Anda di halaman 1dari 12

Nilai Tukar, SBI, Inflasi

dan Pertumbuhan
GDP Terhadap
Pergerakan IHSG di
BEI Abubakar
By : Hismendi,
Hamzah, dan Said
Musnadi

Rifky Gilang Saputra 1810115055


Tujuan Penelitian
● Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh nilai
tukar, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia, inflasi dan
Pertumbuhan GDP terhadap pergerakan Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Kajian
Kepustakaan/Teori
● Pergerakan Harga Saham ● Investasi di Pasar Modal
(Volatilitas) Investasi merupakan penanaman modal
Pergerakan harga saham disebabkan untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki
oleh pergerakan kurva demand, maka dan biasanya berjangka waktu lama
faktor-faktor penggeser demand dengan harapan mendapatkan
seperti harga saham-saham lainnya, keuntungan di masa datang.
pendapatan investor dan jumlah Pasar modal mempunyai peranan penting
investor menjadi faktor-faktor yang dalam suatu negara karena pasar modal
mempengaruhi perubahan indek menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu
harga saham. fungsi keuangan dan fungsi ekonomi

● Indeks Harga Saham Gabungan ● Faktor-faktor Ekonomi yang


Indeks Harga Saham Gabungan diperkirakan mempengaruhi Indeks
(IHSG) menggambarkan suatu Harga Saham
rangkaian informasi historis mengenai Nilai Tukar, Suku bunga SBI, Inflasi,
pergerakan harga saham gabungan Pertumbuhan GDP
seluruh saham, sampai pada tanggal
tertentu. Pergerakan harga saham
tersebut disajikan setiap hari,
berdasarkan harga penutupan di
bursa pada hari tersebut.
Hipotesis
● Berdasarkan kerangka teori dan permasalahan, hipotesisnya adalah
nilai tukar rupiah, suku bunga SBI dan inflasi mempunyai pengaruh
negatif, sedangkan pertumbuhan GDP mempunyai pengaruh positif
terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek
Indonesia.
Metode
Penelitian

●  Untuk melihat seberapa besar pengaruh nilai tukar rupiah, inflasi,
suku bunga SBI dan pertumbuhan GDP terhadap pergerakan IHSG di
BEI selama kurun waktu 43 kuartal mulai bulan Maret 2003 sampai
dengan September 2012, dianalisa dengan metode Ordinary Least
Square (OLS) dengan fungsi persamaan:

(1)
  ● Metode analisis yang digunakan adalah persamaan
regresi linear berganda (Gujarati, 2006) dengan model:

(2)

  ● Persamaan (1) dan (2) dimodifikasi ke dalam model penelitian ini


dengan rumus persamaan regresi:
Hasil &
Pembahasan
● Uji Heterokedastisitas

Uji Asumsi
Berdasarkan uji heterokedastisitas, dapat diperhatikan
bahwa sebaran data ada di sekitar titik nol dan tidak
tampak adanya suatu pola tertentu pada sebaran data
tersebut. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa untuk

Klasik
● Uji Multikolineritas
Berdasarkan data yang diolah
menunjukkan bahwa nilai tukar, suku
penelitian ini tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji
gletsjer menunjukkan bahwa semua variabel bebas tidak
signifikan terhadap nilai absolute residual regresi. Hal ini
bunga SBI, inflasi, dan pertumbuhan GDP menandakan bahwa pada model regresi yang terbentuk
mempunyai nilai tolerance kurang dari bebas dari gejala heterokesdastisitas.
10% yang berarti tidak terdapat korelasi
antar variabel independen yang nilainya
lebih dari 90 persen. Hasil VIF juga
terlihat tidak ada variabel independen
yang memiliki nilai VIF lebih dari 10.
Dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolinearitas.

● Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji Kolmogorov Smirnov ● Uji Autokoreksi
diketahui Kurs = 1.208 ; SBI = 1.135 ; INF Pada uji regresi menghasilkan nilai Durbin
= 1.190 ; GDP = 0.801 ; IHSG = 0.834. Watson sebesar 1.731. Dengan demikian,
Hasil ini menunjukkan nilai signifikansi uji nilai Durbin Watson tersebut berada pada
lebih besar dari 0,05. Hal ini menandakan interval 1,55 sampai dengan 2,46
data yang digunakan dalam regresi sehingga model regresi linier berganda
berdistribusi normal. tersebut tidak terjadi gejala autokorelasi.
● Perumusan Model Persamaan Regresi
IHSG = 3344,443- 0,363Kurs + 33,163Inf + 0,002GDP Persamaan regresi
menunjukkan bahwa konstanta sebesar 3344,443. Koefisien regresi untuk
nilai tukar (kurs) sebesar -0,363, suku bunga SBI sebesar -70,354 dan
pertumbuhan GDP sebesar 0,002.

● Analisis Kekuatan Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variasi Variabel Terikat


Hubungan antara variabel-variabel bebas penelitian yaitu nilai tukar, SBI, Inflasi, dan
pertumbuhan GDP secara bersamasama dengan IHSG sebagai variabel dependen
terlihat pada Koefisien R = 0,971 menunjukkan hubungan yang kuat atara variabel
independen dengan variabel dependen. Nilai R square sebesar 0,943 yang berarti
bahwa 94,3% perubahan IHSG dapat dijelaskan oleh keempat variabel bebas.

● Uji F
Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari
derajat kesalahan yaitu sebesar 5 persen. Dari hasil uji F ini berarti nilai tukar, SBI,
inflasi dan pertumbuhan GDP (variabel bebas) secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap pergerakan IHSG (variabel terikat).
● Kemampuan nilai tukar (Kurs) mempengaruhi ● Kemampuan SBI mempengaruhi IHSG
IHSG
Tingkat suku bunga SBI ↑, beban perusahaan ↑,
Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap IHSG
laba ↓, harga saham ↓.
menunjukkan hasil yang negatif dan signifikan.
Kenaikan suku bunga SBI juga potensial mendorong
Mengindikasikan apabila nilai tukar rupiah
investor mengalihkan dananya ke pasar uang
meningkat (rupiah terdepresiasi), maka akan
(tabungan) maupun deposito.
menurunkan indeks harga saham, dan sebaliknya.
● Kemampuan Pertumbuhan GDP mempengaruhi
IHSG. ● Kemampuan Inflasi mempengaruhi IHSG
Dari hasil uji t disimpulkan bahwa pertumbuhan GDP Dari hasil uji t disimpulkan bahwa Inflasi tidak
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pergerakan berpengaruh signifikan dalam terhadap pergerakan
IHSG. Pertumbuhan GDP ↑, pertumbuhan ekonomi↑, Indeks Harga Saham Gabungan.
daya beli ↑, penjualan ↑, laba perusahaan↑, daya Tarik
investor↑, IHSG ↑
Kesimpulan
● Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka kesimpulannya
yaitu :

1. Nilai R square diketahui sebesar 0,943 yang berarti bahwa 94,3%


pergerakan IHSG dapat dijelaskan keempat variabel bebas yaitu: nilai tukar,
SBI, inflasi, dan pertumbuhan GDP. Sisanya 5,7 persen dipengaruhi sebab
lain di luar model
2. Hasil uji signifikan simultan yaitu uji F, menunjukkan nilai tukar, SBI, inflasi
dan pertumbuhan GDP secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pergerakan IHSG.
3. Hasil uji t menunjukkan bahwa nilai tukar, suku bunga SBI dan pertumbuhan
GDP berpengaruh signifikan, sedangkan inflasi tidak berpengaruh signifikan
terhadap terhadap pergerakan IHSG.
Saran
● Sebaiknya otoritas moneter dalam mengendalikan IHSG
memprioritaskan pada kebijakan stabilitas nilai tukar, suku bunga
SBI dan pertumbuhan GDP, sehingga memperkuat pengendalian
dan stabilitas pasar saham di BEI.
● Untuk penelitian selanjutnya, dianggap perlu mengkaji kembali
faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG,
misalnya faktor fundamental perusahaan seperti laba, rugi, dan
faktor internal perusahaan (emiten), serta peraturan pemerintah
dan undang-undang yang mengatur tentang pasar modal.

Anda mungkin juga menyukai