Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya. Di samping itu bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukar uang, memindahkan uang, atau menerima segala macam bentuk pembayaran dan setoran. (Kasmir, 2000: 23). Secara sederhana, bank adalah suatu wadah untuk menyimpan dan meminjam uang, karenanya disebut pula dengan pasar uang. Di tempat yang dinamakan dengan "bank" disinilah uang disimpan dan dipinjamkan. Hal ini sejalan dengan kegiatan pokok usaha bank, yaitu melakukan usaha simpan pinjam uang. Terminologi "bank" berasal dari bahasa Italia banca yang berarti bence, yaitu suatu bangku tempat duduk, atau uang. Hal ini disebabkan pada zaman pertengahan, pihak banker Italia yang memberikan pinjaman-pinjaman melakukan usahanya tersebut dengan duduk dibangku-bangku halaman pasar. (A. Abdurrahman, 1993: 80 dan Wikipedia Bahasa Indonesia, 2008:1). Dalam perkembangannya, istilah bank dimaksudkan sebagai suatu jenis pranata finansial yang melaksanakan jasa-jasa keuangan yang cukup beranekaragam, seperti pinjaman, memberi pinjaman, mengedarkan mata uang, mengadakan pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan untuk benda-benda berharga, membiayai usaha-usaha perusahaan. (A. Abdurrahman, 1993: 80). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata "bank" diberikan pengertian sebagai berikut:
“Bank adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa dilalulintas pembayaran dan peredaran uang”. (1988: 78)
Sebenarnya pengertian "bank" dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia tersebut berasal dari pengertian bank yang dirumuskan dalam Pasal 1 huruf a Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan, yaitu: “Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalulintas pembayaran dan peredaran uang” Pengertian “lembaga keuangan” dirumuskan dalam kefentuan Pasal 1 huruf b Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967, yaitu: “Lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatan dibidang keuangan menarik uang dari dan menyalurkan ke dalam masyarakat”. Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dirumuskan kembali pengertian “bank” itu sebagai berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Sementara itu, ketentuan dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 merumuskan kembali pengertian “bank” itu sebagai berikut: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangkameningkatkan taraf hidup Dari pengertian diatas, jelas bahwa bank berfungsi sebagai financial intermediary dengan usaha utama menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat serta memberikan jasa-jasa lainnya yang lazim dilakukan bank dalam lalu lintas pembayaran. Kedua fungsi itu tidak bias dipisahkan. (Djoni S. Gazali dan Rachmadi Usman, 2010 ; 136) Sebagai bagian dari lembaga keuangan, bank memiliki fungsi intermediasi yang menjembatani kepentingan pihak yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Berdasarkan fungsinya ini, bank disebut sebagai lembaga intermediasi atau lembaga perantara. Sebagai lembaga perantara pihak-pihak yang kelebihan dana, baik perorangan, badan usaha, yayasan, maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya dibank dalam bentuk rekening giro, tabungan, ataupun deposito berjangka sesuai dengan kebutuhan atau preferensinya. Sementara itu, pihak-pihak yang kekurangan dan membutuhkan dana akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit tersebut dapat berupa kredit investasi, kredit modal kerja, maupun kredit Fungsi Perbankan
Di Indonesia lembaga keuangan bank memiliki misi dan fungsi
yang khusus. Jadi, perbankan Indonesia selain memiliki fungsi yang lazim seperti apa yang telah diuraikan di atas, juga memiliki fungsi yang diarahkan sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan guna mendukung pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf Fungsi tersebut sebagai penjabaran dari pasal 4 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu:
“Perbankan Indonesia bertujuan menunjang
pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”.
Dengan demikian, pemerintah dapat menugaskan
dunia perbankan untuk melaksanakan program yang ditujukan guna mengembangkan sektor-sector perekonomian tertentu atau memberikan perhatian lebih besar pada korporasi dan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Eksistensi Perbankan Dalam sistem Keuangan
Sistem keuangan pada dasarnya adalah tatanan
dalam perekonomian suatu Negara yang memiliki peran terutama dalam menyediakan fasilitas jasa- jasa di bidang keuangan oleh lembaga-lembaga keuangan dan lembaga-lembaga penunjang lainnya.
Sistem keuangan Indonesia pada prinsipnya
dapat dibedakan dalam dua jenis, yaitu sistem perbankan dan sistem lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan yang masuk dalam system perbankan, yaitu lembaga keuangan yang berdasarkan peraturan-perundangan dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dan dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Karena lembaga keuangan ini dapat menerima simpanan dari masyarakat, maka juga disebut depository financial institutions, yang terdiri atas Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan lembaga keuangan bukan bank adalah lembaga keuangan selain dari bank yang dalam kegiatan usahanya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Lembaga keuangan bukan bank disebut non depository financial institutions. (Dahlan Siamat, 2000 ; 21) Sistem keuangan dapat didefinisikan secara berbeda tergantung kepada apa yang hendak ditekankan. Bila kita ingin melihatnya dari sudut moneter, sistem keuangan didefinisikan sebagai suatu sistem yang terdiri atas sistem moneter dan di luar sistem moneter. Sistem moneter terdiri atas otoritas moneter, yang mempunyai kemampuan untuk menciptakan uang primer, dan Bank-bank pencipta uang giral, sedangkan lembaga- lembaga keuangan lainnya termasuk dalam kelompok diluar sistem moneter. Penjelasan yang lain memberikan penekanan pada pembedaan lembaga keuangan menjadi dua, yaitu: pertama, lembaga keuangan bank (bank financial intermediary) dan kedua, lembaga keuangan bukan bank (non bank financial intermediary). Lembaga-lembaga keuangan bank merupakan bagian dari sistem moneter, sedangkan lembaga-lembaga keuangan lainnya berada di Pendapat lainnya memberikan cakupan pada sistem keuangan yang lebih luas dan jelas, karena mendefinisikan sistem keuangan sebagai suatu sistem yang terdiri atas: Lembaga-lembaga keuangan yang merupakan lembaga-lembaga intermediasi yang menghubungkan unit yang surplus dan unit yang deficit dalam suatu ekonomi; Instrument-instrument keuangan yang dikeluarkan oleh lembaga- lembaga tersebut; dan pasar tempat instrumen-instrument tersebut diperdagangkan. (Achwan, Harry Tjahjono dan Totok Subjakto, 1993 ; 1-3)