Anda di halaman 1dari 14

PERATURAN

TERBARU
TENTANG
PERMENKES
BIDAN, TENAGA
KESEHATAN, DAN
KETENAGA
KERJAAN
Pp No.46 Tahun 2013 Tentang
Tenaga
BAB I Kesehatan
BAB II BAB III
KETENTUAN UMUM PELAKSANAAN MTKI
REGISTRASI

BAB IV BAB V BAB VI


PENDANAAN. PEMBINAAN DAN KETENTUAN
PENGAWASAN
PERALIHAN
BAB VII
KETENTUAN
PENUTUP

2
Peraturan Menteri
Kesehatan Tentang
Standar Profesi
Bidan
KEPUTUSAN MENTERI
KESEHATANREPUBLIK
INDONESIA
NOMOR
369/MENKES/SK/III/2007
TENTANG
STANDAR PROFESI BIDAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA,
3
Menimbang
bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan
Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan,dipandang perlu menetapkan
Standar Profesi bagi Bidan dengan
Keputusan Menteri Kesehatan

4
Mengingat
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan(Lembaran Negara Tahun
1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005
tentang Perubahanatas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 (Lembaran Negara
Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional (Lembaran
Negara Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3547);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran
Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);

5
Lanjutan …
6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor
41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090);
7. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan
Praktik Bidan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang Standar
9. PelayananMinimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;
10.Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi
Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

6
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR
PROFESI BIDAN.
Kedua : Standar Profesi Bidan dimaksud Diktum Kesatu
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga : Standar Profesi Bidan sebagaimana dimaksud dalam
Diktum Kedua agar digunakan sebagai pedoman bagi
Bidandalam menjalankan tugas profesinya.
Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan
pengawasan pelaksanaan Keputusan ini dengan
mengikutsertakan organisasi profesi terkait, sesuai tugas dan
fungsi masing-masing.
Kelima : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

7
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR : 369/MENKES/SK/III/2007
TANGGAL : 27 Maret 2007

8
Definisi bidan Pengertian Bidan
seorang perempuan yang lulus dari
Bidan adalah seseorang yang telah
mengikuti programpendidikan bidan yang
Indonesia
pendidikan Bidan yang diakui pemerintah
diakui di negaranya, telah lulus dari dan organisasi profesi di wilayah Negara
pendidikan tersebut, serta memenuhi Republik Indonesia serta memiliki
kualifikasi untuk didaftar (register) dan kompetensi dan kualifikasi untuk
atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah
melakukan praktik bidan. mendapat lisensi untuk menjalankan
praktik kebidanan.
Kebidanan/Midwifery Pelayanan Kebidanan
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang
mempelajari keilmuan dan seni yang
(Midwifery Service)
bagian integral dari sistem pelayanan
mempersiapkan kehamilan, menolong kesehatan yang diberikan oleh bidan yang
persalinan, nifas dan menyusui, masa telah terdaftar (teregister) yang dapat
interval dan pengaturan kesuburan, dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau
klimakterium dan menopause, bayi baru rujukan.
lahir dan balita, fungsi–fungsi reproduksi
manusia serta memberikan
bantuan/dukungan pada perempuan,
keluargadan komunitasnya.

9
Praktik Kebidanan Manajemen Asuhan Kebidanan
implementasi dari ilmu kebidanan oleh pendekatan dan kerangka pikir yang
bidan yang bersifat otonom, kepada digunakan oleh bidan dalam menerapkan
perempuan, keluarga dan komunitasnya, metode pemecahan masalah secara
didasari etika dan kode etik bidan. sistematis mulai dari pengumpulan data,
analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Asuhan Kebidanan
proses pengambilan keputusan dan
tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
Paradigma Kebidanan
dengan wewenang dan ruang lingkup Bidan dalam bekerja memberikan
praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat pelayanan keprofesiannya berpegang
kebidanan pada paradigma, berupa pandangan
terhadap manusia / perempuan,
lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan / kebidanan dan keturunan.

10
Falsafah Kebidanan Ruang Lingkup
1. Keyakinan tentang kehamilan dan persalinan
2. Keyakinan tentang Perempuan
Pelayanan
3. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya Kebidanan
4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat Pelayanan kebidanan berfokus
keputusan. Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil
pada upaya pencegahan,
keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. promosi kesehatan, pertolongan
persalinan normal,
5. Keyakinan tentang tujuan Asuhan
deteksikomplikasi pada ibu dan
6. Keyakinan tentang Kolaborasi dan Kemitraan anak, melaksanakan tindakan
7. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila asuhan sesuai dengan
8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh kewenangan atau bantuan lain
pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan jika diperlukan, serta
kebutuhan dan perbedaan kebudayaan melaksanakan tindakan kegawat
9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat daruratan.
10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan Bidan mempunyai tugas penting
keluarga dalam konseling dan pendidikan
11. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk kesehatan
masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam
satu kesatuan bangsa Indonesia

11
Kualifikasi Pendidikan
1. Lulusan pendidikan bidan sebelum tahun 2000 dan Diploma III kebidanan,
merupakan bidan pelaksana, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan
praktiknya baik di institusi pelayanan maupun praktik perorangan.
2. Lulusan pendidikan bidan setingkat Diploma IV / S1 merupakan bidan professional,
yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi
pelayanan maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi
layanan, pengelola, dan pendidik.
3. Lulusan pendidikan bidan setingkat S2 dan S3, merupakan bidan profesional, yang
memiliki kompetensi untuk melaksanakan praktiknya baik di institusi pelayanan
maupun praktik perorangan. Mereka dapat berperan sebagai pemberi layanan,
pengelola, pendidik, peneliti, pengembang dan konsultan dalam pendidikan bidan
maupun sistem/ ketatalaksanaan pelayanan kesehatan secara universal.

12
Peratutan Menteri Kesehatan
Tentang Izin Praktek Dan
BAB IV
Penyelenggaraan Praktik Bidan
BAB I BAB II
KETENTUAN UMUM PERIZINAN PEMBINAAN DAN
PENGAWASAN

BAB V BAB VI
KETENTUAN PERALIHAN KETENTUAN
PERALIHAN

13
KUHP Tentang Aborsi Pasal 472
Pasal 470 Pasal 471 1. Dokter, bidan, paramedis, atau
apoteker yang membantu
1. Setiap perempuan yang 1. Setiap Orang yang melakukan Tindak Pidana
menggugurkan atau mematikan menggugurkan atau sebagaimana dimaksud dalam
kandungannya atau meminta mematikan kandungan Pasal 470 dan Pasal 471, pidana
orang lain menggugurkan atau dapat ditambah 1/3 (satu per
mematikan kandungan tersebut
seorang perempuan
tiga).
dipidana dengan pidana penjara dengan persetujuannya
paling lama 4 (empat) tahun. dipidana dengan 2. Dokter, bidan, paramedis, atau
apoteker yang melakukan
2. Setiap Orang yang menggugurkan pidana penjara paling
Tindak Pidana sebagaimana
atau mematikan kandungan lama 5 (lima) tahun. dimaksud pada ayat (1) dapat
seorang perempuan tanpa dijatuhi pidana tambahan
persetujuannya dipidana dengan
2. Jika perbuatan
berupa pencabutan hak
pidana penjara paling lama 12 sebagaimana dimaksud sebagaimana dimaksud dalam
(dua belas) tahun. pada ayat (1) Pasal 86 huruf a dan huruf f.
3. Jika perbuatan sebagaimana mengakibatkan
3. Dokter yang melakukan
dimaksud pada ayat (2) matinya perempuan pengguguran kandungan
mengakibatkan matinya tersebut dipidana karena indikasi kedaruratan
perempuan tersebut dipidana dengan pidana penjara medis atau terhadap Korban
dengan pidana penjara paling perkosaan sesuai dengan
paling lama 8 (delapan)
lama 15 (lima belas) tahun. ketentuan peraturan
tahun.
perundang-undangan, tidak
dipidana. (Ryandi, 2019)

14

Anda mungkin juga menyukai