Anda di halaman 1dari 22

KELOMPOK 4

Dosen Pembimbing : Siti Nadroh ,


M.Ag
ASPEK HUKUM ISLAM
Kelom
pok 4

Farizal
Zamzami
Kusnadi

Nugroho Harini
Aji Nastiti
Saputra Hajri

Annisa
Ananda
Ranie
Pengertian Fiqih, Ushul Fiqih, dan
Kaidah Fiqhiyah

Persamaan dan Perbedaan Fiqih


dengan Syariah

Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan


ASPEK HUKUM
ISLAM
Pandangan serta Karya-Karya
Ulama terhadap Fiqih

Ruang Lingkup Kajian Fiqih

Menyikapi Perbedaan Pendapat


dalam Fiqih dan
Manfaatnya Bagi Kehidupan
Pengertian Fiqih, Ushul Fiqih, dan
Kaidah Fiqhiyah

Ushul Fiqih
Usul fiqih adalah ilmu yang membahas dalil-dalil fikih secara global dan
mengupas metode dalam menarik hukum dari dalil-dalil tersebut, serta
kondisi orang yang menarik hukum tersebut.
Dilihat dari sisi dalil maupun asasnya, ushul fikih berasal dari beberapa
sumber diantaranya :
•Alquran dan sunah
•Riwayat dari sahabat dan tabiin
•Konsensus ulama salafussaleh
•Kaidah bahasa Arab dan keterangan penguat yang dinukil dari bangsa Arab
•Fitrah dan akal yang sehat
•Ijtihad ulama yang tidak bertentangan dengan ketentuan syariat
Pengertian Fiqih, Ushul Fiqih, dan
Kaidah Fiqhiyah

Fiqih
Fiqih secara bahasa memiliki arti paham, sedangkan secara
istilah fiqih berarti ilmu yang mempelajari hukum-hukum yang
disyariatkan Allah SWT yang berkesinambungan dengan lisan dan
perbuatan umat islam yang bersumber dari dalil-dalil al-qur’an,
as-sunnah, ijma’ (kesepakatan) dan ijtihad dari ulama muslim.
Adapun tujuan dari fiqih dalam islam ialah untuk mencegah
terjadinya kerusakan diantara kaum muslimin.
Pengertian Fiqih, Ushul Fiqih, dan
Kaidah Fiqhiyah

Kaidah Fiqhiyah
kaidah fiqhiyah berarti kumpulan hukum syara’ yang berkaitan dengan
perbuatan mukalaf, yang dikeluarkan dari dalil-dalil yang terperinci. Kaidah
fiqhiyah dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
• Lima kaidah dasar yang mempunyai skala cakupan menyeluruh, lima kaidah
ini memiliki ruang lingkup furi’iyyah yang sangat luas, komprehensif, dan
universal, sehingga hampir menyentuh semua elemen hukum fiqih.
• Kaidah-kaidah yang mempunyai cangkupan furu’ cukup banyak, tetapi tak
seluas yang pertama, kaidah ini biasa disebut sebagai al-qawa’id al-
aghlabiyah.
• Kaidah yang mempunyai cangkupan terbatas (al-qawa’id al-qaliliyah) bahkan
cenderung sangat sedikit.
Syariah dan fiqih merupakan dua hal yang sama-sama mengajarkan kita jalan yang lurus untuk tetap bertakwa kepada Allah SWT.

Persamaan dan Perbedaan Fiqih


dengan Syariah
FIQIH SYARIAH
Berasal dari al-qur’an dan as- Bersumber dari manusia
sunnah
Bersifat fundamental Bersifat instrumental
Hukumnya bersifat qath’i Hukumnya zhanni (dapat
(tidak berubah) berubah)
Diturunkan langsung dari Allah Berasal dari ahli-ahli hukum
SWT sebagai hasil pemahaman
manusia yang dirumuskan oleh
mujtahid

PERSAMAAN
Syariah dan fiqih merupakan dua hal yang sama-sama mengajarkan kita
jalan yang lurus untuk tetap bertakwa kepada Allah SWT.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

Ilmu fiqih dengan berbagai ruang lingkup kajiannya bukanlah sesuatu


yang bersifat dogmatis melainkan sesuatu yang bersifat ijtihadiyah. Ilmu fiqih
ini merupakan hasil ijtihad yang memakan waktu yang cukup panjang. Hal ini
dapat ditelusuri dari sejarah perkembangan fiqih. Sejarah perkembangan fiqih
dapat dibagi ke dalam lima periode yaitu periode Nabi Muhammad SAW,
periode Khulafaur Rasyidin (sahabat), periode Umayyah dan Abbasiyah,
periode taqlid (penutupan pintu ijtihad), dan periode kebangkitan.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

1. Ilmu fiqih pada periode Nabi Muhammad SAW


Berdasarkan al-Qur’an Nabi Muhammad SAW menyelesaikan persoalan-
persoalan yang timbul dalam masyarakat Islam pada waktu itu. Namun ada
kalanya timbul persoalan hukum dalam masyarakat yang cara
penyelesaiannya belum terdapat di dalam Al-Qur’an. Dalam keadaan
demikian, maka Nabi Muhammad SAW menyelesaikannya dengan
menggunakan ijtihad atau pendapat yang dihasilkan dari pemikiran yang
mendalam.Apabila hasil ijtihad Nabi Muhammad SAW itu benar, maka tidak
lagi mendapat tentangan dengan turunnya ayat Al-Quran untuk
memperbaikinya. Namun apabila hasil ijtihadnya tidak benar, maka akan
turun ayat untuk menjelaskan hukum yang sebenarnya. Oleh karena itu,
ijtihad nabi dipandang mendapat lindungan dari Allah dan tidak akan salah
(al-ma’shum). Ijtihad yang dibuat nabi diturunkan kepada generasi-generasi
selanjutnya melalui sunnah yang selanjutnya disebut pula hadits. Dengan
demikian, sumber hukumyang terdapat pada periode Nabi Muhammad SAW
adalah Al-Qur‟an dan sunnah Nabi.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

1. Ilmu fiqih pada periode Khulafaur Rasyidin (sahabat)


Pada periode sahabat, persoalan hukum yang harus diselesaikan
semakin luas dan berkembang serta lebih sulit untuk diselesaikan.Hal ini
disebabkan karena pada periode ini daerah yang dikuasai Islam semakin
bertambah luas dan termasuk ke dalamnya daerah-daerah yang di luar
Semenanjung Arabia yang telah mempunyai kebudayaan yang tinggi dan
susunan masyarakat yang tidak sederhana dibandingkan dengan masyarakat
Arab saat itu. Dalam menyelesaikan persolan hukum yang demikian berat,
luas, dan baru itu para sahabat menggunakan Al-Qur‟an dan sunnah sebagai
rujukan utama. Namun  demikian, penggunaan Al-Qur‟an sebagai rujukan
utama dalam menyelesaikan persolan fiqih tidak mengalami masalah yang
berarti karena Al-Qur‟an telah dihafal oleh para sahabat dan telah dibukukan
pada zaman Abu Bakar ra. Akan tetapi berbeda halnya dengan masalah
sunnah. Penggunaan sunnah sebagai rujukan utama dalam menyelesaikan
masalah fiqih bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini disebabkan karena
sunnah tidak dihafal dan belum dibukukan pada waktu itu.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

Untuk menyelesaikan persoalan yang tidak dijumpai dalam


kedua sumber hukum ini,maka khalifah dan para sahabat mengadakan
ijtihad. Namun karena turunnya wahyu sudah berhenti dan para sahabat
tidak mengetahui apakah hasil ijtihadnya benar atau salah sehingga untuk
menguatkan hasil ijtihadnya itu maka dipakailah ijma’ atau konsensus
sahabat. Dalam hal ini, khalifah tidak memutuskan sendiri mengenai
ketentuan hukumnya tetapi terlebih dahulu bertanya kepada para sahabat.
Keputusan yang diambil dengan suara bulat (konsensus) dipandang lebih
kuat dari pada keputusan yang dibuat oleh satu atau beberapa orang saja.
dengan demikian, sumber hukum pada periode Khulafaur Rasyidin (sahabat)
menjadi tiga yaitu Al-Qur‟an, Sunnah, dan ijma’ sahabat.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

3. Ilmu Fiqih pada periode Umayyah dan Abbasiyah


Masalah hukum yang dihadapi umat makin beragam pula. Untuk
mengatasi keadaan ini, para ulama semakin meningkatkan ijtihadnya dengan
berdasarkan pada Al-Qur‟an, Sunnah Nabi, dan ijma’  Sahabat. Pada periode
inilah lahir para ahli hukum (mujtahid) yang selanjutnya dikenal sebagai
imam atau faqih dalam Islam.Dan empat mazhab yang dikenal saat ini yaitu
mazhab Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Hanbali juga lahir pada periode ijtihad ini
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

3. Ilmu fiqih pada periode taqlid atau penutupan pintu ijtihad


Periode ini dapat pula disebut periode kemunduran dalam sejarah
kebudayaan Islam, yang dimulai sejak abad keempat hijriah (kesebelas
masehi). Pada masa ini, mazhab yang empat telah memiliki kedudukan yang
stabil dalam masyarakat dan perhatian bukan lagi ditujukan kepada Al-
Qur‟an, As-Sunah, dan sumber-sumber hukum Islam tersebut, melainkan
pada buku-buku fiqih yang ditulis oleh para ulama fiqih. Ulama-ulama
mempertahankan mazhab imamnya masing-masing dan menganggap
mazhab imamnya yang terbenar dan yang lainnya kurang benar.Dengan
demikian perhatian dipusatkan pada usaha mempertahankan kebenaran
mazhab masing-masing. Dalam hubungan ini, Sobhi Mahmassani
mengemukakan sebagai berikut: Pada masa terakhir dari kekuasaan daulah
Abbasiyah, perkembangan ilmu fiqih mulai terhenti.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

Ulama-ulama pada waktu itu sudah merasa cukup dengan pengumpulan


karya-karyamazhabsajadanmereka membatasi diri dalam ijtihad hanya pada
soal-soal  furu’  belaka. Setelah jatuhnya Baghdad pada pertengahan abad
ketujuh hijriah (13M), ulama-ulama fiqih sepakat untuk menutup pintu
ijtihad hanya karena rasa kekhawatiran dengan adanya perselisihan
pendapat.Kemudian peradaban bangsa Arab mulai menurun dan berangsur-
angsur menderita kemundurannya sehingga akhirnya mengalami
kemunduran dalam segala bidang.Disusul pula dengan meluasnya taqlid yang
berakibat terhentinya ijtihad dalam ilmu fiqih.Ulama-ulama fiqih sudah
merasa cukup dengan ikhtisar kitab-kitab syariat, dengan syarah-syarahnya,
ataupun kitab fatwa saja. Pada masa itu, ulama-ulama sekaliber Abu Hanifah,
Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali sudah tidak terdapat lagi. Ijtihad
yang dijalankan oleh ulama-ulama yang belum mencapai derajat mujtahid
telah membawa kekacauan dalam bidang hukum di masyarakat.Dalam
suasana yang demikian, para ulama melihat perlunyamenutup pintu ijtihad..
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

4. Ilmu fiqih pada periode kebangkitan


Beberapa sejumlah ulama yang tidak menerima taqlid. Mereka bangkit
menyerukan kewajiban ijtihad kepada dunia Islam dan menyerukan
ajakannya untuk kembali kepada sumber-sumber syariat yang asli, yakni Al-
Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW. Ulama-ulama ini kemudian terkenal
dengan sebutan mazhab Salaf, sebagai para mujadid  yang mengadakan
pembaruan dari alam taqlid dan penyelewengan ke alam ijtihad dan keaslian.
Mereka itu antara lain Taqiyuddin ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim al-Jauziyah.
Selanjutnya pada abad ke-19 Hijriah, lahirlah Jamaluddin Al-Afghani dan
Muhammad Abduh yang menyerukan kepada dunia Islam untuk
meninggalkan taqlid.Gerakan membuka kembali pintu ijtihad dengan
merujuk langsung kepada Al-Qur‟an dan Sunnah ini dilakukan oleh dunia
Islam yang bersentuhan dengan peradaban modern seperti Turki, India,
Mesir, dan Indonesia. Tokoh pembaharu Islam dari Turki seperti Zia Gokalf
dan Sultan Mahmud II. Di India terdapat nama Ahmad Khan dan Sayyid
Ameer Ali. Di Mesir terdapat Muhammad Abduh danRasyid Ridha sedangkan
di Indonesia terdapat KH.Ahmad Dahlan dan Ahmad Syurkati.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

Tokoh-tokoh fiqih
1. Abu Hanifah al- Nu‟man
. Abu Hanifah dikenal sangat hati-hati dalam menggunakan sunnah sebagai
sumber hukum. Ia hanya memakai sunnah yang betul-betul diyakininya orisinal
dan bukan sunnah buatan. Oleh karena itu, ia dikenal sebagai penganut mazhab
ahl al-ra’yi (aliran rasionalis). Selain itu, Abu Hanifah juga berada di Kufah sehingga
tidak banyak menjumpai hadist.Sumber hukum yang digunakan Abu Hanifah
yaitu Al- Qur‟an, sunnah (secara selektif), al- Ra’yu, qiyas, istihsan, dan syar’u man
qablana (agama sebelum kita). Mazhab Hanafi resmi dipakai oleh daulah Turki
Ustmani, dan pada periode Abbasiyah banyak dianut di Irak. Sekarang mazhab ini
banyak terdapat di Turki, Suriah, Afghanistan, Turkistan, Bangladesh, Israel,
Jordania, Pakistan, Palestina,dan India. Suriah, Lebanon, dan Mesir juga
menggunakan mazhab ini secara resmi.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

Tokoh-tokoh fiqih
2. Malik Ibn Anas al-Asbahi
Malik Ibn Anas al-Asbahi sebagai pendiri mazhab Hanafi lahir pada tahun 713
H dan berasal dari Yaman.Ia tidak pernah meninggalkan kota ini, kecuali untuk
melaksanakan ibadah haji ke Mekkah. Ia meninggal dunia pada tahun 12/ 795M.
Paman beliau termasuk dalam golongan perawi hadits, dengan demikian tidak
mengherankan kalau Malik ibn Anas menjadi perawi hadits pula dan dalam
pemikiran hukumnya banyak dipengaruhi oleh sunnah. Ia pernah belajar pada
guru seperti Nafi‟, Mawla Abdullah Ibn Umar, Ibnu Syihab Al-Zuhri, dan Ibn
Hurmuz.Malik Ibn Anas menulis sebuah kitab terkenal “al-Muwatta”, yang
merupakan kitab hadits dan fiqih. Dalam kitab ini, hadits diatur di dalamnya sesuai
dengan bidang-bidang yang terdapat dalam buku fiqih. Dalam melahirkan produk
hukum, Malik banyak berpegang pada sunnah Nabi dan ijma’  Sahabat. Mazhab
 Maliki ini  banyak dianut di Hejaz, Maroko,  Tunis, Tripoli, Mesir 
Selatan, Sudan, Bahrain Aljazair, Gambia, Ghana, Libya, Nigeria, dan Kuwait.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

Tokoh-tokoh fiqih
3. Muhammad bin Idris al-Syafi’i
Imam Syafi‟i memiliki nama lengkap Muhammad ibn Idris al-Syafi‟i lahir di
Ghazza pada tahun 767 M dan berasal dari suku bangsa Quraisy. Ia pernah
belajar pada Sufyan Ibn Uyaynah dan Muslim Ibn Khalid di Mekkah, dan ketika
pindah ke Madinah, ia belajar pada Malik ibnAnas hingga Imam Maliki
inimeninggaldunia. Dalam menetapkan produk hukum, al-Syafi‟i berpegang pada
lima sumberyaitu Al-Qur‟an, sunnah Nabi, ijma’  atau konsensus, pendapat
sebagian sahabat yang tidak mengandung perselisihan di dalamnya, serta
qiyas. Mazhab Syafi‟i banyak dianut di Indonesia, Ethiopia, Kenya, Malaysia,
Singapura, Somalia, Srilanka, Tanzania, dan Yaman. Bahkan Brunei Darussalam
menjadikan mazhab Syafi‟i sebagai mazhab resmi negara.
Latar Belakang Lahirnya Fiqih dan Pandangan
serta Karya-Karya Ulama terhadap Fiqih

Tokoh-tokoh fiqih
4. Ahmad bin Hanbal
Ahmad Ibn Hanbal lahir di Baghdad pada tahun 780 M dan berasal dari
keturunan Arab. Pada mulanya ia belajar hadits dan banyak
mengadakan perjalanan, tetapi kemudian dia belajar hukum juga. Diantara guru-
gurunya terdapat Abu Yusuf dan al-Syafi’i. Kemudian ia sendiri menjadi guru dan
mulai termasyhur namanya. Dalam pemikiran hukumnya, Ahmad Ibn Hambal
banyak menggunakan lima sumber yaitu Al-Qur‟an, sunnah, pendapat sahabat
yang diketahui tidak mendapat tentangan dari sahabat lain, pendapat seorang
atau beberapa sahabat dengan syarat sesuai dengan Al-Qur‟an dan sunnah serta
qiyas. Penganut mazhab Ahmad Ibn Hambal ini terdapat di Irak, Mesir, Suriah,
Palestina, dan Arabia, Di Saudi Arabia dan Qatar, mazhab ini merupakan mazhab
resmi dari negara.
Ruang Lingkup Kajian Fiqih

Berdasarkan berbagai pemaparan diatas, terutama berbagai definisi


yang dipaparkan oleh para ulama ahli ushul fikih, dapat diketahui ruang
lingkup kajian (maudhu’) dari ushul fiqh secara global diantaranya :
1.      Sumber dan dalil hukum dengan berbagai permasalahannya.
2.      Bagaimana memanfaatkan sumber dan dalil hukum tersebut.
3.      Metode atau cara penggalian hukum dari sumber dan dalilnya.
4.      Syarat – syarat orang yang berwenang melakukan istinbat (mujtahid)
dengan berbagai permasalahannya
Menyikapi Perbedaan Pendapat dalam
Fiqih dan Manfaatnya Bagi Kehidupan

Menyikapi perbedaan pendapat memang sedikit sulit, karena banyak


di antara umat sering mementingkan egoism masing-masing dan
menganggap bahwa merekalah yang paling benar. Perbedaan pendapat
dapat disikapi sebagai berikut:
1. Ikhlas karena Allah dan harus terbebas dari hawa nafsu
2. Pentingnya meninggalkan fanatisme berlebihan terhadap individu
3. Selalu berprasangka baik kepada orang lain
4. Tidak menyakiti dan mencela
5. Menjauhi permusuhan yang sengit’
6. Dialog dengan cara yang baik

Anda mungkin juga menyukai