Anda di halaman 1dari 14

Teori Konsumsi dan Perilaku Konsumen

dalam Islam
DISUSUN OLEH :
E L I S A 1 8 1 0 11 2 0 0 8 6 2
M . R E Z A C I T R O S A N TO S O 1 8 1 0 11 2 0 0 9 9 6
Teori Konsumsi
Konsumsi dalam ekonomi Islam adalah upaya memnuhi kebutuhan baik jasmani maupun
rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah SWT
untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah).
Urgensi Konsumsi
Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap perekonomian, karena tiada
kehidupan bagi manusia tanpa konsumsi. Oleh karena itu, kegiatan ekonomi mengarah kepada
pemenuhan tuntutan konsumsi bagi manusia. Sebab, mengabaikan konsumsi berarti
mengabaikan kehidupan dan juga mengabaikan penegakan manusia terhadap tugasnya dalam
kehidupan. Dalam sistem perekonomian, konsumsi memainkan peranan penting. Adanya
konsumsi akan mendorong terjadinya produksi dan distribusi. Dengan demikian akan
menggerakkan roda-roda perekonomian.
Konsep Mashlahah Sebagai Fungsi
Kesejahteraan Menurut Islam
Konsep maslahah mendasari semua aktivitas ekonomi dalam masyarakat, baik itu produksi,
konsumsi, maupun dalam pertukaran dan distribusi. Dengan demikian seorang individu Islam
akan memiliki dua jenis pilihan: Berapa bagian pendapatannya yang akan dialokasikan untuk
maslahah jenis pertama dan berapa untuk maslahah jenis kedua. Kemudian, Tujuan utama
konsumsi bagi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah.
Sesungguhnya konsumsi selalu didasari niat untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan
pengabdian kepada Allah, sehingga menjadikan konsumsi juga bernilai ibadah. 
    Perilaku Konsumen
Prilaku konsumen berdasarkan tuntutan Al-Qur’an dan hadist. Prilaku konsumen (consumen
behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih diantara berbagai pilihan yang
dihadapinya dengan memanfaatkan sumber daya (resources) yang dimilikinya teori prilaku
konsumen dibangun berdasarkan syari’at islam.
Perilaku Konsumen Muslim
Dasar hukum perilaku konsumen Konsep Maslahah Dalam Prilaku
Konsumen Islami
Hasan sirry menyatakan bahwa sumber
hukum konsumsi yang tercactum dalam Menurut Imam Shatibi, maslahah adalah
Al-Qur’an adalah; Makanlah dan sifat atau kemampuan barang dan jasa
minumlah,namun janganlah berlebih – yang mendukung elemen-elemen dan
lebihan, Sesungguhnya Allah itu tidak tujuan dasar dari kehidupan manusia di
menyukai orang – orang berlebih – muka bumi ini. Ada lima elemen dasar
lebihan. menurut beliau, yakni: kehidupan atau
jiwa (al-nafs), properti atau harta benda
(al mal), keyakinan (aldin), intelektual (al-
aql), dan keluarga atau keturunan (al-
nasl).
Prinsip – Prinsip Konsumsi
Menurut Abdul Mannan, dalam melakukan konsumsi terdapat lima prinsip dasar, yaitu:
Prinsip keadilan
Prinsip kebersihan
Prinsip kesederhanaan
Prinsip kemurahan hati
Prinsip moralitas
Mashlahah dalam Konsumsi
Dalam meningkatkan kesejahteraan Menurut Al-Ghazali, kesejahteraan
social, Imam Al-Ghazali (maslahah) dari suatu masyarakat
mengelompokkan dan tergantung kepada pencarian dan
mengidentifikasikan semua masalah yang pemeliharaan lima tujuan dasar:
berupa masalih (utilitas, manfaat)
maupun mafasid (disutilitas, kerusakan) 1. Agama (al-dien);
dalam meningkatkan kesejahteraan social. 2. Hidup atau jiwa (nafs);
Selanjutnya ia mendefinisikan fungsi
social dalam kerangka hierarki kebutuhan 3. Keluarga atau keturunan (nasl);
individu dan social.
4. Harta atau kekayaan (maal);
5. Intelek atau akal (aql).
Batasan Konsumsi Dalam Syari’ah
Batasan konsumsi dalam Islam Sedangkan untuk batasan terhadap
sebagaimana diurai dalam Alqur’an surah minuman merujuk pada firman Allah
Al-Baqarah [2]: 168 -169 : Hai sekalian dalam al qur’an surah Al-Maidah[5] : 90
manusia, makanlah yang halal lagi baik Hai orang – orang yang beriman,
dari apa yang terdapat dibumi, dan sesungguhnya (minuman khamer, berjudi,
janganlah kamu mengikuti langkah – (berkorban untuk) berhala, dan mengundi
langkah setan; karena setan itu adalah nasib adalah perbuatan keji termasuk
musuh yang nyata bagi kamu. perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan
Sesungguhnya setan hanya menyuruh – perbuatan itu agar kamu beruntung.
kamu berbuat jahat dan keji, dan
mengatakan terhadap Allah apa yang tidak
kamu ketahui.
Kebutuhan dan Keinginan
Bila masyarakat menghendaki lebih Keinginan adalah terakait dengan hasrat
banyak akan suatu barang atau jasa, maka atau harapan seseorang yang juga
hal ini akan tercermin pada kenaikan dipenuhi belum tentu akan meningkatkan
permintaan akan barang dan jasa tersebut. kesempurnaan fungsi manusia ataupun
Kehendak seseorang untuk membeli atau barang.
memiliki sesuatu barang dan jasa bisa
muncul di karenakan adanya faktor
kebutuhan ataupun faktor keinginan.
Kebutuhan terkait dengan segala sesuatu
yang harus dipenuhi agar suatu barang
atau jasa berfungsi secara sempurna.
Konsep Kebutuhan dan Keinginan
Kebutuhan : Keinginan :
Konsumsi yang sesuai kebutuhan atau Konsumsi yang sesuai dengan keinginan
Hajat adalah konsumsi terhadap barang atau Syahwat merupakan konsumsiu yang
dan jasa yang benar-benar dibutuhkan cenderung berlebihan, mubazir dan boros.
untuk hidup secara wajar
Keinginan Manusia dan Pemenuhannya
Maksud kata “keinginan” adalah kebutuhan
manusia yang dapat di puaskan. Dalam
kenyataannya, semua keinginan itu tidaklah
terbatas. Jika dana yang ada cukup untuk
memuasi satu keinginan, maka keinginan yang
lain akan muncul dan jika terakhir itu telah
terpuaskan juga maka akan muncul yang
lainnya lagi, dan dengan demikian hidup akan
dipenuhi dengan perjuangan memenuhi rantai
keinginan yang taka da akhirnya itu.
Perbedaan Perilaku Konsumen Muslim
Dengan Perilaku Konsumen Konvensional
Konsumen Muslim memiliki keunggulan bahwa mereka dalam memenuhi kebutuhannya tidak
sekadar memenuhi kebutuhan individual (materi), tetapi juga memenuhi kebutuhan sosial
(spiritual). Konsumen Muslim ketika mendapatkan penghasilan rutinnya, baik mingguan,
bulanan, atau tahunan, ia tidak berpikir pendapatan yang sudah diraihnya itu harus dihabiskan
untuk dirinya sendiri, tetapi karena kesadarannya bahwa ia hidup untuk mencari ridha Allah,
sebagian pendapatannya dibelanjakan di jalan Allah (fi sabilillah). Dalam Islam, perilaku seorang
konsumen Muslim harus mencerminkan hubungan dirinya dengan Allah (hablu mina Allah) dan
manusia (hablu mina an-nas).
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai