Rp
$
Daftar Isi:
Bab I Latar Belakang
Bab II Permasalahan
Bab III Pembahasan
Bab IV Kesimpulan dan Saran
LAMA BARU
• PASAR MONOPOLISTIK • PASAR KOMPETITIF
• REGULASI SANGAT KETAT • HAMPIR TANPA REGULASI
• INFRASTRUKTUR • INFRASTRUKTUR INFORMASI
TELEKOMUNIKASI
• JASA DASAR & NON DASAR • JARINGAN DAN JASA
• INFORMASI DENGAN FORMAT • INFORMASI DALAM FORMAT
TERPISAH UNTUK SUARA, MULTIMEDIA (KONVERGENSI)
DATA, TEKS, GAMBAR
• HYBRID ANALOG • SELURUHNYA DIGITAL
• CIRCUIT-SWITCHED • PACKET-SWITCHED
• DOMINASI SALURAN KAWAT • DOMINASI NIR KABEL
• TARIF SESUAI MENIT • TARIF SESUAI BYTE
• TERGANTUNG JARAK • TIDAK TERGANTUNG JARAK
• DOMINASI BUMN • DOMINASI OLEH SWASTA DAN
PUBLIK
• INDUSTRIAL ECONOMY • NEW ECONOMY /Knowledge-
Agus Brotosusilo,
Adhidharma 2005
Brotosusilo, based Economy
2012 8
Three Theories of International Political Economy
Mercantilism Economic Marxism
Liberalism
Agus Brotosusilo,
Adhidharma 2005
Brotosusilo, 2012 12
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
globalisasi ekonomi/perdagangan:
IM
P RT/
EKS ORT/ MPO RT
POR IMPLICATIONS I SPO
T EK
• National Law
• Domestic Laws
TRIP’S LAWS
CUSTOM LAW
ANTI-DUMPING LAW
SAFEGUARD LAW
Adhidharma Brotosusilo, 2012 14
BRO 1934 – Law No.7/1994
Adhidharma Brotosusilo, 2012 15
Adhidharma Brotosusilo, 2012 16
THE ORIGIN OF WTO: the coming crisis of capitalism
<1930 US SMOOT – HEWLEY BILL: PROTECTIONISM
Pengaruh Negatif:
Berpotensi merugikan “Kepentingan
Nasional” Bangsa dan
Adhidharma Negara
Brotosusilo, 2012 RI. 18
Adhidharma Brotosusilo, 18
2005
Pengaruh Internal Globalisasi
Terhadap Perekonomian Indonesia:
125
120
115
110
105
100
95
90
85
80
75
1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
10
-5
-10
-15
1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Indoensia
Thailand
11% 7%
Inner circle 2000,
Philippines 11% 11% outer circle 2003
8%
4%
14%
Malaysia 18%
Korea
60% 56%
Paten Paten Jumlah Paten Paten Jumlah Paten Paten Paten Paten
Seder Seder Seder Seder
hana hana hana hana
1992 86 57 143 86 57 143 2
1993 37 4 41 27 4 31 1 1 1 2
Januari 20 5 25 22 5 27 1 2 1
Februari 34 5 39 31 5 36 1 1 2
Maret 20 3 23 19 3 22 4 1
April 43 5 48 47 5 52 2 3
Mei 58 5 63 55 5 60 1
Juni 85 5 90 78 5 83 1
Juli 69 4 73 61 4 65
Agustus 81 4 85 50 4 54
Septembe 111 2 113 114 2 116
r 107 5 112 112 5 117
Adhidharma Brotosusilo, 2012 26
Oktober
November
Impact of Partial, Multilateral Liberalization
on Real Income
(with Respect to Both Elasticities)
Agus Brotosusilo,
Adhidharma 2005
Brotosusilo, 2012 28
World Trade and Economy
(Growth, before and after Uruguay Round)
Agus Brotosusilo,
Adhidharma 2005
Brotosusilo, 2012 29
Agus Brotosusilo, 2005 29
Objectives of GATT/WTO
• GATT 1994/WTO memiliki sifat mengikat yang lebih kuat dibanding GATT
1947; GATT 1947 memiliki tingkat efektivitas yang sangat rendah, karena
DSM pada rezim hukum ini menerapkan prinsip yang memungkinkan
terjadinya “a block by one veto”, sebaliknya GATT 1994 memiliki tingkat
efektivitas yang tinggi, karena DSM pada rezim hukum ini menerapkan
prinsip “a pass by one vote”.
Adhidharma Brotosusilo, 2012 38
“A block by one veto”,
• GATT 1947 mensyaratkan keputusan “Report of the Panel
of Expert’” dalam sengketa tersebut berupa resolusi yang
disampaikan kepada seluruh peserta GATT 1947 --yang
disebut “contracting parties”--, (bukan “members” seperti
sebutan di dalam GATT 1994). Majelis (a council) para
peserta GATT 1947 kemudian harus memutuskan apakah
akan mengadopsi resolusi tersebut sehingga dengan
demikian keputusan tersebut akan memiliki kekuatan
mengikat (binding). Adopsi terhadap resolusi di dalam
Majelis para peserta harus diputuskan secara konsensus.
Dengan demikian pihak yang dikalahkan dalam sengketa
tersebut dapat menolak adopsi, sehingga resolusi tidak
memiliki kekuatan mengikat. Ini berarti bahwa efektif atau
tidaknya keputusan penyelesaian sengketa ditentukan oleh
“veto” 1 (satu) peserta saja. Suara menentang dari 1 (satu)
peserta saja dapat mem”block” sehingga keputusan yang
telah diambil menjadi tidak efektif, karena tidak memiliki
kekuatan mengikat (binding).
Adhidharma Brotosusilo, 2012 39
“A pass by one vote”.
• Di dalam GATT 1994 sengketa di antara anggota
WTO yang diselesaikan oleh the Panel (pada
tingkat pertama), atau oleh the Appellate Body
(pada tingkat kedua) di dalam “Dispute Settlement
Body/DSB” dan keputusannya dianggap diadopsi,
sehingga memiliki kekuatan mengikat (binding),
kecuali apabila secara konsensus seluruh anggota
WTO –termasuk negara yang dimenangkan (ini
hampir mustahil terjadi)--, menolak untuk
mengadopsinya. Dengan demikian berlaku
prosedur pengambilan keputusan yang didasarkan
pada “konsensus terbalik/a Reverse Concencus”.
Adhidharma Brotosusilo, 2012 40
WTO tidak jamin pertumbuhan
perekonomian dan perdagangan
Pengalaman Republik Rakyat China
menunjukkan negara tersebut
selama beberapa dasawarsa
mengalami pertumbuhan
perekonomian dan perdagangan
tertinggi di dunia, meskipun negara
tersebut dikucilkan, dilarang menjadi
anggota WTO sejak didirikannya
organisasi perdagangan tersebut
sampai belasan tahun kemudian. 41
Adhidharma Brotosusilo,
2012
.
• .
Bab IV
Kesimpulan dan Saran
012 46
46
Saran-saran
Karena:
1. Pengaman Indonesia menjadi anggota WTO,
pengaruhnya: Merugikan “Kepentingan Nasional”
Bangsa dan Negara;
2. Aturan-aturan WTO (WTO Rules) yang berjiwa
liberalism/capitalism tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila dan UUD 1945;
3. Aturan-aturan WTO (WTO Rules) hanya
menguntungkan Negara-negara Maju dan tidak adil
bagi Negara-negara Berkembang (termasuk Indonesia);
4. Sejak berdirinya WTO, tujuannya untuk
meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan
perdagangan dunia tidak pernah tercapai.
• . .