Anda di halaman 1dari 31

BREAST CONSERVING THERAPY

VERSUS MASTEKTOMI
PADA KANKER PAYUDARA

Oleh : Santi Yuanita


Pembimbing : dr. Heru Purwanto SpB (K) Onk
1
BAB I PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan kasus kanker yang paling
sering terdiagnosa dan juga penyebab kematian
terbanyak pada wanita.
Pembedahan merupakan metode terapi pada kanker
payudara yang paling tua

Jemal A, Bray F, Center MM, Ferlay J, Ward E, Forman D. Global Cancer Statistics. CA Cancer J Clin 2011;
61: 69-90.

2
William Stewart Halsted (1890-1922)  mastektomi
radikal (membuang secara en bloc jaringan payudara
beserta tumor, otot pektoralis mayor dan minor dan
kelenjar getah bening aksila).
Mastektomi Halsted menjadi standar operasi kanker
payudara pada semua stadium selama lebih dari 80
tahun.

Van Nes JGH, Van de Velde CJH. The preferred treatment for young women with breast cancer –
mastectomy versus breast conservation. The Breast 2006; 15: S3-10.

3
Gray (1938)  deep fascia mempunyai sistem limfatik
yang jelek sehingga bukan merupakan tempat
potensial untuk terjadinya penyebaran 
menghasilkan operasi yang lebih sederhana
(mastektomi radikal modifikasi) dengan hasil yang
sama baiknya dengan operasi radikal.

Van Nes JGH, Van de Velde CJH. The preferred treatment for young women with breast cancer –
mastectomy versus breast conservation. The Breast 2006; 15: S3-10.

4
Pada abad ke-20, teknik radioterapi berkembang
pesat. Sinar x-ray dipergunakan untuk diagnosa dan
terapi kanker.
Robert McWhirter mendukung radioterapi 
publikasi : hampir 2000 pasien yang diterapi dengan
mastektomi simpel diikuti radioterapi. Dia juga
menyarankan radioterapi sebagai alternatif dalam
managemen metastase axilla.

5
BAB II TINJAUAN LITERATUR
II. 1. OVERVIEW KANKER PAYUDARA
Jenis kanker yang paling sering terdiagnosa di dunia
adalah
kanker paru (1.61 juta kasus, 12.7% dari keseluruhan
kanker),
kanker payudara (1.38 juta kasus, 10.9% dari
keseluruhan kanker),
kanker kolorektal (1.23 juta kasus, 9.7%).

Ferlay J, Shin HR, Bray F, Forman D, Mathers C, Parkin DM. Estimates of worldwide burden of
cancer in 2008: GLOBOCAN 2008. Int J Cancer 2010; 127: 2893-2917.

6
Gambar 4. Mortalitas akibat Kanker pada Wanita
(diambil dari IARC_WHO. Cancer Incidence in Indonesia. 2002.
Available from: http://www-dep.iarc.fr/.) 7 7
II. 1. 3. DIAGNOSIS dan STADIUM
Diagnosis kanker payudara lanjut dapat didasarkan
pada pemeriksaan klinis.
Diagnosis kanker payudara yang meragukan dibuat
berdasarkan pada triple diagnostic procedure (clinical,
imaging and pathology/ cytology).
Pemeriksaan histopatologi merupakan gold standard.

Kanker Payudara In : Manuaba IBTW, ed. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010. Jakarta:
Sagung Seto; 2010.p.15-50.

8
Stadium kanker payudara penting ditentukan setelah
diagnosis ditegakkan.
Stadium akan mempengaruhi modalitas pengobatan
yang digunakan dan prognosis.
Klasifikasi stadium yang digunakan berdasarkan AJCC
(American Joint Commitee on Cancer).

Kanker Payudara In : Manuaba IBTW, ed. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010.
Jakarta: Sagung Seto; 2010.p.15-50.

9
Tujuan pencatatan stadium kanker payudara secara
akurat adalah
(1) untuk memudahkan melakukan penelitian
multisenter,
(2) untuk menentukan modalitas terapi yang
diberikan,
(3) untuk menentukan prognosis dari masing-masing
stadium.
Kanker Payudara In : Manuaba IBTW, ed. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010.
Jakarta: Sagung Seto; 2010.p.15-50.

10
II. 1. 4. TERAPI
Modalitas terapi kanker payudara adalah
pembedahan,
radioterapi,
kemoterapi,
terapi biologi (terapi target molekul/ terapi imunologi)
terapi hormonal.

11
Pembedahan
Terapi bedah adalah terapi utama untuk kanker payudara
dini. Ada berbagai tipe pembedahan yaitu :
Mastektomi radikal (Halsted Radical Mastectomy).
Modified Radical Mastectomy (Patey).
Modified Radical Mastectomy (Uchinloss and Maaden)
Mastektomi simple (McWhirter) ditambah radioterapi
terutama pada aksila.
BCT (Breast Conserving Therapy) yaitu eksisi tumor
primer dengan atau tanpa diseksi aksila dan radioterapi.
12
II. 2 BREAST-CONSERVING THERAPY (BCT)
II.2.1 Definisi
Breast conservation treatment adalah eksisi dari tumor
primer payudara dan jaringan payudara sekitar (breast-
conserving surgery), pada umumnya diikuti radiasi.
Breast-conserving surgery (BCS) pada umumnya juga
disebut lumpektomi, mastektomi parsial, mastektomi
segmental, eksisi luas lokal.

Kanker Payudara In : Manuaba IBTW, ed. Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid Peraboi 2010. Jakarta: Sagung Seto;
2010.p.15-50.
Morrow M, Strom EA, Basset LW, Dershaw DD, Fowble B, Giuliano A, et al. Standard for Breast Conservation Therapy
in the Management of Invasive Breast Carcinoma. CA A Cancer Journal for Clinicians Sept Oct 2002; 52(5):277-300.

13
BCT biasanya dilakukan dengan tumor yang relatif
kecil <3 cm (MD Anderson Surgical Oncology
Handbook 2006, < 5cm) dengan/tanpa pembesaran
KGB.
BCT dapat dilakukan dengan atau tanpa diseksi KGB
aksila, bergantung pada klinis, USG ataupun dengan
teknik lymphatic mapping dan sentinel lymph node
biopsy jika mempunyai fasilitas.

14
II.2.2 Syarat Breast-Conserving Therapy
Informed consent. Penderita cukup berpendidikan
untuk mengerti resiko jenis pembedahan ini, dan
untung ruginya dibandingkan mastektomi.
Dapat dilakukan follow up yang teratur.
Tumor sebaiknya di perifer (tumor letak sentral perlu
tehnik pembedahan yang khusus).

15
Besar tumor proporsional dengan besar payudara, jika
tidak harus dilakukan rekonstruksi langsung untuk
mencapai kosmetik yang baik (Latissimus dorsi flap dan
lain-lan).
Tumor tidak multifokal dan multisentris (mamografi,
MRI).
Pasien belum pernah mendapat radioterapi di dada dan
tidak menderita penyakit kolagen.
Terdapat sarana dan fasilitas yang baik untuk
pemeriksaan patologi (konvensional dan pengecatan
imunohistokimia) dan radioterapi yang baik.
16
II.2.3 Kontraindikasi Breast-Conserving Therapy
Kontra indikasi absolut :
Kehamilan
dua atau lebih tumor primer dalam kuadran payudara
yang berbeda atau dengan mikrokalsifikasi difus yang
nampak ganas.
Adanya riwayat radioterapi pada payudara dan
dinding dada
Margin positif yang menetap setelah beberapa kali
usaha pembedahan untuk mencapai margin negatif.
17
Kontraindikasi relatif :
Riwayat penyakit vaskular kolagen
Adanya tumor gross multipel pada kuadran yang
sama.
Ukuran tumor lebih dari 4 atau 5 cm.

18
II.2.5 Margin pembedahan pada BCT
Sampai saat ini belum ada konsensus pasti mengenai
berapa margin pembedahan negatif yang adekuat
pada BCT.
Beberapa studi ~ berkaitan dengan margin
pembedahan pada BCT. Pemilihan batas margin
negatif untuk mencapai mikroskopik margin negatif
masih menjadi diskusi yang hangat diantara para ahli
bedah (seperti 1 mm, 2 mm, 3 mm, 5 mm, atau lebih).

Houssami N, Macaskill P, Marinovich ML, Dixon JM, Irwig L, Brennan ME, et al. Meta-analysis of the
impact of surgical margins on local recurrence in women with early-stage invasive breast cancer
treated with breast-conserving therapy. Eur J Cancer 2010; 46: 3219-32.
Luini A, Rososchansky J, Gatti G, Zurrida S, Calderella P, Viale G, et al. The surgical margin status after
breast-conserving surgery: discussion of an open issue. Breast Cancer Res Treat 2009; 113: 397-402.

19
II.2.6 Interval pembedahan dan radioterapi pada
BCT
Waktu interval yang optimal antara BCT dan
radioterapi ajuvan pada kanker payudara stadium dini
masih belum pasti ditentukan.14
Sebagian besar ahli onkologi berusaha untuk
memberikan radioterapi sedini mungkin.

Kim K, Chie EK, Han W, Noh DY, Ha SW. Impact of delayed radiotherapy on local control in node-negative breast
cancer patients treated with breast-conserving surgery and adjuvant radiotherapy without chemotherapy.
Tumori 2011; 97: 341-4.

20
Kim dkk.14  studi untuk mengevaluasi efek interval
pembedahan dan radioterapi terhadap kontrol lokal
pasien kanker payudara dengan N0 yang menjalani BCT
dan radioterapi ajuvan tanpa kemoterapi.
Sebanyak 171 pasien dibagi menjadi 2 grup yaitu interval
< 6 minggu (128 pasien) dan interval > 6 minggu (43
pasien).
Hasil kontrol lokal yang didapatkan setelah 8 tahun pada
pasien interval < 6 minggu adalah 94.5% dan pada pasien
interval > 6 minggu adalah 92.7% (p=0.1140)tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
21
Pada subgrup analisis pasien berusia < 40 tahun,
terdapat perbedaan yang signifikan pada interval < 6
minggu dapat meningkatkan kontrol lokal (p=0.0142).
Interval terapi tidak mempunyai efek pada overall dan
distant metastasis-free survival.

22
III. BREAST-CONSERVING THERAPY VERSUS
MASTEKTOMI
III.1 Rekurensi lokal dan overall survival
Beberapa penelitian randomized  tidak didapatkan
perbedaan yang bermakna dalam hal overall survival
Tetapi pada sebagian besar penelitian  terdapat
perbedaan yang bermakna pada angka terjadinya
rekurensi lokal antara grup BCT dan grup mastektomi.

23
24
III.2 Kualitas hidup BCT vs mastektomi
Arndt dkk membandingkan kualitas hidup setelah 5
tahun pada wanita dengan kanker payudara setelah
menjalani BCT dibandingkan dengan mastektomi.
Kesimpulan  BCT memberikan keuntungan  body
image yang lebih baik, efek psikososial yang lebih baik
dan kualitas hidup overall semakin meningkat sejalan
dengan waktu.

Arndt V, Stegmaier C, Ziegler H, Brenner H. Quality of life over 5 years in women with breast cancer after breast-
conserving therapy versus mastectomy: a population-based study. J Cancer Res Clin Oncol 2008; 134: 1311-18.

25
Nesvold dkk  terjadinya morbiditas pada lengan
atau bahu termasuk lymphedema lebih sering terjadi
pada pasien yang menjalani MRM dibandingkan
pasien dengan BCT.

Nesvold IL, Dahl AA, Løkkevik E, Mengshoel AM, Fossa SD. Arm and shoulder morbidity in breast cancer
patients after breast-conserving therapy versus mastectomy. Acta Oncol 2008; 47: 835-42.

26
III.3 Status sosioekonomi pemilihan BCT vs
mastektomi
Liu dkk24  studi untuk mengevaluasi faktor pasien
yang mempengaruhi pasien memilih antara BCT dan
MRM.
melibatkan 468 pasien dengan kanker payudara
stadium I dan II, 268 pasien menjalani BCT
dibandingkan 200 pasien menjalani MRM.

Liu JJ, Zhang S, Hao XM, Xie J, Zhao J, Wang J, et al. Breast-conserving therapy versus modified
radical mastectomy: Socioeconomic status determines who receives what—Results from case–
control study in Tianjin, China. Cancer Epidemiol 2011; 309: 1-5.

27
Hasil studi menunjukkan bahwa pasien yang memilih
BCT adalah
 berusia lebih muda,
mempunyai asuransi kesehatan,
tingkat pendidikan yang lebih tinggi ,
tingkat pendapatan yang lebih tinggi.

Hal ini memberikan sebuah gambaran sekilas tentang


bagaimana status sosioekonomi mempengaruhi
pelayanan kesehatan kanker

28
RINGKASAN
Kanker payudara merupakan penyebab kematian
kanker yang tertinggi pada negara berkembang,
termasuk Indonesia.
BCT menjadi pertimbangan sebagai pembedahan
standar pada kanker payudara stadium dini.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan survival
pada pasien diterapi dengan BCT dibandingkan pada
pasien diterapi dengan mastektomi.
29
Meskipun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa
rekurensi lokal pada BCT lebih tinggi dibandingkan
dengan mastektomi sehingga pertimbangan interval
pemberian radioterapi sebaiknya < 6 minggu dan
pertimbangan terapi BCT pada wanita < 40 tahun
sebaiknya dilakukan follow-up yang lebih ketat.
Pemilihan BCT atau mastektomi pada negara
berkembang masih bergantung pada status
sosioekonomi.
BCT memberikan kualitas hidup yang lebih baik
dibandingkan mastektomi.
30
TERIMA KASIH

31

Anda mungkin juga menyukai