Anda di halaman 1dari 15

LogoType

ASPEK LEGAL KEPER


AWATAN
Konsep Asuhan Keperawatan
Masalah Harga Diri Rendah Situasional
Kasus
Identitas
1

2 Pengkajian

3 Penanggulangan Resiko

4 Aspek Legal Berdasarkan Kasus


Kasus
Ny. F seorang wanita lajang dengan suku Sunda yang merupaka
n mahasiswa di salah satu fakultas negeri di Serang.
Ny. F berusia 27 tahun tepatnya lahir 21 Januari 1993 ini datang
pada kamis, 11 Februari 2020, dengan mengeluhkan bahwa
dirinya selalu mengeluhkan bahwa dirinya selalu merasa bersala
h menilai dirinya negative, menolak pendapat positive tentang
dirinya dari orang lain dan juga sulit berkonsentrasi.
Beberapa waktu terakhir ini klien menolak beberapa interaksi
dengan orang lain, selalu berbicara pelan dan lirih, kurang
bergairah, dan sulit saat membuat beberapa keputusan.
Identitas
1. Nama Klien : Ny.F
2. Usia : 21 Januari 1993 (27 tahun)
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Pekerjaan : Mahasiswa
5. Suku : Sunda
6. Dx. Medis :-
7. Tanggal Masuk RS : 11 Februari 2020
8. Tanggal Pengkajian : 11 Februari 2020
Pengkajian

Riwayat Penyakit Tanda dan Gejala


01 a. Keluhan Utama : Klien mengeluhkan
dirinya selalu merasa bersalah menilai
02 a.
1)
Data Subjektif*
Klien selalu merasa bersalah*
dirinya negative, menolak pendapat 2) Klien menilai dirinya negative*
positive tentang dirinya dari orang lain 3) Klien menolak pendapat positive
tentang dirinya*
dan juga sulit berkonsentrasi 4) Klien mengeluh sulit berkonsentrasi*

b. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien b. Data Objektif


mengatakan beberapa waktu terakhir 5) Klien terlihat berbicara pelan dan lirih
ini menolak beberapa interaksi 6) Klien tampak kurang bergairah
dengan
orang lain, selalu berbicara pelan dan
lirih, kurang bergairan, dan sulit saat
membuat beberapa keputusan.

c. Riwayat Penyakit Dahulu : -


No. Data Masalah Etiologi
Keperawatan

1. Ds : Harga Diri Rendah Perubahan citra


1. Klien selalu merasa bersalah* Situasional pada tubuh
2. Klien menilai dirinya negative*
3. Klien menolak pendapat positive tentang
dirinya*
4. Klien mengeluh sulit berkonsentrasi*

Do :
5. Klien terlihat berbicara pelan dan lirih
6. Klien tampak kurang bergairah
NO Masalah Keperawatan Tujuan Intervensi
.

1. Harga Diri membaik Tindakan Observasi:


Harga Diri Rendah Situasional
Kriteria hasil : 1. Lakukan pemonitoran verbalisasi yang merendahkan
b.d Perubahan citra pada tubuh. 1. Penilaian diri membaik diri sendiri
2. Perasaan memiliki kemampuan 2. Lakukan pemonitoran tingkat harga diri setiap waktu,
positif terhadap diri sendiri sesuai kebutuhan
membaik
3. Konsentrasi meningkat Tindakan Terapeutik :
4. Perasaan bersalah menurun 1. Motivasi terlibat dalam verbalisasi positif untuk diri
5. Gairah aktivitas meningkat sendiri
2. Motivasi menerima tantangan atau hal baru
3. Diskusikan pernyataan tentang harga diri
4. Diskusikan kepercayaan terhadap penilaian diri
5. Diskusikan pengalaman yang meningkatkan harga diri
6. Diskusikan persepsi negative diri
7. Diskusikan alasan mengkritik diri atau rasa bersalah
8. Diskusikan penetapan tujuan realistis untuk mencapai
harga diri yang lebih tinggi
9. Diskusikan bersama keluarga untuk menetapkan
harapan dan batasan yang jelas
10. Berikan umpan balik positif atas peningkatan capaian
tujuan
11. Fasilitasi lingkungan dan aktivitas yang meningkatkan
harga diri
N Masalah Keperawatan Tujuan Intervensi
O.
Tindakan Edukasi :
1. Jelaskan kepada keluarga pentingnya dukungan
dalam perkembangan konsep positif diri pasien
2. Anjurkan mempertahankna kontak mata saat
berkomunikasi dengan orang lain
3. Anjurkan membuka diri terhadap kritik negative
4. Anjurkan mengevaluasi perilaku
5. Latih peningkatan tanggung jawab untuk diri
sendiri
6. Latih pernyataan/kemampuan positif diri
7. Latih cara berfikir dan berperilaku positif
8. Latih meningkatkan kepercayaan pada
kemampuan dalam menangani situasi
PENANGGULANAN RESIKO
Manajemen risiko merupakan perilaku da intervensi proaktif untuk mengurangi
kemungkinan cedera serta kehilangan. Dalam perawatan kesehatan manajemen risiko
bertujuan untuk mencegah cedera pada pasien dan menghindari tindakan yang
merugikan profesi keperawatan yang bermutu tinggi dan sistem pelaksanaan yang
aman, merupakan kunci bagi manajemen risiko yang efektif dalam keperawatan
kedaruratan. Mayoritas cedera pada pasien dapat ditelusuri sampai kepada ketidak-
sempurnaan sistem yang dapat menjadi penyebab primer cedera atau yang membuat
perawat melakukan kesalahan sehingga terjadi cederapada pasien. Begitu terjadi
cedera manajemen resiko harus menfokuskan perhatiannya pada upaya mengurangi
akibat cedera tersebut untuk memperkecil kemungkian diambilnya tindakan hukum
terhadap petugas.
Berikut ini berbagai risiko yang dihadapi di ruangan Tujuan dari manajemen risiko :
perawatan; 1) Melakukan pengkajian dan mencari
1) Tidak dipasangnya side rail pemecahan masalah terhadap masalh
2) Bel pasien tidak berfungsi potensial sebelum masalah tersebut
3) Bel pintu masuk berbunyi tidak ada yang benar-benar terjadi.
peduli 2) Mengidentifikasi berbagai variabel
4) Selang waktu antara panggilan/bel pasien kualitas asuhan yang membahayakan.
dengan datangnya perawat lama 3) Mengkoreksi atau meminimalkan untuk
5) Tabung oksigen kosong mencegah terjadinya masalah.
6) Kunjungan di luar waktu berkunjung yang
telah ditentukan
7) Brankar tidak memiliki tabung O2
8) Pemberian obat tidak menerapkan prinsip
pemberian obat yang banar
9) Kurang perhatian terhadap laporan
penunggu pasien atau tenaga penunjang
10)Pemberian transfusi
Prinsip manajemen resiko dan pendokumentasiannya
1) Mengetahui dan mengikuti kebijakan setempat tentang tata cara pendokumentasian, baik pendokumentasian pada
kejadian biasa (rutinitas) ataupun kejadian yang luar biasa (KLB). Perawat sebaiknya menggunaan format yang baku
untuk pengisiannya. Tiap rumah sakit mempunyai format baku dan cara pengisian yang berbeda, walaupun item
dalam tiap format relatif sama.
2) Dokumentasikan seluruh data dasar secara lengkap dan komprehensif. Dokumentasi ini merupakan dasar untuk
memberikan pelayanan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Data dasar ini meliputi
pengkajian, pemeriksaan fisik, psikologis dan spiritual serta data lain yang terkait.
3) Dokumentasikan semua faktor resiko dan data lain yang dapat mengakibatkan keterbatasan fisik tertentu, seperti;
alat bantu berjalan, protesa, kruk dll.
4) Dokumentasikan semua tindak lanjut secara akurat, lengkap, dalam waktu yang pasti dan cara yang setepat
mungkin. Ini merupakan cara yang baik untuk menunjukkan bahwa masalah telah diidentifikasi dan pemecahan
masalah telah dilakukan.
5) Deskripsi perilaku pasien secar objektif, terutama jika perilakunya menyimpang, obstrutif dan destruktif. Sebagai
contoh; pasien menolak untuk menebus setiap resep dokter yang diberikan atau perilaku mengunci diri di kamar
mandi selama waktu pemberian obat.
6) Jangan gunakan isi dokumen sebagai bahan pergunjingan atau bahan pertikaian. Ingatlah bahwa dokumentasi
tersebut adalah catatan perawatan dan perkembangan status kesehatan pasien dan bukan bahan komentar staf.
7) Tulislah catatan tersebut dengan rapi, jelas dan gunakanlah tatabahasa yang benar. Biasanya pernyataan yang
panjang atau luas akan sulit dibaca atau dimengerti oleh orang lain, bahkan tidak berguna. Tulislah yang tidak dapat
dapat dibaca karena ejaan tidak jelas disebut sebagai data yang tidak realibel dan validitasnya akan dapat
dipertanyakan karena besarnya kemungkinan terjadinya kesalahan.
Langkah proses manajemen risiko

1) Menetukan tujuan yang ingin dicapai. Agar program penanggulangan


2) Mengidentifikasi risiko-risiko yang dihadapi risiko berjalan efektif
yang akan menimbulkan terjadinya kerugian.  Telaah secara berkala, apakah ada
perubahan, dampak terhadap
3) Menentukan besarnya risiko atau kerugian,
kerugian dan upaya
4) Frekuensi kejadian penggulangannya yang menyangkut
biaya program keselamatan,
5) Besarnya akibat kerugian tersebut terhadap
pencegahan kerugian dan sebagainya
keuangan (kegawatannya)  Dokumentasi kerugian harus diperiksa
untuk mengetahui perkembangan.
6) Kemampuan meramalkan besarnya kerugian
yang akan timbul.
7) Mencari cara penanggulangan yang paling baik,
tepat dan ekonomis.
8) Mengkoordinir dan melaksanakan keputusan
untuk penanggulangan.
9) Mencatat, memonitor dan mengevaluasi
langkah-langkah yang ditempuh.
ASPEK LEGAL BERDASARKAN KASUS

Beberapa aturan pencatatan yang perlu diikuti agar 4. Memperhatikan fakta-fakta secara tepat dan
dokumentasi keperawatan yang dibuat sesuai dengan akurat mengenai penerapan proses keperawatan.
standar hukum diantaranya : Data tersebut mencakup anamnesis kesehatan,
1. Dokumentasi keperawatan yang dibuat memenuhi pengkajian data, diagnosis keperawatan,
dan memahami dasar hukum terhadap kemungkinan menentukan tujuan dan kriteria hasil, membuat
tuntutan malpraktek keperawatan. rencana tindakan keparawatan, melaksanakan
Berdasarkan kasus yang dibuat, proses tindakan keperawatan, mengevaluasi hasil
pendokumentasian berdasarkan hokum yang kuat yaitu tindakan keperawatan, membubuhkan tanda
proses penentuan diagnose berdasarkan buku SDKI tangan dan nama terang perawat yang
2. Catatan keperawatan memberikan informasi kondisi melaksanakan, membuat catatan keperawatan,
pasien secara tepat meliputi proses keperawatan yang membuat resume keperawatan serta catatan
diberikan, evaluasi berkala dan mencerminkan pulang atau meninggal dunia.
kewaspadaan terhadap perburukan keadaan klien. Seperti kasus diatas sudah dilakukan pengkajian
Catatan keperawatan juga berdasarkan keluhan yang data, diagnosis keperawatan, menentukan tujuan
dirasakan pasien dan juga yang kita amati, semua itu kriteria hasil, serta membuat rencana tindakan
tetap disamakan dengan data subjektif dan objektif keperawatan.
pada buku SDKI
3. Memiliki catatan singkat komunikasi perawat dengan 5. Selalu memperhatikan situasi perawatan pasien
dokter dan intervensi perawatan yang telah dilakukan. dan mencatat secara rinci masalah kesehatan
Data-data diatas juga didapatkan dari komunikasi pasien terutama pada pasien yang memiliki
antara perawat dan pasien dan catatan juga masalah yang kompleks atau penyakit yang
disesuaikan dengan buku SIKI serius.
Kesimpulan
Manajemen risiko merupakan perilaku da intervensi proaktif untuk
mengurangi kemungkinan cedera serta kehilangan. Dalam perawatan
kesehatan manajemen risiko bertujuan untuk mencegah cedera pada
pasien dan menghindari tindakan yang merugikan profesi keperawatan
yang bermutu tinggi dan sistem pelaksanaan yang aman, merupakan
kunci bagi manajemen risiko yang efektif dalam keperawatan
kedaruratan. Kasus yang dibuat diatas mengikuti dengan aspek legal
yang ada, seperti memenuhi standar hokum yang ada, catatan-catatan
yang dituliskan juga berdasarakan informasi yang didapatkan dari
komunikasi klien dengan perawat maupun dokter, menggunakan
dasar-dasar yang jelas seperti buku – buku yang digunakan,
menggunakan proses keperawatan yang sesuai dalam proses
pendokumentasian, dan melakukan pengawasan yang intensif kepada
klien atau pasien.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai