Anda di halaman 1dari 23

DOSEN : ROSDIANAH, S.ST., M.

KEB
MK : KEGAWAT DARURATAN

PERDARAHAN POST PARTUM

Kelompok IX :
Nurul (A1B119 022)
Jusnia (A1B119 191)
Liliana (A1B119 193)
Fitriani (A1B119 324 )

PROGRAM STUDI DIPLOMA EMPAT KEBIDANAN


FAKULTASKEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR
TAHUN 2019/202
Pengertian Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah
bayi lahir pervaginam. Menyebabkan perubahan tanda vital, antara lain pasien
mengeluh lemah, berkeringat dingin, menggigil, tekanan darah sistole < 90
mmHg, denyut nadi > 100x/menit, kadar Hb 8 g/Dl
Klasifikasi Perdarahan Postpartum

Perdarahan postpartum primer Perdarahan postpartum sekunder

perdarahan postpartum yang perdarahan postpartum yang


terjadi dalam 24 jam pertama terjadi setelah 24 jam pertama
kelahiran. Penyebab utama kelahiran. Perdarahan
perdarahan postpartum primer postpartum sekunder
adalah atonia uteri, sisa disebabkan oleh karena rest
plasenta, robekan jalan lahir dan plasenta (sisa plasenta) yang
inversio uteri. tertinggal dan oleh sebab
infeksi ataupun penyusutan
rahim yang tidak baik.
Faktor Resiko
Perdarahan Postpartum

Faktor risiko selama


kehamilan meliputi : faktor risiko saat
 Usia persalinan meliputi :
Faktor risiko sebelum  indeks massa tubuh
kehamilan meliputi :  riwayat perdarahan  plasenta previa
postpartum anterior
 Usia  kehamilan ganda  plasenta previa
 indeks massa tubuh  plasenta previa mayor
 riwayat perdarahan  Preeklampsia  peningkatan suhu
postpartum  penggunaan tubuh >37⁰
antibiotik.  Korioamnionitis
Gejala Klinis
Perdarahan Postpartum
Volume darah Tekanan darah Tanda   Derajat syok
yang hilang   (sistolik) dan gejala    

500-1000 mL Normal Tidak ditemukan -


(<15-20%)          
(<100
1000-1500 mL 80-100 mmHg Ringan
(20-25%)     kali/menit)    

      Berkeringat    
      Lemah    

1500-2000 mL 70-80 mmHg Takikardi (100- Sedang


(25-35%)     120 kali/menit)  
      Oliguria    
      Gelisah    

2000-3000 mL 50-70 mmHg Takikardi (>120 Berat


(35-50%)     kali/menit)    
 
Anuria  
         
Diagnosis
Perdarahan Postpartum

No Gejala dan tanda yang selalu ada Gejala dan tanda yang kadang- Diagnosis kemungkinan
kadang ada
1. - Uterus tidak berkontraksi dan lembek Syok Atonia Uteri
- Perdarahan segera setelah anak lahir
(perdarahan pascapersalinan primer
atau P3)
2. - Perdarahan segera (P3) - Pucat Robekan jalan lahir
- Darah segar yang mengalir segera - Lemah  
setelah bayi lahir (P3) - menggigil  
- Uterus berkontraksi baik  
- Plasenta lengkap  
 
 

4.
- Plasenta atau sebagian selaput tidak - Uterus berkontraksi tetapi Tertinggalnya sebagian plasenta
lengkap tinggi fundus tidak
- Perdarahan segera (P3) berkurang
Lanjutan...
5. - Uterus tidak teraba - Syok neurogenic Inversio Uteri
- Lumen vagina terisi massa - Pucat dan limbung
- Tampak tali pusat (jika plasenta
belum lahir)
- Perdarahan segera (P3)
- Nyeri sedikit atau berat

6. - Sub-involusi uterus - Anemia - Perdarahan terlambat


- Nyeri tekan perut bawah - Demam - Endometritis atau sisa
- Perdarahan lebih dari 24 jam plasenta (terinfeksi
setelah persalinan (perdarahan atau tidak)
sekunder atau P2S)
- Perdarahan bervariasi (ringan
atau berat, terus menerus atau
tidak teratur) dan berbau (jika
disertai infeksi)
 
7. - Perdarahan segera (P3) - Syok - Robekan dinding
(Perdarahan intraabdominal dan - Nyeri tekan perut uterus (rupture uteri)
atau vaginam) - Denyut nadi ibu cepat
- Nyeri perut berat
Penatalaksanaan
postpartum primer
A. Atonia Uteri
Atonia uteri adalah ketidakmampuan uterus khususnya
miometrium untuk berkontraksi setelah plasenta lahir

Faktor resiko

• Adanya Overdistensi uterus

• Kontraksi miometrium yang buruk dapat dihasilkan dari kelelahan


karena persalinan
Penatalaksanaan atonia uteri
Masase Uterus

Kompresi Bimanual Interna


Tidak kontraksi
dalam 5 menit

Kompresi Bimanual Eksterna

Tamponade uterus kompresi aorta


Laserasi Jalan Lahir
 Perdarahan dalam keadaan dimana plasenta telah lahir
lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa
perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.

TANDA DAN GEJALA

- Tanda dan Gejala yang selalu ada :


Pendarahan segera
Darah segar yang mengalir segera setelah bayi lahir
Uterus kontraksi baik
Plasenta baik

- Gejala dan tanda yang kadang-kadang ada :


Pucat
Lemah
Menggigil
1. Robekan Perineum

Laserasi dapat dikategorikan dalam :

Derajat I : laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu dijahit.
Derajat II : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan jaringan perineum (perlu dijahit).
Derajat III : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani.
Derajat IV : laserasi mengenai mukosa vagina, kulit, jaringan perineum dan spinkter ani yang
meluas hingga ke rektum.
Bila laserasi jalan lahir berada pada derajat III dan IV: Rujuk segera

Etiologi rupture perineum : kepala janin terlalu cepat lahir, persalinan tidak dipimpin
sebagaimana mestinya, jaringan parut pada perineum, distosia bahu.
PENJAHITAN
PENJAHITAN ROBEKAN
ROBEKAN PERINEUM
PERINEUM

Periksa vagina, servik dan perineum secara lengkap, pastikan bahwa laserasi hanya merupakan
derajat satu atau dua.
Cairan yang digunakan: Lidocain 1 %
Buat jahitan pertama kurang lebih 1 cm diatas ujung laserasi di mukosa vagina. Setelah itu buat
ikatan dan potong pendek benang. Sisakan benang kira-kira 1 cm.
Tutup mukosa vagina dengan jahitan jelujur, jahit ke bawah ke arah cincin himen
Tepat sebelum cincin himen, masukkan jarum ke dalam mukosa vagina lalu ke belakang cincin
himen sampai jarum ada di bawah laserasi kemudian ditarik keluar pada luka perineum
Gunakan teknik jelujur saat menjahit lapisan otot. Lihat kedalam luka untuk mengetahui letak
ototnya.
TEKNIK
TEKNIK
JELUJUR
JELUJUR
Setelah dijahit sampai ujung luka, putarlah jarum dan mulailah
menjahit kearah vagina dengan menggunakan jahitan
subkutikuler
Pindahkan jahitan dari bagian luka perineum kembali ke vagina
di belakang cincin himen untuk diikat dengan simpul mati dan
JAHITAN
JAHITAN dipotong benangnya
SUBTIKULER
SUBTIKULER Masukkan jari ke dalam rektum. Periksa ulang kembali luka
Cuci daerah genital dengan lembut kemudian keringkan. Bantu
ibu mencari posisi yang diinginkan
2. Robekan Serviks

Paling sering terjadi pada bagian lateral bawah kiri dan kanan
dari porsio. Siapkan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan
sekunder.

 Untuk penanganan oleh dokter biasanya dokter meminta


asisten memberikan tekanan pada fundus dengan lembut
untuk membantu  mendorong serviks jadi terlihat
 Kemudian menutup robekan serviks dengan jahitan jelujur
menggunakan benang catgut kromik
3. Rupture Uteri

ruptura uteri adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim


akibat dilampauinya daya regang miometrium. Penyebab
ruptura uteri adalah disproporsi janin dan panggul, partus
macet atau traumatik.

Ruptur uteri kompleta Ruptura uteri inkompleta


 Jaringan peritoneum ikut  Jaringan peritoneum tidak ikut
robek robek
 Janin tidak terlempar ke dalam
 Janin terlempar ke
ruangan abdomen
ruangan abdomen
 Perdarahan ke dalam ruangan
 Terjadi perdarahan ke abdomen tidak terjadi
dalam ruangan  Perdarahan dapat dalam
abdomen bentuk hematoma
 Mudah terjadi infeksi
Lanjutan...

Penanganan awal ketika mendapati pasien dengan ruptur uteri adalah :

 Pemasangan infus untuk mengganti cairan dan perdarahan untuk


mengatasi keadaan syok
 Memberikan profilaksis antibiotika atau antipiretik. Sehingga infeksi
dapat dikurangi
 Segera merujuk penderita dengan didampingi oleh petugas agar dapat
memberikan pertolongan
 Jangan melakukan manipulasi dengan pemeriksaan dalam untuk
menghindari terjadinya perdarahan baru

Tindakan yang dilakukan oleh dokter adalah dengan


melakukan laparotomi dengan jenis operasi histerektomi,
histerorafa ataupun konserfatif
Inversi uteri
 Keadaan dimana lapisan dalam uterus (endometrium) turun dan keluar
lewat ostium uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sampai
komplit.  

 Faktor penyebab Terjadinya Inversi Uteri 


Adanya atonia uteri, serviks yang masih terbuka lebar dan adanya
kekuatan yang menarik fundus kebawah (misalnya karna plasenta akreta,
inkreta dan perkreta,yang tali pusatnya ditarik keras dari bawah) atau ada
tekanan pada fundus uteri dari atas (manuver crede)atau tekanan intra
abdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk keras atau bersin). 
 Tanda-Tanda Inversio Uteri 

 Syok karna kesakitan


 perdarahan banyak bergumpal
 di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa
plasenta yang masih melekat
 bila baru terjadi maka prognosis tubuh baik akan tetapi
bila kejadian cukup lama, maka jepitan serviks yang
mengecil akan membuat uterus mengalami iskemia,
nekrosis, dan infeksi. 
Tata laksana Inversi Uteri

 memasang infus untuk cairan/darah.  

 Penanganan oleh dokter biasanya akan memberikan tokolitik/MgSO4


untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum dilakukan reposisi
manual yaitu mendorong endometrium keatas masuk ke dalam vagina
dan terus melewati serviks sampai tangan masuk kedalam uerus pada
posisi normalnya.

 Pemberian antibiotika dan tranfusi darah dengan keperluannya


  
 Intervensi bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras
menyebabkan manufer diatas tidak bisa dikerjakan, maka lakukan
laparotomi untuk reposisis dan kalau terpaksa dilakukan histerektomi bila
uterus sudah mengalami infeksi dan nekrosis. 
Perdaarahan postpartum sekunder
Rest Plasenta adalah tertinggalnya sisa plasenta dan membranya dalam
Rest Plasenta
cavum uteri

Etiologi Rest Plasenta


 Pengeluaran plasenta tidak hati-hati
 Salah pimpinan kala III : terlalu terburu - buru untuk mempercepat lahirnya
plasenta.
 Abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan penanaman plasenta
dalam uterus yang mempengaruhi mekanisme pelepasan plasenta.
 Kelahiran bayi yang terlalu cepat akan mengganggu pemisahan plasenta
secara fisiologis akibat gangguan dari retraksi sehingga dapat terjadi
gangguan retensi sisa plasenta.
Tanda dan Gejala Rest Plasenta

 Plasenta atau sebagian selaput yang (mengandung pembuluh darah) tidak


lengkap.
 Terjadi perdarahan rembesan atau mengucur, saat kontraksi uterus keras, darah
berwarna merah muda, bila perdarahan hebat timbul syok, pada  pememriksaan
inspekulo terdapat sisa plasenta.
 Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang.

sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat


Pada kasus rest plasenta persalinan dengan keluhan perdarahan setelah 6-10
pada perdarahan hari pulang ke rumah dan sub involusi uterus.
postpartum sekunder (Saifuddin, 2009:181)
Penatalaksanaan rest plasenta
 20-40 unit oksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unit
IM.
 Dilanjutkan dengan infus Oksitosin 20 unit dalam 1000 ml
larutan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40
tetes/menit hingga pendarahan berhenti.
 eksplorasi digital (bila serviks terbuka) agar bekuan darah dan
jaringan keluar.
 Bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, biasanya
dilakukan evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum
manual atau dilatasi dan kuretase.
 antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisillin 2 g IV dan
Metronidazol 500 mg).
 Jika perdarahan berlanjut, tata laksana seperti kasus atonia
uteri
Gangguan Koagulasi (Pembekuan Darah)
 Dapat dipicu oleh solusio plasenta, kematian janin dalam
rahim (KJDR), preeklampsia/eklampsia, dan emboli air
ketuban.
 Gambaran klinisnya bervariasi antara lain perdarahan hebat,
dengan atau tanpa komplikasi trombosis → keadaan klinis
yang stabil yang hanya terdeteksi oleh tes laboratorium.

Tata laksana Gangguan Pembekuan Darah :

- Tangani kemungkinan penyebab (solusio plasenta,eklampsia).


- Pada banyak kasus kehilangan darah yang akut, koagulopati dapat dicegah jika
volume darah dipulihkan segera.
- Siapkan rujukan ke fasilitas kesehatan tingkat lanjut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai