan, terutama saat menelan
2. Menurunnya daya tahan tubuh. 2. Demam
3. Konsumsi makanan dapat mengiritasi faring 3. Sekret dari hidung
4. Gizi kurang 4. Dapat disertai atau tanpa batuk
5. Iritasi kronik oleh rokok, minum alkohol, 5. Nyeri kepala
makanan, refluks asam lambung, inhalasi 6. Mual . Muntah
uap yang merangsang mukosa faring. 7. Rasa lemah pada seluruh tubuh
6. Paparan udara yang dingin 8. Nafsu makan berkurang
Sistem Respiratory by dr. Maryata
Klasifikasi faringitis
Faringitis Akut Faringitis Kronik Faringitis Spesifik
Faringitis Viral Faringitis Faringitis Faringitis Faringitis Faringitis Faringitis Faringitis Luetika
(umumnya oleh Bakterial Fungal Candida Gonorea Kronik Kronik Atropik Tuberculotik
Rhinovirus ) Infeksi grup A Hiperplastik
GEJALA
diawali dengan nyeri kepala terutama nyeri ada riwayat mula-mula umumnya nyeri hebat pada ada riwayat
gejala rhinitis dan hebat, muntah, tenggorok dan hubungan seksual, tenggorok kering, tenggorokan faring dan tidak hubungan seksual,
beberapa hari kadang demam nyeri menelan terutama seks gatal dan akhirnya kering dan tebal berespon dengan terutama seks oral
kemudian timbul dengan suhu yang oral batuk yang serta mulut pengobatan
faringitis. Gejala tinggi, jarang berdahak berbau bakterial non
lain demam disertai batuk, spesifik
disertai rinorea dan seringkali
dan mual terdapat
pembesaran KGB
leher
BRONKITIS BRONKITIS
AKUT KRONIS
Bronkitis akut pada umumnya pada anak < 2 tahun dan ringan Bronkitis kronik dapat terjadi pada
Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata- semua umur namun lebih banyak
rata 10-14 hari. pada orang diatas 45 tahun.
umumnya disebabkan oleh virus. Lebih sering di musim dingin (di
Bronkitis akut karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma daerah non-tropis) atau musim hujan
pneumonia, Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheria
Sistem Respiratory by dr. Maryata
(didaerah tropis)
Keluhan :
Keluhan utama : batuk
diawali dengan gejala seperti pilek,
yaitu hidung meler, lelah, menggigil,
sakit punggung, sakit otot, demam
ringan dan nyeri tenggorokan
batuk tidak berdahak, tetapi 1-2
hari kemudian akan mengeluarkan
dahak berwarna putih atau kuning.
Selanjutnya dahak akan bertambah
banyak, berwarna kuning atau hijau
PEMERIKSAAN FISIK
Pharing normal, kadang hiperemi
limfadenopati lokal, dan
rhinorrhea.
Sistem Respiratory by dr. Maryata
Penatalaksanaan
1. Istirahat yang cukup, kelembaban udara yang cukup,
masukan cairan yang adekuat
2. Terapi simptomatik per oral
a. Antipiretik.
− Pada dewasa yaitu parasetamol 3-4 x 500
mg/hari (10-15 mg/kgBB), atau
− ibuprofen 3-4 x 200-400 mg/hari (5-10
mg/kgBB).
b. Dekongestan,
− pseudoefedrin (60 mg setiap 4-6 jam)
c. Antihistamin, Konseling dan Edukasi
− klorfeniramin 4-6 mg sebanyak 3-4 1. Membatasi aktivitas anak
kali/hari, atau 2. Hindari makanan yang merangsang batuk
− difenhidramin, 25-50 mg setiap 4-6 jam, 3. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan
atau anak dengan air hangat
− loratadin atau cetirizine 10 mg dosis 4. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan
tunggal (pada anak loratadin 0,5 mg/kgBB 5. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polus
dan setirizin 0,3 mg/kgBB).
d. Ekspektorant : GG (glyceryl guaiacolate),
bromhexine, ambroxol
e. Bronkodilator (melongarkan napas): salbutamol,
terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin
penuh (chest tightness) Faktor lingkungan Alergen di luar ruangan (tepung sari
bunga, jamur)
− Napas berbunyi ( mengi / mempengaruhi Bahan di lingkungan kerja (Asap rokok
wheezing) pada perokok aktif dan pasif)
berkembangnya
− Batuk (terutama malam Polusi udara(dalam dan luar ruangan)
dan dini hari) asma pada individu Infeksi pernapasan (Hipotesis higiene)
Infeksi parasit
− Dahak kental sulit dengan predisposisi
Status sosioekonomi
dikeluarkan asma Besar keluarga
2. Gejala timbul secara episodik Diet dan obat
Obesitas
berulang , sering memburuk di
malam hari atau pagi dini hari. Faktor lingkungan Alergen di dalam dan di luar ruangan
Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
3. Gejala bervariasi waktu dan mencetuskan
Infeksi pernapasan
intensitasnya. eksaserbasi dan
Exercise dan hiperventilasi
4. Gejala dipicu oleh infeksi atau menyebabkan Perubahan cuaca
virus, latihan, pajanan gejala-gejala asma Sulfur dioksida
Makanan,
allergen, perubahan cuaca, menetap aditif (pengawet, penyedap, pewarna
tertawa atau iritan seperti makanan),
asap kendaraan, rokok atau
bau yang sangat tajam
FAKTOR obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
RESIKO
Sistem Respiratory by dr. Maryata Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan
DERAJAD GEJALA GEJALA FAAL PARU
PEMERIKSAAN FISIK ASMA MALAM
Intermiten Seminggu ≤ 2 kali APE ≥ 80%
• Dpt normal, kadang wheezing (+), eks- serangan < 1 kali sebulan VEP1≥ 80%
pirasi memanjang Tanpa gejala nilai prediksi
diluar serangan APE ≥ 80%
• Serangan ringan wheezing akhir eks-
pirasi paksa K Serangan singkat nilai terbaik
Variabiliti APE
• Serangan berat wheezing dapat L < 20%
tidak terdengar, sianosis, gelisah, taki- A Persisten Seminggu > 2 kali APE > 80%
kardi, retraksi ics, penggunaan otot ringan serangan 1 - 6 sebulan VEP1≥ 80%
bantu napas S kali
Serangan dapat
nilai prediksi
APE ≥ 80%
I mengganggu nilai terbaik
F
aktivitas dan Variabiliti APE
PEMERIKSAAN PENUNJANG tidur 20% - 30%
• Foto toraks normal diluar serangan, I Persisten Gejala setiap hari >1 x APE 60 – 80 %
hi-perinflasi saat serangan, adanya K sedang Serangan
mengganggu
seminggu VEP160 – 80%
nilaiprediksi
penyakit lain
• Faal paru (spirometri / PEFR) menilai
A aktivitas dan
tidur
APE 60 – 80%
nilaiterbaik
berat obstruksi, reversibilitas, S Membutuhkan Variabiliti APE
bronkodilator > 30%
variabilitas I setiap hari
• Uji provokasi bronkus membantu dx
Persisten Gejala terus sering APE ≤ 60%
• Status alergi skin prick test, Ig E berat menerus VEP1≤ 60%
total, eosinofil count, Ig E Atopy Sering kambuh nilai prediksi
Aktivitas fisik APE ≤ 60%
Peak Expiratory Flow Rate (PEFR) alias puncak laju aliran pernapasan adalah SistemArus Puncak Ekspirasi
Respiratory (APE)
by dr. Maryata terbatas nilai terbaik
tes yang mengukur seberapa cepat seseorang bisa menghembuskan napas Volume Ekspirasi Paru ( VEP ) APE > 30%
Tujuan: Diluar serangan:
Saat Serangan: Menghilangkan & mengendalikan gejala asma
Mencegah eksaserbasi akut Menjauhi alergen, bila perlu
Gol. Adrenergik:
Adrenalin/epinephrine 1 : Me & mempertahankan faal paru optimal desensitisasi
1000 0,3 cc/sc Mengupayakan aktivitas normal (exercise) Menghindari kelelahan
Ephedrine: oral Menghindari ESO Menghindari stress psikis
Short Acting 2-agonis Mencegah airflow limitation irreversible Mencegah/mengobati ISPA sedini
(SABA) Mencegah kematian
− Salbutamol (Ventolin): mungkin
oral, inj., inh.
− Terbutaline (Bricasma): Penatalaksanaan Olahraga (renang, senam asma)
Vaksinasi influenza
oral, inj., inh.
− Fenoterol (Berotec): DERAJAD MEDIKASI PENGONTROL HARIAN ALTERNATIF / PILIHAN LAIN ALTERNATIF
inh. ASMA LAIN
− Procaterol (Meptin):
oral, inh. Intermiten Tidak perlu
− Orciprenaline (Alupent):
oral, inh Persisten Glukokortikosteroid inhalasi (200-400 µg Teofilin lepas lambat
Gol. Methylxantine: ringan BB/hari atau ekuivalennya) Kromolin
Aminophylline: oral, inj. Leukotriene modifiers
Theophylline: oral
Gol. Antikolinergik: Persisten Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 Ditambah
Atropin: inj sedang (400-800 µg BB/hari atau ekuivalennya) µg BB atau ekuivalennya) ditambah agonis
Ipratropium bromide: inh. dan agonis beta-2 kerja lama Teofilin lepas lambat, atau beta2
Gol. Steroid: Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 kerja lama
Methylprednisolone: oral, µg BB/hari atau ekuivalennya) ditambah oral, atau
inj. Persisten Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid agonis beta-2 kerja lama oral, atau Ditambah
Dexamethasone: oral, inj. berat (> 800 µg BB dan agonis beta-2 kerja Glukokortikosteroid inhalasi dosis tinggi teofilin
Beclomethasone (Beclomet): lama. + ≥ 1 di bawah ini : (>800 µg BB atau ekuivalennya) atau lepas
inh. Teofilin lepas lambat Glukokortikosteroid inhalasi (400-800 lambat
Budesonide (Pulmicort): inh. Leukotriene modifiers µg BB atau ekuivalennya) ditambah
Fluticasone (Flixotide): inh Glukokortikosteroid oral leukotriene modifiers
Semua tahapan : ditambahkan agonis beta-2 kerja singkat untuk pelega bila dibutuhkan, tidak melebihi 3-4 kali seha
ANAK
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap
sampai mencapaiSistem
terapi Respiratory by dr.dengan
seminimal mungkin Maryata
kondisi asma tetap terkontrol
Global initiative for asthma (GINA) inhalasi B2agonis kerja cepat sebanyak
membagi tatalaksana serangan asma 2 kali dengan selang waktu 20 menit 1. Tatalaksana di rumah
menjadi dua yaitu : − dilakukan oleh pasien (atau orang
Membaik tuanya) sendiri di rumah.
Tidak
2. Tatalaksana di rumah sakit / Fasilitas − Hal ini dapat dilakukan oleh pasien
yang sebelumnya telah menjalani
plelayanan kesehatan Selesai terapi dengan teratur
Pemeriksaan Penunjang
Darah: Radiologi dengan foto toraks PA-Lateral/
limfositosis/ monositosis,
top lordotik.
LED meningkat, Pada TB, umumnya di apeks paru
Hb turun.
terdapat gambaran bercak-bercak
awan dengan batas yang tidak jelas
atau bila dengan batas jelas
membentuk tuberkuloma.
Gambaran lain yang dapat menyertai
yaitu, kavitas (bayangan berupa cincin
berdinding tipis),
pleuritis (penebalan pleura),
efusi pleura (sudut kostrofrenikus
tumpul)
Sistem Respiratory by dr. Maryata
Standar Diagnosis
1. Untuk memastikan diagnosis lebih awal, waspadai individu dan grup dengan faktor risiko TB dengan
melakukan evaluasi klinis dan pemeriksaaan diagnostik yang tepat pada mereka dengan gejala TB.
2. Semua pasien dengan batuk produktif yang berlangsung selama ≥ 2 minggu yang tidak jelas
penyebabnya, harus dievaluasi untuk TB.
3. Semua pasien yang diduga menderita TB dan mampu mengeluarkan dahak,
harus diperiksa mikroskopis spesimen apusan sputum/dahak minimal 2 kali atau 1 spesimen sputum
untuk pemeriksaan Xpert MTB/RIF*, yang diperiksa di laboratorium yang kualitasnya terjamin,
salah satu diantaranya adalah spesimen pagi.
Pasien dengan risiko resistensi obat, risiko HIV atau sakit parah sebaiknya melakukan pemeriksan
Xpert MTB/RIF* sebagai uji diagnostik awal.
4. Semua pasien yang diduga tuberkulosis ekstra paru,
spesimen dari organ yang terlibat harus diperiksa secara mikrobiologis dan histologis.
Uji Xpert MTB/RIF direkomendasikan sebagai pilihan uji mikrobiologis untuk pasien terduga
meningitis karena membutuhkan penegakan diagnosis yang cepat.
5. Pasien terduga TB dengan apusan dahak negatif, sebaiknya dilakukan pemeriksaan Xpert MTB/RIF
dan/atau kultur dahak. Jika apusan dan uji Xpert MTB/RIF* negatif pada pasien denga gejala klinis
yang mendukung TB, sebaiknya segera diberikan pengobatan anti tuberkulosis setelah pemeriksaan
kultur
Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau Tes Cepat Molekuler (TCM)
Tidak memiliki akses untuk TCM TB Memiliki akses untuk TCM TB Pemeriksaan TCM TB
Tidak bisa dirujuk Pengobatan TB Lini 1 Rif Sensitive Rif Indeterminate Rif Resistance Foto Toraks
(Mengikuti
alur yang
Foto Toraks Terapi Antibiotika Non OAT Ulangi pemeriksaan TCM TB RR
sama dengan
alur pada
Mulai Pengobatan TB RO; Lakukan hasil
Gambaran Tidak Ada Tidak Ada
pemeriksaan Biakan dan Uji Kepekaan pemeriksaan
Mendukung Mendukung Perbaikan Perbaikan Klinis,
OAT Lini 1 dan Lini 2 mikrokopis
TB TB; Bukan TB; Klinis ada faktor risiko
BTA negatif (-
Cari TB, dan atas
-) )
kemungkinan pertimbangan
TB Bukan TB; Cari dokter TB RR; TB MDR TB Pre XDR TB XDR
penyebab kemungkinan penyebab
Terkonfirmas
penyakit lain penyakit lain
i Klinis
Lanjutkan Pengobatan TB RO dengan
Pengobatan Paduan Baru
Pengobatan TB Lini 1 SistemTB Terkonfirmasi
Respiratory Klinis
by dr. Maryata TB RO
Tujuan pengobatan: Prinsip-prinsip terapi:
1. Menyembuhkan, mengembalikan kualitas hidup dan produktivitas pasien.
2. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efek lanjutan. 1. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
3. Mencegah kekambuhan TB. harus diberikan dalam bentuk
4. Mengurangi penularan TB kepada orang lain. kombinasi dari beberapa jenis obat,
5. Mencegah terjadinya resistensi obat dan penularannya dalam jumlah cukup dan dosis tepat
sesuai dengan kategori pengobatan (
Kombinasi Dosis Tepat (KDT) /
Fixed Dose Combination (FDC)
Penatalaksanaan 2. Obat ditelan sekaligus (single dose)
dalam keadaan perut kosong.
3. Semua pasien (termasuk mereka
yang terinfeksi HIV) yang belum
Maksud pemberian obat tahap awal dan tahap Lanjutan adalah : pernah diobati harus diberi paduan
obat lini pertama.
TAHAP AWAL TAHAP LANJUTAN 4. Untuk menjamin kepatuhan pasien
berobat hingga selesai, diperlukan
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh membunuh sisa sisa kuman yang masih ada dalam tubuh, suatu pendekatan yang berpihak
pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian khususnya kuman persister sehingga pasien dapat sembuh kepada pasien (patient centered
kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak dan mencegah terjadinya kekambuhan approach) dan dilakukan dengan
sebelum pasien mendapatkan pengobatan pengawasan langsung (DOT= directly
observed treatment) oleh seorang
pengawas menelan obat ( PMO )
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia 5. Semua pasien harus dimonitor
Kategori 1 2 ( RHZE ) 4 ( RH ) atau respons pengobatannya.
6. Indikator penilaian terbaik adalah
4 ( RH ) 3
pemeriksaan dahak berkala yaitu
Kategori 2 2 ( RHZE ) S dan 1 ( RHZE ) 5 ( RHE ) atau pada :
5 ( RHE ) a. akhir tahap awal,
Kategori Anak 2 ( RHZ ) atau 4 ( RH ) atau b. bulan ke-5 dan
c. akhir pengobatan.
2 ( RHZE ) S 4 – 10 ( RH )
7. Rekaman tertulis tentang
Paduan OAT untuk pasien TB Resistan Obat ( RO ): pengobatan, respons bakteriologis
OAT lini-1, yaitu pirazinamid and etambutol dan efek samping harus tercatat
Sistem Respiratory by dr. Maryata
OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin, Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin, PAS, dan tersimpan
Obat untuk Pengobatan
TB Lini 1 GRUP GOLONGAN JENIS OBAT
A Florokuinolon Levofloksasin (Lfx)
Moksifloksasin (Mfx)
JENIS SIFAT EFEK SAMPING Gatifloksasin (Gfx)
B OAT Suntik lini kedua Kanamisin (Km)
Isoniazid ( H ) Bakterisidal Neuropati perifer (Gangguan
Amikasin (Am)*
saraf tepi), psikosis toksik,
Kapreomisin (Cm) Streptomisin (S)**
gangguan fungsi hati, kejang
C OAT Oral lini Kedua Etionamid (Eto)/Protionamid (Pto)*
Rifampisin ( R ) Bakterisidal Flu syndrome(gejala influenza Sikloserin (Cs) /Terizidon (Trd)*
berat), gangguan Clofazimin (Cfz)
gastrointestinal, urine Linezolid (Lzd)
berwarna merah, gangguan D D1 OAT lini − Pirazinamid (Z)
fungsi hati, trombositopeni, pertama − Etambutol (E)
demam, skin rash, sesak − Isoniazid (H) dosis tinggi
nafas, anemia hemolitik D2 OAT Baru − Bedaquiline (Bdq)
− Delamanid (Dlm)*
Pirazinamid ( Z ) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal,
− Pretonamid (PA-824)*
gangguan fungsi hati, gout
D3 OAT − Asam para aminosalisilat
arthritis
Tambahan (PAS)
Etambutol ( E) Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta − Imipenemsilastatin (Ipm)*
warna, neuritis perifer − Meropenem (Mpm)*
(Gangguan saraf tepi) − Amoksilin clavulanat (Amx-
Streptomosin ( S ) Bakterisidal Nyeri ditempat suntikan, Clv)*
− Thioasetazon (T)*
gangguan keseimbangan dan
pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia, Obat untuk Pengobatan
agranulositosis, TB Lini 2
trombositopeni Sistem Respiratory by dr. Maryata
Harian 3 X per minggu
Nama Obat
Dosis rekomendasi OAT Lini Rifampisin ( R )
(mg/kgBB/ hari) Max ( mg )
10 ( 8 – 12 ) 600
(mg/kgBB/ hari) Max ( mg )
10 ( 8 – 12 ) 900
pertama untuk dewasa Isoniazid ( H ) 5(4-6) 300 10 ( 8 – 12 ) 600
Pirazinamid ( Z ) 25 ( 20 – 30 ) 35 ( 30 – 40 )
Etambutol ( E ) 15 ( 15 – 20 ) 30 ( 25 – 35 )
Kategori 1 Kategori 2
OAT Kombinasi Dosis Tetap ( KDT )
Tahap Intensif Tahap Lanjutan Tahap Intensif Tahap Lanjutan
Setiap hari Setiap Hari 3 kali seminggu Setiap hari Setiap Hari 3 kali seminggu
BERAT BADAN
RHZE (150/75/400/275) RH ( 150/75 ) RH (150/150) RHZE (150/75/400/275) + S RHE (150/75/275) RH (150/150) + E(400)
selama 56 hari selama 16 minggu selama 20 minggu selama 56 hari selama 28 hari selama 20 minggu selama 20 minggu
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 tablet + 2 KDT 2 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 500 mg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2 tablet + 2 tab Etambutol
38 – 54 kg 3 tablet 4KDT 3 tablet 3 tablet + 2 KDT 3 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 750 mg 3 tablet 4KDT 3 tablet 3 tablet + 3 tab Etambutol
55 – 70 kg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4 tablet + 2 KDT 4 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 1000 mg 4 tablet 4KDT 4 tablet 4 tablet + 4 tab Etambutol
> 71 kg 5 tablet 4KDT 5 tablet 5 tablet + 2 KDT 5 tablet 4KDT + Inj Streptomisin 1000 mg 5 tablet 4KDT 5 tablet 5 tablet + 5 tab Etambutol
Ada akses foto rontgent toraks Tidak ada akses foto rontgent
dan / atau ujituberkulin*) toraks dan / atau ujitu berkulin*)
Sistem skoring