TUJUAN HUKUM DAN FUNGSI HUKUM Inisiasi Tuton Ke-1 PIH/PTHI Program Studi Hukum Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Penulis: Dr. Uu Nurul Huda, S.H.,M.H.
E-mail : uunurulhuda@gmail.com Penelaah : Megafury Apriandhini, S.H.,M.H. E-mail :megafury@ecampus.ut.ac.id • Istilah Pengantar Ilmu Hukum (PIH) berasal dari istilah Einfüchrung in die Rechtswissenschaft. PIH berasal dari kata Inleiding, artinya memperkenalkan. PIH adalah mata kuliah pengantar yang memperkenalkan pengetahuan hukum yang menjadi akar dari ilmu hukum. • Menurut Achmad Sanusi, PIH berfungsi sebagai Basic Leervak atau mata kuliah dasar sebagai pendukung mata kuliah lainnya. PIH membahas pengertian hukum secara keseluruhan dan garis besar saja, juga kedudukan ilmu hukum di samping ilmu-ilmu lainnya, serta tentang dasar, asas dan penggolongan cabang Ilmu Hukum. PIH sebagai landasan utama atau dasar untuk mengenal ilmu hukum, misalnya dengan Pengantar Hukum Indonesia (PHI). • Ditinjau dari segi disiplin hukum, PIH merupakan salah satu bagian dari disiplin hukum bersama dengan filsafat hukum dan politik hukum. • Ruang lingkup PIH itu sangat luas. Ilmu hukum itu sendiri biasa dikenal dengan sebutan Jurisprudence. Kata ini berasal dari juris yang artinya hukum dan prudentia yg artinya kebijaksanaan atau pengetahuan. • Ilmu hukum, menurut Cross, segala pengetahuan hukum yang mempelajari hukum dalam segala bentuk dan manifestasinya. Curzon, Ilmu Hukum adalah suatu ilmu pengetahuan yang mencakup dan membicarakan segala hal yang berhubungan dengan hukum. Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, ilmu hukum adalah ilmu tentang kaidah atau “normwissenschaft” yaitu ilmu yang menelaah hukum sebagai kaidah atau sistem kaidah-kaidah dengan dogmatik hukum dan sistematik hukum. • Dengan demikian, PIH adalah landasan atau dasar untuk mengantarkan pengetahuan tentang ilmu hukum secara keseluruhan dalam garis besar yang meliputi pengertian-pengertian dasar, asas-asas hukum, konsep- konsep, generalisasi-generalisasi, teori hukum umum, kedudukan ilmu hukum serta cabang-cabang dari ilmu hukum itu sendiri. • Beberapa ahli hukum berpendapat, bahwa hukum adalah sebagai suatu ilmu, sedangkan sebagian sarjana yang lain mengatakan hukum itu bukan termasuk ilmu. Ilmu Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari bahasa Latin yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atau Scire (mengetahui). • Ilmu Pengetahuan menurut Soerjono Soekanto adalah Pengetahuan (knowledge) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan di mana selalu dapat diperiksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap orang lain yang mengetahuinya. • Syarat agar sesuatu disebut sebagai ilmu harus memenuhi syarat-syarat sebagai ilmu yaitu, harus mempunyai objek, harus mempunyai tujuan, harus mempunyai metode, harus sistematis, bersifat universal dan berlaku umum. Berdasarkan syarat tersebut, hukum telah memenuhi syarat sebagai suatu ilmu. • Untuk mengetahui apakah hukum adalah ilmu, dapat juga dilihat dari kualifikasi ilmu hukum, yaitu seperangkat aturan yang bersifat abstrak, atau sebagai institusi sosial yang secara nyata ada di masyarakat. Ilmu Hukum termasuk ilmu normatif atau ilmu sosial (ilmu empiris). Dengan demikian, hukum dipandang sebagai ilmu, baik dari sudut pandangan positivistik maupun sudut pandangan normatif. • Roscoe Pound berpendapat bahwa ilmu hukum sebagai science of law yang berkaitan dengan penafsiran dan penerapan hukum. Menurut Philipus M. Hadjon, Ilmu Hukum diterima sebagai ilmu dengan tetap menghormati karakter ilmu hukum yang merupakan kepribadian Ilmu Hukum. Dari sudut pandang karakteristik dan kepribadian, Ilmu Hukum dipandang sebagai suatu ilmu memiliki karakter yang khas (sui generis). • Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “masyaraka” yang berarti saling bergaul. Masyarakat berasal dari bahasa inggris yaitu "society" yang berarti "masyarakat", yang berasal dari bahasa latin yaitu "societas" yang berarti "kawan”. Kata masyarakat dalam bahasa Inggris, kata masyarakat diterjemahkan menjadi dua pengertian, yaitu society dan community. • Masyarakat terbentuk salah satunya karena adanya interaksi sosial yang didorong oleh faktor- faktor seperti imitasi, identifikasi, sugesti, motivasi, simpati, dan empati. Pengertian masyarakat menurut definisi Abdul Syani mengatakan bahwa pengertian masyarakat adalah berkumpul, bersama, hidup bersama dengan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Pengertian masyarakat menurut Selo Sumardjan yang mengatakan bahwa pengertian masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. • Masyarakat dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal, yaitu Ubi societas ibi ius (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Hukum tidak dibuat melainkan tumbuh dan berkembang bersama sama dengan masyarakat. Pandangannya bertitik tolak bahwa di dunia ini terdapat banyak bangsa dan tiap-tiap bangsa memiliki ”Volgeist” jiwa rakyat. • Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Hukum tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Karena hukum itu membutuhkan masyarakat dan masyarakat membutuhkan hukum. • Terdapat teori tujuan hukum, antara lain teori etis, utilitas, campuran, dan teori terakhir. Tokoh dari teori etis adalah Aristoteles dan Francois Genny. Dalam teori etis terdapat dua macam keadilan, yaitu keadilan distributif dan keadilan komutatif. Sedangkan, Tokoh dari teori etis adalah Jeremy Bentham. Dalam teori utilitas (utilitarisme), hukum bertujuan untuk mewujudkan apa yang berfaedah atau yang sesuai dengan daya guna (efektif). • Dari teori ini lahir adagium “the greatest happiness for the greatest number” yang artinya kebahagiaan yang terbesar untuk jumlah yang terbanyak. Kelemahan pada teori etis dan teori utilitas, yaitu berat sebelah. Apabila mengagungkan keadilan, maka teori etis mengabaikan kepastian hukum. Apabila terabaikan, ketertiban akan terganggu karena dengan terciptanya ketertiban, maka keadilan dapat terwujud dengan baik. Lalu, apabila mengagungkan kepastian hukum, maka teori utilitas mengabaikan keadilan, padahal hukum itu dapat berfaedah apabila keadilan ditegakkan. • Selanjutnya, Menurut Lili Rasjidi tujuan hukum itu ada dua, tujuan tradisional dan tujuan modern. Tujuan tradisional hukum adalah ketertiban dan keadilan. Sedangkan tujuan modern hukum adalah sarana pembaharuan masyarakat. • Pada umumnya yang dimaksud dengan fungsi adalah tugas, hukum berperan sedemikian rupa sehingga segala sesuatu berjalan dengan tertib dan teratur sebab hukum menentukan dengan tegas hak dan kewajiban mereka masing-masing. • Demi tercapainya tujuan hukum, perlu dipilih sarana yang paling tepat yang berfungsi untuk mengantar hukum ke tujuan yang diprioritaskan. Hukum diharapkan berfungsi aktif untuk merombak atau mengubah tatanan masyarakat menuju suatu perubahan yang direncanakan. • Hukum akan memiliki kerja yang baik apabila dua fungsi hukum betul-betul membumi dalam kehidupan masyarakat seperti: 1. Fungsinya yang pasif yang hanya untuk menjaga status quo. Fungsi ini disebut “sarana social control”. 2. Fungsinya yang aktif yang merombak tatanan yang telah ada menuju suatu keadaan yang dicita-citakan. Fungsi ini dikenal sebagai “law as a tool of social engineering”. • Hukum dalam kehidupan masyarakat mempunyai panca fungsi menurut Sjachran Basah, sebagai upaya penegakan hukum yang merupakan condition sine quanom atau syarat mutlak untuk fungsi hukum itu sendiri, antara lain: 1. Direktif, sebagai pengarah dalam membangun guna membentuk masyarakat yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara; 2. Integratif, sebagai pembina kesatuan bangsa; 3. Stabilitatif, sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-hasil pembangunan) dan penjagaan keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat; 4. Perfektif, sebagai penyempurnaan terhadap tindakan-tindakan administrasi negara, maupun sikap tindakan warga negara dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat; 5. Korektif, baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam mendapatkan keadilan. • Tujuan hukum tidak hanya dibicarakan dalam filsafat hukum, melainkan juga dalam teori hukum (pengantar ilmu hukum). Terdapat tiga jenis aliran konvensional (klasik) tentang tujuan hukum, yaitu aliran etis, aliran utilitas, dan aliran normatif-dogmatik menurut Aristoteles. • Gustav Radbruch mengemukakan tiga nilai dasar (grundwerten) tujuan hukum yang disebut “asas prioritas”, teori ini menyebutkan bahwa tujuan hukum “pertama-tama wajib memprioritaskan keadilan, disusul kemanfaatan, dan terakhir untuk kepastian hukum”. Tiga nilai dasar tersebut antara lain, keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zweckmaerten), dan kepastian hukum (rechtssicherkeit). Tiga nilai dasar tersebut meninjau dari segi sosiologis. Berkembangnya teori tujuan hukum pada akhir abad ke-20, sebagian sarjana hukum menganut “asas prioritas yang kasuistis” tetapi tetap setuju dengan “asas prioritas” Gustav Radbruch. • Teori campuran dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja, bahwa tujuan pokok dan pertama dari hukum, adalah ketertiban. Tujuan hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya menurut masyarakat dan zamannya. • Sedangkan menurut Purnadi dan Soerjono Soekanto, tujuan hukum adalah kedamaian hidup antar pribadi yang meliputi ketertiban antar pribadi dan ketenangan intern pribadi. • Dalam konsep The Rule of Law pada negara hukum, Tiga nilai dasar tujuan hukum yakni keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zweckmaerten), dan kepastian hukum (rechtssicherkeit), sering menimbulkan benturan atau pertentangan dalam perwujudannya atau kenyataannya. • Terdapat dua pendekatan yang perlu dilakukan dalam upaya mencapai tujuan hukum dalam buku Marwan Mas, yaitu pendekatan keilmuan dan pendekatan empiris. • Sedangkan, terdapat suatu pendekatan lagi yang memberi keseimbangan dan keserasian dalam mencapai tujuan hukum, antara lain: (1) Kebebasan dan ketertiban; (2) Kepentingan pribadi dan kepentingan antar pribadi; (3) Kesebandingan hukum dan kepastian hukum; (4) Kebendaan dan keakhlakan; dan (5) Kelestarian dan kebaruan • Menurut Van Apeldoorn, tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai, artinya hukum menghendaki perdamaian. • Menurut Roscoe Pound, hukum bertujuan untuk merekayasa masyarakat artinya hukum sebagai alat perubahan sosial (as a tool of social engeneering). • Utrecht mengemukakan bahwa tujuan hukum yaitu untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam pergaulan. • Achmad Ali berpendapat bahwa persoalan tujuan hukum dapat dikaji melalui tiga sudut pandang: (1) Dari sudut pandang ilmu hukum positif normatif atau yuridis dogmatik, tujuan hukum dititikberatkan pada segi kepastian hukumnya; (2) Dari sudut pandang filsafat hukum, tujuan hukum dititikberatkan pada segi keadilan; (3) Dari sudut pandang sosiologi hukum, tujuan hukum dititikberatkan pada segi kemanfaatannya. • Aliran utilis berharap kemanfaatan, aliran legalistik mewujudkan kepastian hukum, sementara aliran Islam terwujudnya keadilan untuk keseimbangan dunia dan akhirat. • Teori Gustav Radbruch (yang tersohor bagi pendekar hukum), tujuan hukum adalah keadilan, kepastian, dan kemanfaatan. Apabila ketiganya dapat berbalut menjadi satu, penegakan hukum pasti seindah pelangi. SEKIAN DAN TERIMA KASIH